Malam Perjamuan Tuhan, Umat Katolik di Kupang Doakan Kerukunan Bangsa
Umat Katolik di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mendoakan kerukunan dan persatuan bangsa pada misa perjamuan Tuhan bersama para rasul sekaligus mendoakan para korban bom bunuh diri di Makassar segera pulih.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA
Misa Kamis Putih, peringatan malam perjamuan Tuhan dengan para rasul, 2021 tahun silam, dirayakan umat Katolik di Gereja Santo Yoseph Pekerja Penfui, Kupang, Kamis (1/4/2021). Pada kesempatan ini mereka mendoakan kerukunan bangsa dan kesembuhan para korban bom bunuh diri di Makassar.
KUPANG, KOMPAS — Umat Katolik di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mendoakan kerukunan dan persatuan bangsa pada misa perjamuan Tuhan bersama para rasul. Mereka juga mendoakan para korban bom bunuh diri di Makassar agar segera dipulihkan. Misa tatap muka ini diikuti ratusan umat, yang dibagi dalam tiga sif,sesuai protokol kesehatan.
Misa peringatan malam perjamuan Tuhan dengan para rasul di Gereja Katolik Santo Yoseph Pekerja Penfui di Kupang, Kamis (1/4/2021), berlangsung tiga kali. Misa pertama berlangsung pukul 15.00 Wita, misa kedua pukul 16.30 Wita, dan misa ketiga pukul 18.00 Wita. Meski dibagi tiga sif, misa ini tetap dipadati ratusan umat Katolik.
Misa pertama di gereja itu dipimpin RD Sintus Kefi Pr dari Seminari Menengah Santo Rafael Kupang. Ia, antara lain, mengajak umat Katolik agar tetap mengikuti teladan Yesus, yakni mengasihi sampai akhir hidup. Kasih-Nya yang paling agung kepada umat manusia adalah memberikan diri-Nya disalibkan guna menanggung dosa-dosa umat manusia.
RD Sintus Kefi Pr, Rektor Seminari Menengah Santo Rafael Kupang, memimpin misa di Gereja Katolik Santo Yoseph Pekerja Penfui, Kupang, Kamis (1/4/2021).
Pada bagian doa umat dalam perayaan itu, umat Katolik mendoakan kerukunan dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia serta mendoakan para korban bom bunuh diri di Makassar agar kesehatan mereka segera dipulihkan. Mereka juga berdoa agar seluruh umat Kristiani yang menjalani masa Tri Hari Suci tahun ini tetap dilindungi dan diberi berkat oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Tidak ada kasih yang paling agung daripada kasih Yesus yang menyerahkan nyawa bagi umat manusia. Dia dibunuh dengan cara disalibkan oleh bangsa Yahudi meski Ia tidak memiliki dosa apa pun. (Sintus Kefi)
Menurut Sintus, kisah Yesus membasuh kaki para rasul sebagai simbol pelayanan sampai tuntas kepada umat manusia. Yesus tidak datang mencari kekuasaan untuk dipuja atau dihormati, tetapi memberikan teladan, yakni melayani orang lemah dan tak berdaya. Semangat melayani bersumber dari cinta kasih.
Pembasuhan kaki rasul
Sebelum menjalankan kehendak Bapa-Nya, Yesus mengadakan malam perjamuan bersama para rasul. Tradisi ini biasa dilakukan gereja Katolik pada setiap perayaan malam perjamuan Tuhan. Namun, dalam dua tahun terakhir, tradisi pembasuhan kaki yang dilakukan pastor terhadap 12 perwakilan umat, simbol 12 rasul, itu tidak dilakukan.
Salah satu umat Katolik menerima hostia dari tangan seorang biarawati Katolik, lambang Tubuh dan Darah Yesus yang akan disantap sebagai makanan dan minuman rohani, Kamis (1/4/2021).
Pada peristiwa pembasuhan kaki itu, Yesus ingin mengajarkan kepada semua pengikut-Nya tentang cinta kasih sebagai hukum tertinggi umat Kristiani. ”Tidak ada kasih yang paling agung daripada kasih Yesus yang menyerahkan nyawa bagi umat manusia. Dia dibunuh dengan cara disalibkan oleh bangsa Yahudi meski Ia tidak memiliki dosa apa pun,” kata Sintus.
Ia mengatakan, hukum cinta kasih tidak mengenal suku, agama, ras, dan golongan. Dalam hukum cinta kasih, selalu menyatu dengan nilai kemanusiaan setiap orang, apa pun latar belakang orang itu. Umat Kristiani harus saling mencintai tanpa batas-batas suku, agama, ras, dan golongan. Tuhan telah mencintai dan membebaskan umat Kristiani dari dosa dan kejahatan, maka sebagai pengikut Yesus, juga hendaknya saling mengasihi dan mengampuni satu sama lain.
Pada pergantian misa kedua di gereja itu, tampak umat berjubel masuk dan keluar. Ratusan umat Katolik yang mengikuti misa kedua terpaksa mengantre 50 meter sebelum masuk gereja. Mereka menjalani protokol kesehatan, seperti pemeriksaan suhu tubuh, mencuci tangan, dan mengenakan masker. Sementara sebagian umat yang mengikuti misa pertama masih berada di dalam gereja.
Umat sulit menjaga jarak saat pergantian misa, antara misa pertama dan kedua, dan seterusnya, antara umat yang keluar dari dalam gereja dan yang masuk, Kamis (1/4/2021). Setiap misa hanya berlangsung 90 menit sehingga umat pun harus lebih awal masuk gereja.
Pada misa pertama dan kedua, tidak dilakukan tradisi perarakan sakramen mahakudus seperti tahun-tahun sebelumnya. Perarakan sakramen ekaristi atau mahakudus dilakukan setelah selesai misa ketiga, sekaligus pengosongan altar Tuhan.
Misa di gereja Katolik Penfui ini dijaga empat personel TNI AU. Gereja tersebut berada di dalam kawasan markas TNI AU. Petugas juga mengatur lalu lintas kendaraan masuk-keluar dan kendaraan yang melintas di Jalan Raya Adisupto, Kupang, itu. Penjagaan ketat serupa berlaku bagi semua rumah ibadah di Kupang sepanjang Tri Hari Suci, yakni Kamis, Jumat, dan Sabtu.
Sementara itu, kebaktian di Gereja Kristen Maranatha Naimata Kupang juga berlangsung tiga kali. Pada kebaktian pertama ini, Pendeta Maksi Ndun dalam khotbahnya mengingatkan umat Kristiani agar menguatkan iman dengan berdoa dan membaca kitab suci sebagai jalan menuju kebenaran dan kesempurnaan hidup.
”Melayani Tuhan melalui sesama umat manusia, itu karakteristik kehidupan umat Kristiani, di mana saja berada. Tuhan telah mengajarkan kita bagaimana melayani dan mengasihi, maka hendaklah kita semua saling mengasihi satu sama lain,” kata Ndun.
Paduan suara mengiringi misa Kamis Putih di Gereja Santo Yoseph Pekerja Panfui, Kupang, Kamis (1/4/2021), dari kelompok umat basis I. Pada perayaan misa di masa pandemi seperti ini, tidak semua bagian misa dinyanyikan untuk mempercepat waktu misa.