Fenomena La Nina diprediksikan akan membuat 40 persen curah hujan berada di atas normal sehingga berpotensi memicu banjir, longsor, dan puting beliung. Mengantisipasi hal itu, Provinsi NTB menyiapkan rencana kontijensi.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
PRAYA, KOMPAS – Memasuki musim hujan, Nusa Tenggara Barat berpotensi dilanda bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan puting. Oleh karena itu, langkah antisipasi untuk mengurangi dampak risiko bencana mulai disiapkan pemerintah daerah setempat. Salah satunya menyiapkan rencana kontijensi.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), jika melihat Index Risiko Bencana Indonesia (IRBI), NTB masuk sebagai provinsi dengan index bencana tinggi di Indonesia. Bencana di NTB banyak disebabkan oleh faktor hidrologi, meteorologi, dan perubahan iklim.
Dari 14 jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia, 11 jenis bencana diantaranya terjadi di NTB. Termasuk banjir, longsor, dan putting beliung yang berpotensi terjadi saat ini terutama memasuki musim hujan.
“Berdasarkan informasi, mulai akhir 2020 hingga awal 2021 akan ada La Nina di Indonesia. Pada fenomena itu, 40 persen curah hujan berada di atas normal. Berdasarkan pengalaman, kondisi normal seperti apa dan kemudian di atas normal seperti apa,” kata Kepala Pelaksana BPBD NTB I Gusti Bagus Sugiharta di Kuta Mandalika, Lombok Tengah, Jumat (13/11/2020).
Menurut Sugiharta, dengan kondisi curah hujan yang tinggi, maka NTB berpeluang dilanda banjir, longsor, termasuk puting beliung. “Oleh karena itu, masyarakat di sekitar lokasi (yang berpotensi terjadi bencana) harus menyiapkan diri,” kata Sugiharta.
Sugiharta menambahkan, tidak hanya masyarakat, tetapi pemerintah dan pemangku kepentingan lain juga harus siap.
“Oleh karena itu, kami mulai dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten kota, termasuk di dalamnya lembaga non pemerintah, sudah bersama-sama membuat rencana kontinjensi,” ujarnya.
Berdasarkan informasi, mulai akhir 2020 hingga awal 2021 akan ada La Nina di Indonesia. Pada fenomena itu, 40 persen curah hujan berada di atas normal. Berdasarkan pengalaman, kondisi normal seperti apa dan kemudian di atas normal seperti apa (Bagus Sugiharta)
Rencana kontijensi, kata Sugiharta, merupakan perkiraan kejadian di satu wilayah dengan potensi bencana yang di miliki. Dengan rencanan tersebut, maka ketika terjadi bencana (kondisi darurat), kekuatan-kekuatan yang ada bisa digunakan untuk respon cepat sehingga risiko bencana bisa dikurangi.
Dengan adanya rencana kontijensi, maka telah ada pemataan kerawanan bencana di kabupaten kota di NTB. Berdasarkan catatan Kompas, banjir berpotensi terjadi di Mataram, Lombok Utara, Bima, Kota Bima, Sumbawa Barat, dan Sumbawa.
Sementara longsor, seperti di wilayah Guntur Macan Lombok Barat, Sembalun Lombok Timur, dan Lunyuk Sumbawa. Adapun puting beliung, pernah terjadi di daerah Kopang, Lombok Tengah.
Berdasarkan peta kerawanan itu, kata Sugiharta, mereka juga bisa memetakan kekuatan yang ada. Mulai dari sumber daya manusia baik di pemerintah daerah, termasuk di dalamnya tim siaga bencana, taruna siaga bencana, badan pencarian dan pertolongan, serta relawan-relawan.
Selain sumber daya manusia, dalam rencana kontijensi itu juga dipetakan kekuatan alat dan kesiapan material. “Ketika terjadi longsor misalnya, alat berat yang dibutuhkan bisa langsung bergerak sesuai dengan rencana kontinjensi. Dengan begitu, responnya lebih cepat sehingga risiko bencana bisa dikurangi,” kata Sugiharta.
Siap
Dalam apel kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di lapangan Eks Bandara Selaparang Kamis kemarin, Kepala Kepolisian Daerah NTB Inspektur Jenderal M Iqbal mengatakan, semua pihak terkait siap. Termasuk sarana dan prasarananya.
Menurut Iqbal, ada lebih dari 7.000 personel yang disiapkan untuk menghadapi bencana alam di NTB. Mereka berasal dari gabungan TNI, Polri, dan pemerintah daerah.
Iqbal mengatakan, penanganan bencana di NTB membutuhkan sinergi semua pihak tersebut. Termasuk di dalamnya masyarakat di bawah koordinasi BPBD di tingkat provisi hingga kabupaten kota.
“Persoalan bencana harus ditanggapi serius karena keselamatan dan kelangsungan hidup masyarakat adalah hal utama. Oleh karena itu, kesiapsiagaan sangat penting sehingga kita bisa meminimalisir korban jiwa maupun material saat terjadi bencana,” kata Iqbal.
Sekretaris Daerah NTB Lalu Gita Ariadi mengatakan, kesiapsiagaan menghadapi bencana tentu terkait dengan kebijakan anggaran. Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah kabupaten kota memiliki kepedulian. Yaitu dengan memberikan porsi atau prioritas anggaran untuk bencana.