Jateng Uji Coba Belajar Tatap Muka, Pengawasan Jadi Poin Krusial
Di setiap kabupaten/kota total ada empat sekolah yang menggelar uji coba. Apabila benar akan dilaksanakan, kesiapan dan pengawasan selama uji coba menjadi dua hal krusial.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan melakukan uji coba pembelajaran tatap muka di 35 kabupaten/kota untuk jenjang SMP, SMA, SMK, dan MA, pada 5-16 April 2021. Kesiapan dan pengawasan perlu diperhatikan lebih cermat agar tidak terjadi penularan Covid-19.
Pada setiap kabupaten atau kota, total ada empat sekolah yang menggelar uji coba pembelajaran tatap muka (PTM). Di Kota Semarang, misalnya, dilakukan oleh SMAN 4 Semarang, SMKN 7 Semarang, MAN 1 Semarang, dan SMPN 5 Semarang. Sementara di Kota Salatiga dilakukan SMAN 2 Salatiga, SMKN 1 Salatiga, MAN Salatiga, dan SMPN 2 Salatiga.
”Kami sudah siap semuanya dan dimulai 5-16 April sebagai uji coba tahap pertama atau rintisan. Uji coba akan dilakukan di 35 SMP, 35 SMA, 35 SMK, dan 35 MA di setiap wilayah di Jawa Tengah. Untuk SD, TK, dan PAUD belum dilakukan karena ada masukan dari para ahli termasuk Ikatan Dokter Indonesia untuk menunda dulu,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Semarang, Senin (22/3/2021).
Ganjar menambahkan, pelaksanaan uji coba PTM akan berlangsung ketat. Seluruh sekolah yang menggelar uji coba harus menyiapkan sarana dan prasarana protokol kesehatan. Prosedur standar operasi (SOP) pun harus ketat. Pihaknya akan meminta laporan secara harian.
Ganjar menerangkan, setelah uji coba tahap pertama, akan dilakukan evaluasi pada 19-23 April. Setelah itu, uji coba tahap kedua akan digelar pada 26 April hingga 7 Mei dengan penambahan jumlah sekolah atau penambahan siswa.
Guru-guru yang mengajar pada PTM harus dipastikan telah divaksin. Dinas Kesehatan dan Satgas Covid-19 juga akan terus memantau dan mendampingi sekolah-sekolah yang melakasanakan uji coba itu.
”Sementara 12 Juli sampai September akan dilakukan uji coba tahap ketiga yang diharapkan sudah ada adaptasi baru. Bisa saja nanti sekolahnya ditambah atau jumlah siswanya yang ditambah dalam pelaksanaannya,” jelasnya.
Pelaksanaan PTM, lanjut Ganjar, juga harus mempertimbangkan kondisi wilayah secara epidemiologis. Adapun guru-guru yang mengajar pada PTM harus dipastikan telah divaksin. Dinas Kesehatan dan Satgas Covid-19 juga akan terus memantau dan mendampingi sekolah-sekolah yang melakasanakan uji coba itu.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Hari Wuljanto menuturkan, setiap sekolah yang menggelar PTM wajib mematuhi pedoman pembinaan pengawasan satuan pendidikan yang dikeluarkan Kemenkes. Pihaknya pun akan menggandeng instansi terkait dalam hal pengawasan.
”Kami sudah menggelar rapat koordinasi dengan lintas sektoral, termasuk kabupaten/kota dan Kementerian Agama. Mereka sudah mengusulkan nama-nama sekolah yang akan melakukan PTM. Ada 140 sekolah dalam uji coba tahap pertama pada 5 April,” kata Hari dalam keterangannya.
Dalam uji coba, jika ada satu siswa saja yang positif, PTM di sekolah terkait harus ditutup. ”Sekolah yang terdapat kasus positif harus memperbaiki protokol kesehatan dan memenuhi sarana prasarana. Apabila setelah evaluasi dimungkinkan untuk dibuka kembali, maka akan dibuka. Jadi fleksibel,” tambahnya.
Dalam pelaksanaan PTM nanti, lanjut Hari, pelaksanaan PTM hanya diikuti 70-110 siswa per sekolah. Jam pembelajaran juga tidak lebih dari 4 jam sehari, dengan satu mata pelajaran maksimal 30 menit tanpa istirahat.
Kepala SMKN 1 Salatiga Sriyanto menuturkan, pihaknya tidak hanya menyiapkan sarana dan prasarana guna mencegah penyebaran Covid-19, tetapi juga agar penerapan protokol kesehatan menjadi budaya baru. Baik itu dalam mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, maupun tidak berkerumun.
Para orangtua siswa pun tak sekadar memberi izin mengikuti PTM. ”Namun juga memastikan bagaimana anak berangkat dari rumah ke sekolah hingga pulang lagi ke rumah. Siswa yang sudah memiliki SIM bisa membawa kendaraan sendiri atau orangtua mengantar-jemput anak di sekolah,” katanya.
Adapun sistem belajar mengajar akan dicampur, yakni tatap muka dan virtual, secara bergantian. ”Namun, nanti akan diawali kegiatan pembelajaran bersifat praktik, seperti tata kecantikan dan tata busana, karena itu harus langsung. Yang jelas, kami mengikuti regulasi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng,” lanjut Sriyanto.
Kesiapan dan pengawasan
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Budiyono menuturkan, dibukanya kembali PTM yang didahului uji coba, pasti sudah melalui berbagai pertimbangan. Namun, jika pertimbangannya ialah kasus yang sudah menurun, menurut dia, perlu dilihat lebih jeli. Hal itu penting agar tidak terjadi penularan saat pelaksanaan.
Apabila benar akan dilaksanakan, kesiapan dan pengawasan menjadi dua hal krusial. ”Kesiapannya seperti apa. Simulasi itu identik dengan pengawasan. Artinya dilakukan di bawah pengawasan. Namun, apakah akan mencerminkan kondisi sebenarnya jika (PTM) dibuka betulan? Pengawasan dari orangtua juga penting. Harus cerewet,” katanya.
Ia menambahkan, protokol kesehatan perlu dilakukan siswa dari rumah, di sekolah, hingga kembali ke rumah. Ia mencontohkan, perlu dipikirkan bagaimana siswa berganti pakaian di rumah sepulang sekolah agar tidak berkontak dengan anggota keluarga lainnya.