Tak Sabar Berkuliah Tatap Muka
Pemerintah berencana mengizinkan perkuliahan tatap muka secara bertahap mulai April 2021. Wacana ini disambut baik oleh mahasiswa yang lebih kurang setahun jauh dari lingkungan kampus.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana mengizinkan perkuliahan tatap muka secara bertahap mulai April 2021. Wacana ini disambut baik oleh mahasiswa yang sudah sekitar setahun jauh dari lingkungan kampus. Perguruan tinggi bersiap dengan menyusun mitigasi untuk meminimalkan potensi penularan Covid-19.
Mahasiswi magister di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB), Treza Nor (31), sangat menantikan perkuliahan tatap muka. Pasalnya, sejak memulai perkuliahan pada Oktober 2020, ia belum pernah bertemu langsung dengan pengajar dan teman kuliah.
Selain kehilangan momen menjadi mahasiswa baru, kegiatan perkuliahan yang sudah dijalani hampir dua semester secara daring, menurut warga Jakarta itu, juga sering terkendala.
”Kegiatan belajar secara daring lebih banyak masalah, entah karena sinyal atau alat komunikasi yang dipakai mahasiswa atau dosen. Untuk diskusi dengan dosen, terlebih untuk bahas tesis, menurutku juga lebih enak kalau bisa bertemu langsung,” katanya saat dihubungi Kompas, Minggu (21/3/2021).
Sejauh ini, Treza belum mendapatkan informasi pembukaan perkuliahan tatap muka dalam waktu dekat dari kampusnya yang berlokasi di Kota Bandung, Jawa Barat. Namun, ia pernah mendapatkan informasi bahwa kegiatan tatap muka secara bertahap akan dimulai awal semester ganjil pada pertengahan 2021.
Ia yang kini masih tinggal di Ibu Kota mulai bersiap mencari indekos untuk ia tinggali sembari mengerjakan ujian akhir semester pada April. Hal yang sama menurut dia juga mulai dilakukan teman-teman kuliahnya yang berasal dari banyak daerah di Indonesia.
”Di semester kedua ini sebenarnya sempat ada informasi bahwa kami akan kuliah tatap muka. Tetapi, karena ada perpanjangan pembatasan sosial, jadinya ditunda. Nah, setelah ada program vaksinasi, termasuk ke dosen-dosen, kami mau tidak mau harus bersiap-siap,” ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa Kos, Bertahan dalam Sepi di Tengah Pandemi
Juhandi (20), mahasiswa jurusan Sastra Inggris di Yogyakarta, juga menganggap wacana pembukaan kuliah tatap muka dalam waktu dekat sebagai angin segar. Selain rindu kawan-kawan, ia juga merindukan suasana belajar di kelas yang sudah setahun tidak dilakukannya.
”Kalau wacana itu benar, aku antusias banget. Menurutku, perkuliahan daring itu tidak maksimal karena masalah sinyal internet dan fasilitas. Aku lebih suka kuliah tatap muka,” katanya saat dihubungi Kompas.
Ia merasa bisa belajar lebih baik di kampus daripada di kamar indekos. Suasana kelas mengondisikan semua orang untuk serius dan fokus belajar. Hal itu tidak didapat ketika belajar sendirian di kamar. Ia juga kehilangan momen diskusi dengan teman dan dosen.
Antusiasme kuliah tatap muka bakal dibarengi dengan kesadaran menaati protokol kesehatan. Sebab, Ia belum mendapat jatah vaksinasi Covid-19. ”Daripada mengatur orang lain, lebih baik saya mengatur diri sendiri agar taat protokol kesehatan,” kata Juhandi.
Mahasiswi semester 6 di Yogyakarta, Theresia Benedikta (20), juga menantikan perkuliahan tatap muka. Namun, pihak kampus menyatakan belum akan mengadakan kuliah tatap muka semester ini.
”Saya setuju jika kuliah tatap muka diadakan secara bertahap semester depan. Terlebih itu tahun terakhirku di kampus. Aku ingin ketemu teman-teman sebelum pada berpencar,” ucap Theresia.
