Tes Deteksi Covid-19 GeNose di Stasiun Kereta Api Akan Diperluas hingga 44 Kota
Alat deteksi Covid-19 Gadjah Mada Electronic Nose atau GeNose C19 telah digunakan di stasiun kereta api di tujuh kota. Penggunaannya ditargetkan diperluas ke 44 kota lainnya dalam satu bulan ke depan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Alat deteksi Covid-19 Gadjah Mada Electronic Nose atau GeNose C19 telah digunakan di stasiun kereta api di tujuh kota. Penggunaannya ditargetkan diperluas ke 44 kota lainnya dalam satu bulan ke depan.
Tes GeNose bagi penumpang kereta jarak jauh pertama kali diterapkan di Stasiun Senen, Jakarta, dan Stasiun Yogyakarta pada 5 Februari 2021. Setelah itu, penggunaannya diperluas di lima kota lainnya, yaitu Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Solo, Senin (15/2).
”Saya berharap dalam seminggu ini pelayanan GeNose sudah ada di 20 kota lainnya dan bertambah lagi ke 44 kota lainnya dalam waktu kurang dari satu bulan,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat meninjau penggunaan GeNose di Stasiun Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/2).
Selama pandemi, penumpang kereta api jarak jauh disyaratkan menunjukkan hasil negatif tes Covid-19. Selain tes GeNose, sebelumnya juga digunakan tes antigen dan tes bermetode rantai polimerase (PCR).
Budi menilai, penerapan tes GeNose di Stasiun Bandung berjalan cukup baik. Di stasiun ini, calon penumpang melakukan tes di bilik sehingga tidak berdekatan. Menurut dia, hal itu sejalan dengan masukan dari pakar epidemiologi.
Ia berharap perkantoran juga menerapkan penggunaan GeNose secara rutin. Hal ini diperlukan untuk mendeteksi penyebaran Covid-19 sehingga dapat segera diantisipasi.
Selama pandemi, penumpang kereta api jarak jauh disyaratkan menunjukkan hasil negatif tes Covid-19. Selain tes GeNose, sebelumnya juga digunakan tes antigen dan tes bermetode rantai polimerase (PCR).
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi II Bandung Kuswardoyo menuturkan, sejak Senin (15/2/2021) ada sekitar 1.500 penumpang yang mengikuti tes GeNose di Stasiun Bandung. ”Tes ini menambah alternatif bagi penumpang selain tes antigen dan PCR,” ujarnya.
Menurut Kuswardoyo, dengan biaya lebih murah dan proses lebih cepat, tes GeNose diminati penumpang. Biaya tes hanya Rp 20.000 dan hasilnya keluar dalam 3 menit.
Sementara tes antigen dikenai biaya Rp 105.000 dan hasilnya diketahui dalam 10-15 menit. Tes GeNose juga dinilai simpel karena tidak perlu melalui pengambilan sampel cairan dari rongga hidung.
Calon penumpang yang telah memiliki tiket atau kode booking dapat mengikuti tes GeNose di stasiun maksimal satu hari sebelum keberangkatan. Setelah membayar Rp 20.000, calon penumpang akan mendapatkan kantong udara untuk diisi embusan napas.
Akan tetapi, 30 menit sebelum tes, calon penumpang dilarang makan, minum (selain air putih), dan merokok. ”Petugas akan memandu calon penumpang. Embusan napas pertama dan kedua dibuang. Baru napas ketiga dimasukkan ke kantong udara,” ujarnya.
Jika hasil tes GeNose positif, tiket keberangkatan calon penumpang akan dibatalkan. Biaya tiketnya dikembalikan 100 persen lewat transfer rekening bank maksimal dalam dua pekan.
Kuswardoyo mengatakan, berdasarkan tes GeNose di Stasiun Bandung, beberapa calon penumpang positif Covid-19. Namun, ia belum dapat memastikan jumlahnya. ”Jika hasil tes positif, sesuai mekanismenya, tiket atau kode booking dibatalkan,” ujarnya.
Di Daop II Bandung, tes GeNose baru diterapkan di Stasiun Bandung. Sementara di stasiun lainnya, seperti Kiaracondong, Banjar, dan Tasikmalaya, menerapkan tes antigen dan PCR.
Kuswardoyo tidak dapat memastikan jadwal penggunaan tes GeNose di stasiun lainnya. ”Kami hanya operator yang menjalankan kebijakan pemerintah. Mudah-mudahan segera ada keputusan penggunaan GeNose di stasiun lainnya,” ucapnya.