Berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak, wilayah yang masuk kategori siaga banjir untuk tiga hari ke depan adalah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Masyarakat diminta mewaspadai hal ini.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua bibit siklon tropis muncul di wilayah Indonesia, yaitu di Samudra Hindia sebelah barat daya Sumatera dan di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Fenomena ini diperkirakan bakal memicu cuaca ekstrem di sebagian wilayah Indonesia sehingga berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
”BMKG memprakirakan terdapat potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga sangat lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi dalam periode sepekan ke depan di sebagian wilayah Indonesia,” kata Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto, di Jakarta, Sabtu (3/4/2021).
Intensitas kedua bibit siklon tropis tersebut, menurut Siswanto, cenderung menguat dalam 24 jam ke depan. Sekalipun pergerakannya menjauhi wilayah Indonesia, secara tidak langsung keberadaan bibit siklon tersebut dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap peningkatan labilitas atmosfer dan pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia.
Berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak, wilayah yang masuk kategori siaga banjir untuk tiga hari ke depan adalah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.
Menurut Guswanto, berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan laut, hingga saat ini masih berlangsung La Nina, yaitu fenomena iklim regional yang menyebabkan sebagian wilayah Indonesia lebih basah. Siklus konveksi udara di wilayah tropis, Madden-Julian Oscillation (MJO) juga terpantau aktif di sebagian wilayah Indonesia. Hal ini bersamaan dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang dapat berkontribusi pada peningkatan awan hujan.
Menurut perkiraan BMKG, potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat-sangat lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi dalam periode sepekan ke depan berpeluang terjadi di Sumatera, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Selatan. Wilayah lain yang juga berisiko di antaranya Jawa, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.
Guswanto mengatakan, berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak, wilayah yang masuk kategori siaga banjir untuk tiga hari ke depan adalah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. ”Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, dan banjir bandang,” tuturnya.
Data catatan hujan BMKG juga menunjukkan, dalam 24 jam terakhir terekam hujan di sejumlah wilayah Indonesia. Intensitas hujan tertinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Sultan Hasanuddin, Makassar, sebesar 116 mm per hari.
Adapun angin kencang terutama berpeluang terjadi di Lampung, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Sementara potensi gelombang dengan ketinggian lebih dari 4 meter diprediksi terjadi di perairan barat Kepulauan Mentawai, Bengkulu, Pulau Enggano, barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, selatan Banten, dan Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai hingga selatan Jawa Barat.
Sebelumnya BMKG telah memprediksi bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami keterlambatan musim kemarau. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, sebanyak 57,6 persen atau 197 zona musim di Indonesia lebih mundur musim kemaraunya dibandingkan dengan rata-rata 30 tahun. Hanya 14 persen atau 40 zona musim yang lebih awal masuk musim kemarau dan 28,4 persen atau 97 zona musim yang sama dengan rata-rata.
Menurut Dwikorita, musim kemarau rata-rata akan dimulai pada Mei dan puncaknya pada Agustus. Selama April-Mei 2021 ini, hujan masih bisa terjadi atau dikenal dengan masa pancaroba, yang berpeluang terjadi angin kencang, puting beliung, bahkan juga potensi hujan es. ”Ada 67,3 persen atau 230 zona musim yang mengalami puncak musim kemarau pada Agustus,” katanya.