Tes GeNose Mulai Digunakan untuk Penumpang Kereta Jarak Jauh
Alat deteksi Covid-19 melalui embusan napas akan digunakan di sejumlah stasiun. Hasil inovasi karya peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini diharapkan bisa memperluas penapisan penyakit tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Alat tes deteksi Covid-19 Gadjah Mada Electronic Nose atau GeNose mulai memasuki tahap uji diagnostik post marketing atau beredar di masyarakat. Dalam tahapan tersebut, alat deteksi melalui embusan napas ini akan digunakan di sejumlah stasiun bagi penumpang kereta jarak jauh.
”Kita akan mulai membuka layanan tes GeNose pada 5 Februari di dua stasiun, yaitu Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dan Stasiun Tugu, Yogyakarta. Ini akan berjalan secara bertahap sampai nanti bisa digunakan di 44 stasiun,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam kegiatan peninjauan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (3/2/2021).
Ia menuturkan, selain di dua stasiun tersebut, sejumlah stasiun di kota lain juga akan mulai membuka layanan uji diagnostik GeNose. Itu meliputi, antara lain, stasiun di Surabaya, Semarang, Bandung, Solo, dan Cirebon. Pemilihan kota ini didasarkan pada kepadatan penumpang yang menggunakan kereta jarak jauh.
Kita akan mulai membuka layanan tes GeNose pada 5 Februari di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dan Stasiun Tugu, Yogyakarta. Ini akan berjalan bertahap sampai nanti bisa digunakan di 44 stasiun.
Dengan begitu, hasil uji dari GeNose menjadi salah satu opsi dalam persyaratan penumpang kereta jarak jauh selain hasil uji swab antigen dan swab PCR (polymerase chain reaction). Hasil uji ini berlaku 3 x 24 jam sebelum jam keberangkatan kereta.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro menuturkan, penggunaan tes GeNose diharapkan mendukung kelancaran perjalanan dan menjaga keamanan penumpang kereta dari kemungkinan paparan Covid-19. Alat ini sudah melalui beberapa pengujian dan mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan.
Dari hasil pengujian yang dilakukan, GeNose diklaim memiliki tingkat akurasi 93-95 persen dengan sensitivitas 89-92 persen dan spesifitas 95-96 persen. Secara teknis, alat ini dirancang untuk mendeteksi Covid-19 melalui pola napas dari seseorang. Adapun sampel yang diuji adalah hasil metabolisme dari virus atau VOC (volatile organic compound) yang terkandung dalam embusan napas seseorang.
Menurut Bambang, GeNose memiliki sejumlah kelebihan. Selain hasil karya peneliti dalam negeri, alat ini juga lebih nyaman dipakai karena tidak perlu melakukan swab tenggorokan.
Selain itu, alat ini lebih mudah digunakan dengan bantuan perangkat komputer yang sudah dibekali dengan kemampuan kecerdasan artifisial. Hasil yang didapatkan juga cukup cepat, yaitu sekitar 3 menit setelah sampel embusan napas dikeluarkan.
”Harga dari pengetesan ini juga cukup murah. Dengan mesin seharga Rp 60 juta bisa digunakan untuk 100.000 kali tes. Artinya, bisa lebih efektif untuk menunjang pemeriksaan yang lebih luas,” katanya.
Berdasarkan ketentuan yang sudah dikeluarkan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), hasil uji dari tes GeNose bisa digunakan sebagai salah satu syarat keberangkatan dari penumpang. Harga yang ditetapkan untuk tes ini Rp 20.000 per orang. Bagi calon penumpang yang akan menjalani tes ini diharuskan tidak makan dan minum serta merokok setidaknya 30 menit sebelum tes dilakukan.