Tiga Pekan, Vaksinasi Warga Lansia di Sultra Baru Capai 1 Persen
Sejak dimulai 4 Maret atau tiga pekan lalu, baru 1 persen warga lansia di Sultra yang telah mengikuti vaksinasi Covid-19 dari target sebanyak 190.489 orang.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Jumlah warga lanjut usia yang sudah mengikuti vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Tenggara (Sultra) masih sangat minim. Sejak dimulai 4 Maret atau tiga pekan lalu, baru 1 persen warga lansia yang telah mengikuti vaksinasi dari target sebanyak 190.489 orang. Selain terkendala proses pendaftaran dan kurangnya pasokan vaksin, animo masyarakat juga menjadi kendala utama.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sultra, hingga Kamis (25/3/2021), jumlah warga lansia yang menjalani vaksinasi sebanyak 1.906 orang. Jumlah ini hanya 1 persen dari total target yang mencapai 190.489 orang.
La Ode Rabiul Awal, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sultra, Jumat (26/3/2021), menyampaikan, persentase yang kecil ini terjadi karena vaksinasi warga lansia baru dilakukan di satu daerah, yaitu Kota Kendari. Sebanyak 16 kabupaten/kota lainnya masih menyelesaikan vaksinasi tenaga kesehatan dan pelayan publik.
Menurut Rabiul, sebagian besar daerah memang menghadapi kendala teknis dalam menjalankan vaksinasi warga lansia. Proses teknis dan registrasi lapangan harus dimatangkan mengingat sejumlah daerah terdiri dari kepulauan. Tidak hanya itu, kendala distribusi vaksin masih terjadi, termasuk terbatasnya stok vaksin yang tersedia.
”Kalau di tahap awal untuk tenaga kesehatan itu, kan, dosisnya sudah tersedia di Dinas Kesehatan Sultra, dan tinggal didistribusikan. Kalau sekarang, dosis vaksin datang secara bertahap. Setelah didatangkan dari Jakarta, baru didistribusikan lagi,” kata Rabiul.
Akan tetapi, sambung Rabiul, kendala yang paling mendesak adalah resistensi masyarakat terhadap vaksinasi, utamanya warga lansia. Hal ini menyebabkan penerimaan masyarakat akan pemberian vaksin terhambat sehingga persentase vaksinasi tidak segencar pada tahap awal.
Menurut Rabiul, hal ini yang harus segera ditangani, baik dengan sosialisasi masif maupun upaya lainnya. Fasilitas kesehatan hingga layanan terkecil mesti terus melakukan pendekatan dan pemberitahuan untuk mengubah persepsi masyarakat.
”Dari yang dilakukan sejauh ini juga belum ada laporan adanya dampak berbahaya bagi para lansia. Efek yang terjadi masih normal, seperti mengantuk atau lapar. Kami juga berharap agar daerah lain segera menyiapkan diri untuk melaksanakan vaksinasi para lansia,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum. Dari 1.906 orang lansia yang telah menjalani vaksinasi, belum ada laporan dampak vaksin yang berbahaya bagi kesehatan penerima.
Sejauh ini, ia melanjutkan, pihaknya terus melakukan pemantauan kondisi kesehatan para penerima vaksin, khususnya warga lansia. Efek samping vaksin yang tercatat masih dalam batas normal.
”Namun, memang animo masyarakat yang kurang. Dalam rapat koordinasi kemarin disepakati agar para camat dan lurah se-Kendari mengintensifkan sosialisasi dan ajakan untuk menjalani vaksinasi bagi warga lansia. Dari monitoring warga lansia yang telah menjalani vaksinasi, mereka telah mengajak tetangga, tetapi tetap tidak banyak yang datang,” tuturnya.
Kota Kendari memiliki target vaksinasi sebanyak 18.634 orang. Artinya, jumlah warga ansia yang telah menjalani injeksi vaksin baru sebanyak 10,23 persen. Dengan progres seperti ini, vaksinasi warga lansia baru akan tuntas delapan bulan ke depan.
Oleh karena itu, tutur Rahminingrum, pihaknya akan terus mengintensifkan upaya agar animo warga lansia untuk mengikuti vaksinasi meningkat. Stok dosis vaksin yang tersedia juga masih memadai, yakni sebanyak 5.000 dosis.
Sementara itu, di Kolaka Utara, vaksinasi berlangsung gencar sejak awal dilakukan pada medio Februari lalu. Setelah mencapai lebih dari 100 persen untuk tenaga kesehatan, vaksinasi dilanjutkan kepada pelayan publik.
”Kami fokus dulu di pelayan publik untuk memancing animo masyarakat. Sekarang terbukti banyak yang bertanya kapan waktu pelaksanaan untuk warga,” kata Irham, Kepala Dinas Kesehatan Kolaka Utara.
Meski begitu, tambah Irham, salah satu kendala yang dihadapi adalah kurangnya distribusi vaksin. Pihaknya beberapa waktu lalu menunda beberapa hari pelaksanaan vaksinasi karena dosis yang tersedia telah habis.
Awal pekan ini, tambah Irham, pihaknya telah menerima distribusi tambahan, tetapi jumlahnya terbatas hanya 130 dosis. Jumlah itu jauh dari permintaan yang mencapai 2.500 dosis.
”Bagaimana kami mau mulai vaksinasi masyarakat kalau yang datang hanya sedikit. Saya bilang dari awal, di gudang Dinkes Sultra tidak perlu banyak-banyak cadangan. Kalau ada yang minta, langsung dikasih,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Sultra dr Ridwan menyampaikan, jumlah dosis cadangan yang tersedia saat ini sebanyak 4.000 dosis. Jumlah itu sebagian besar akan didistribusikan ke daerah lain yang sedang menjalankan vaksinasi.
”Kami tidak bisa juga kosong. Sebab, kalau ada yang betul-betul butuh, tetapi stok kosong, kita mau ambil vaksin di mana? Hal itu juga sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan agar ada cadangan di daerah,” ujarnya.