Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, sejak Kamis lalu mengakibatkan puluhan ribu warga terdampak banjir. Satu warga dilaporkan meninggal.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Banjir bandang melanda empat kecamatan di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Bencana alam itu dipicu oleh hujan deras yang mengguyur Bima Sejak Kamis lalu. Akibatnya, puluhan ribu warga terdampak dan satu orang di antaranya dilaporkan meninggal.
Berdasarkan data sementara Pusat Pengendalian dan Operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga Sabtu siang, banjir melanda 30 desa yang tersebar di empat kecamatan.
Sebanyak enam desa berada di Kecamatan Madapangga, yakni Campa, Woro, Tonda, Dena, Ncandi, dan Rade. Adapun delapan desa terletak di Kecamatan Bolo, yakni Tambe, Rasabou, Leu, Bontokape, Nggembe, Kananga, Rato, dan Timu.
Saat ini, banjir sudah surut. Warga masih membersihkan rumah mereka, termasuk sarana dan prasarana desa.
Selain itu, sembilan desa berada di Kecamatan Woha, yakni Naru, Nisa, Rabakodo, Tenga, Tente, Waduwani, Talabiu, Pena Pali, dan Donggo Bolo. Adapun tujuh desa lainnya berada di Kecamatan Monta, yakni Baralau, Simpasai, Sie, Sakuru, Pela, Tangga, dan Monta.
Berdasarkan data yang sama, jumlah warga yang terdampak terdiri dari 7.589 keluarga atau 23.362 jiwa. ”Saat ini, banjir sudah surut. Warga masih membersihkan rumah mereka, termasuk sarana dan prasarana desa,” kata Kepala Desa Muhammad Taufik Leu saat dihubungi dari Mataram, Sabtu (3/4/2021) siang.
Taufik menuturkan, hujan deras melanda Bima sejak Kamis dini hari. Setelah sempat reda sepanjang Kamis, hujan kembali turun pada Jumat dan tidak berhenti hingga malam.
”Setelah itu, sejak Jumat siang, kami mulai mendapat kiriman air dari sejumlah desa di kecamatan lain. Kiriman itu disertai material yang menutup jembatan. Akibatnya, air tertahan dan meluap, kemudian masuk ke areal pertanian hingga permukiman warga,” kata Taufik.
Menurut Taufik, ketinggian banjir mencapai lebih dari satu meter. Tidak hanya areal pertanian dan rumah warga, jalan raya juga tergenang. Air baru surut sekitar pukul 03.00.
”Selain tinggi, arus banjir juga kuat. Akibatnya, satu warga bernama Abu Bakar Haji M Nur berusia 50 tahun yang mencoba menerobos dengan sepeda motor terseret arus. Ia sempat dievakuasi dan dirawat di puskesmas, tetapi nyawanya tidak bisa diselamatkan. Korban sudah dimakamkan Sabtu pagi,” kata Taufik.
Taufik menambahkan, selain mengakibatkan korban jiwa, banjir juga merobohkan dan menghanyutkan rumah warga. Kandang ternak beserta isinya juga hanyut. Banjir juga merusak jembatan.
”Leu mungkin yang paling parah. Dari 12 rukun tetangga, 11 di antaranya terendam. Sedikitnya 900 keluarga terdampak banjir,” kata Taufik.
Saat ini, kata Taufik, sebagian warga sudah kembali untuk membersihkan rumah masing-masing dari sisa banjir, seperti lumpur. Akan tetapi, masih ada yang mengungsi, seperti di masjid dan kawasan tinggi.
”Warga saat ini membutuhkan makanan siap santap, tikar, selimut, juga perlengkapan masak karena milik mereka hanyut. Terutama yang tinggal di bantaran sungai,” kata Taufik.
Dihubungi secara terpisah, Kepala BPBD Bima Aries Munandar mengatakan, banjir secara umum cepat surut karena berupa banjir bandang. Hal itu membuat sebagian besar warga sudah bisa kembali ke rumah.
Meski demikian, kata Aries, masih ada daerah yang tergenang. ”Misalnya, di Kecamatan Woha hingga Sabtu siang masih ada banjir,” kata Aries.
Aries menambahkan, bantuan sudah didistribusikan kepada warga. Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri juga telah turun langsung dan memberikan bantuan ke lokasi banjir.
Bantuan juga datang dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), termasuk dari wilayah di sekitar Bima, seperti Kota Bima. Begitu juga untuk proses evakuasi yang melibatkan TNI dan Polri serta Badan Pencarian dan Pertolongan (SAR).
Selain itu, kata Aries, antisipasi banjir susulan juga dilakukan dengan memperkuat mitigasi bencana ke masyarakat. Hal itu juga dengan terus berkoordinasi ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Sultan Muhammad Salahuddin Bima Satria Topan Pribadi menambahkan, saat ini Bima sedang berada dalam masa peralihan dari musim hujan ke kemarau.
Menurut dia, dalam dua hari terakhir, terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama di Bima. Kondisi itu terjadi karena tekanan rendah di Selatan Nusa Tenggara Timur yang menyebabkan daerah belokan angin di Pulau Sumbawa.
”Akibatnya, terjadi penumpukan awan di atas atau sekitar Pulau Sumbawa sehingga terjadi hujan dengan intensitas tinggi,” kata Satria.
Menurut Satria, dalam dua hingga tiga hari ke depan, hujan masih tetap ada. Hanya saja, intensitasnya tidak tinggi. Meski demikian, ia tetap mengimbau masyarakat untuk waspada.
”Kami juga terus berkoordinasi dengan BPBD terkait peringatan dini cuaca ekstrem. Informasi itu akan diteruskan hingga ke masyarakat agar tetap berhati-hati,” kata Satria.
Listrik
Menurut Taufik, dapur umum belum memungkinan untuk dibangun karena kondisi desa yang masih berantakan akibat banjir.
”Termasuk di kantor desa. Bahkan, kantor belum dibersihkan karena konsentrasi masih di rumah pribadi. Tadi, untuk kebutuhan pengurusan korban meninggal, kami dapat bantuan membersihkan masjid dari dinas pemadam kebakaran,” tutur Taufik.
Meski belum ada dapur umum, Taufik membenarkan jika warga sudah menerima bantuan berupa nasi bungkus, air mineral, serta kebutuhan-kebutuhan lain. ”Listrik sempat padam, tetapi sekarang sudah hidup kembali,” kata Taufik.
Terkait jaringan listrik, Manager PLN Unit Pelayanan Pelanggan Bima Maman Sulaeman mengatakan, hingga Sabtu siang pukul 13.45 Wita, sebanyak 6.000 pelanggan dan 45 gardu telah berhasil dinormalkan.
Menurut Maman, pemulihan akan dilakukan secara bertahap setelah kondisi benar-benar dipastikan aman. Pihaknya akan menginspeksi terlebih dahulu instalasi kelistrikan sebelum menyalakan kembali listrik di masyarakat.
”Prioritas utama kami adalah keselamatan warga. Jadi untuk sementara, kami harus memutus aliran listrik ke masyarakat,” tutur Maman.
Maman menambahkan, PLN menyiagakan 26 petugas di tiga lokasi di wilayah terdampak banjir, yaitu di Monta, Woha dan Bolo. Tujuannya supaya PLN bisa bergerak cepat ketika ada laporan dari masyarakat ataupun untuk perbaikan jaringan.