Baca juga : PPKM Mikro Diperluas, Perkuliahan Tatap Muka Bisa Digelar Bertahap
Adapun Gesty (21), mahasiswi semester 8 di Serang, Banten, merasa tidak terpengaruh dengan wacana perkuliahan tatap muka. Sebab, dia sedang menyusun skripsi dan akan segera menamatkan masa kuliahnya.
”Bimbingan skripsi selama ini dilakukan secara daring dan berjalan lancar. Sejauh ini saya belum ke kampus. Saya masih khawatir karena kakak dan kakak ipar saya di rumah pernah terinfeksi Covid-19,” ujar Gesty.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kegiatan belajar-mengajar bisa dilakukan bertahap untuk perguruan tinggi ataupun akademi. Kegiatan seni budaya juga diperbolehkan dengan kapasitas maksimal 25 persen, protokol kesehatan, dan jam operasional yang diatur (Kompas.id, 19/3/2021).
Perkuliahan tatap muka dilakukan dengan proyek percontohan melalui peraturan daerah atau peraturan kepala daerah dengan penerapan protokol kesehatan.
Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik Universitas Indonesia (UI) Amelita Lusia mengatakan, sampai saat ini perkuliahan di UI, seperti di kampus Depok, Jawa Barat, masih akan dilakukan secara daring. Adapun perkuliahan luar jaringan masih diprioritaskan untuk kegiatan praktikum yang diaplikasikan langsung.
”Perkembangan terkait pembukaan kuliah tatap muka secara bertahap akan kami infokan kembali,” kata Amelita kepada Kompas.
Universitas Padjadjaran (Unpad) di Sumedang, Jawa Barat, juga masih akan memprioritaskan mahasiswa yang perlu belajar di laboratorium atau fasilitas praktikum kampus dan mahasiswa semester akhir yang memerlukan bimbingan tugas akhir. Perguruan tinggi negeri tersebut memastikan akan menyiapkan upaya preventif dengan prosedur standar operasi (SOP) dan protokol kesehatan yang ketat.
Baca juga : Pembelajaran Tatap Muka di Kampus Harus Mendapat Rekomendasi Pemda
Kepala Kantor Komunikasi Publik Unpad Dendi Supriadi mengatakan, universitas akan berkoordinasi dengan pihak internal dan eksternal terkait dengan kesiapan pembukaan kembali perkuliahan tatap muka secara bertahap. Koordinasi dengan pemerintah daerah dan lingkungan sekitar, misalnya, penting untuk memitigasi risiko manakala mahasiswa yang mayoritas tinggal di luar kota dan pulau kembali ke lingkungan kampus.
”Pihak kampus sedang berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang, khususnya daerah Jatinangor, agar dinas kesehatan bersiaga dan klinik-klinik dekat kawasan indekos dioptimalkan untuk pelayanan Covid-19. Pengawasan terkait sanitasi di tempat-tempat kos juga mungkin akan dilakukan dalam bentuk patroli,” paparnya.
Di lingkungan internal, universitas yang memiliki 36.000 mahasiswa ini juga terus mengoptimalkan satuan tugas untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 dan memaksimalkan penggunaan sistem surveilans dengan bantuan teknologi.
Sistem tersebut salah satunya menggunakan Aplikasi Mawas Diri (Amari) yang dikembangkan Fakultas Kedokteran Unpad. Aplikasi yang dapat diakses masyarakat umum itu bisa dipakai untuk deteksi dini kesehatan. Sivitas akademika Unpad diharapkan dapat memanfaatkan aplikasi tersebut ketika akan melakukan kegiatan kuliah tatap muka.
Untuk usaha preventif, pihak kampus juga memfasilitasi sekitar 2.300 orang dari total sekitar 4.100 dosen dan tenaga kependidikan untuk mendapatkan vaksinasi sampai dengan akhir Maret 2021. Vaksinasi gratis kepada pelayan publik, termasuk pendidik/guru/dosen dan tenaga kependidikan, tersebut merupakan program pemerintah.
Selain dosen dan tenaga kependidikan, pemerintah juga masih mengatur jadwal vaksinasi untuk kalangan mahasiswa. Program ini disiapkan untuk memastikan perguruan tinggi siap mengadakan kegiatan perkuliahan tatap muka dengan aman di tengah pandemi.