Bulog Masih Simpan Beras Impor 2018, Petani Minta Impor Dibatalkan
Petani Kota Tegal, Jateng, menolak rencana impor beras yang akan dilakukan pemerintah karena di wilayah itu sedang panen raya. Sementara itu, di gudang Bulog Pekalongan masih ada ribuan ton beras impor tahun 2018.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Badan Urusan Logistik Cabang Pekalongan, Jawa Tengah, masih menyimpan beras yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayahnya hingga 17 bulan. Dari beras yang disimpan, sebagian merupakan beras impor dari India dan Vietnam pada tahun 2018.
Hingga saat ini, Bulog Cabang Pekalongan menyimpan sekitar 18.000 ton beras di enam gudang yang ada di wilayahnya. Cadangan beras itu diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan warga di tujuh kabupaten/kota di wilayah pesisir pantura barat Jateng hingga 17 bulan ke depan.
Kepala Bulog Cabang Pekalongan Heriswan mengatakan, sekitar 16.000 ton beras di gudang Bulog Pelalongan merupakan serapan hasil panen petani sejak 2019 hingga 2021. Sementara itu, sekitar 2.000 ton sisanya merupakan beras impor dari India dan Vietnam pada 2018.
”Sementara ini, kami menunggu arahan dari kantor pusat mau disalurkan ke mana beras-beras ini. Melihat masih banyaknya jumlah beras yang ada, kalau boleh menyampaikan, memang tidak perlu impor,” kata Heriswan, Senin (22/3/2021), di Tegal.
Menurut Heriswan, selama ini, pihaknya rutin menyerap beras dari petani. Target penyerapan beras dari petani di eks Karesidenan Pekalongan mencapai 49.500 ton per tahun. Hingga Maret, Bulog Cabang Pekalongan menyerap 7.000 ton beras.
”Penyerapan beras paling banyak dari Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Tegal. Harga belinya sesuai dengan standar yang ditentukan, yakni Rp 8.300 per kilogram untuk beras dan Rp 5.400 per kilogram untuk gabah,” kata Heriswan.
Melihat masih banyaknya jumlah beras yang ada, kalau boleh menyampaikan, memang tidak perlu impor. (Heriswan)
Sementara itu, sejumlah petani di Kota Tegal mengeluhkan anjloknya harga jual gabah yang terjadi belakangan ini. Menurut petani, anjloknya harga gabah dipengaruhi panen raya dan rencana pemerintah mengimpor beras.
”Ini belum impor saja harga jual gabah sudah turun dari Rp 500.000 per kuintal menjadi Rp 350.000 per kuintal. Nanti waktu sudah impor pasti akan lebih parah lagi,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Ekonomi Kaligangsa, Munaseh.
Keluhan serupa juga disampaikan Ketua Gapoktan Akur Tani Jaya Kalinyamat Kulon Asmawi Aziz. Sejak awal Maret, kelompok tani di wilayah Kalinyamat Kulon sudah memanen 50 ton gabah dari 10 hektar sawah. Hingga kini, hasil panen tersebut belum dijual.
”Sementara ini, kami menunggu agar harga gabah stabil, paling tidak supaya Rp 4.500 per kilogram. Karena sebagian besar warga tidak punya gudang penyimpanan yang memadai, paling-paling gabah akan disimpan di rumah petani masing-masing,” ujar Asmawi.
Asmawi menambahkan, menyimpan beras di rumah berisiko menyebabkan beras rusak, seperti berkutu atau berjamur. Namun, para petani mengaku lebih memilih menanggung risiko tersebut ketimbang harus menjual gabahnya saat harganya sedang rendah seperti saat ini.
Asmawi dan Munaseh mendesak agar pemerintah membatalkan rencana impor beras. Mereka berharap, petani dalam negeri dibantu dengan cara diserap hasil panennya.
”Selama ini belum pernah beras kami diserap Bulog. Dalam kondisi seperti sekarang ini, Bulog seharusnya berperan, membantu menyerap beras petani,” kata Munaseh.
Secara terpisah, Kepala Bidang Pertanian Dinas Kelautan dan Perikanan, Pertanian, dan Pangan Kota Tegal Yusmana mengatakan, anjloknya harga gabah dan beras terjadi tidak hanya karena rencana impor, tetapi juga karena sedang panen raya di sejumlah daerah. Kendati demikian, ia mengakui bahwa penolakan rencana impor beras disampaikan oleh sejumlah petani di Kota Tegal.
”Yang bisa kami lakukan adalah mendorong Bulog untuk menyerap beras hasil petani di saat harga sedang anjlok seperti sekarang ini. Sejauh ini, permintaan agar Bulog menyerap hasil panen petani padi di Kota Tegal sudah kami sampaikan, tetapi baru secara lisan. Dalam waktu dekat, kami akan coba memohon secara tertulis,” kata Yusmana.
Menurut Yusmana, pihaknya sudah berupaya membantu petani yang terdampak anjloknya harga beras dan gabah. Hal itu diwujudkan dengan penyerahan bantuan berupa benih padi setiap awal musim tanam.
Jumlah bantuan benih yang disalurkan menyesuaikan kebutuhan dan jumlah petani. Sejauh ini, ada 400 petani padi yang menggarap 380 hektar sawah di Kota Tegal.