Belum Seminggu Dibuka, Bandara Banyuwangi Kembali Ditutup akibat Erupsi Raung
Bandara Banyuwangi sempat tidak beroperasi akibat sebaran abu vulkanik Gunung Raung sejak Minggu (7/2/2021) hingga Minggu (14/2/2021). Setelah sempat beroperasi normal selama enam hari, bandara ditutup kembali hari ini.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Bandara Banyuwangi tidak beroperasi lagi karena sebaran abu vulkanik Gunung Raung. Sebelumnya, hampir satu minggu bandara tidak melayani penerbangan dengan sebab yang sama.
Bandara Banyuwangi terletak di sisi tenggara Gunung Raung dengan jarak sekitar 35 km. Gunung Raung mengalami erupsi kecil sejak 21 Januari. Sejak saat itu, gunung setinggi 3.332 kerap mengembuskan abu vulkanik.
Info tentang penutupan bandara disampaikan Executive General Manager Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi Cin Asmoro. Penutupan tersebut didasarkan pada notam (notice to airmen) yang dikeluarkan oleh Otoritas Bandara Udara III.
”Ada beberapa penerbangan yang dibatalkan karena operasional bandara ditutup untuk sementara. Penyebabnya masih sama, Gunung Raung ’batuk’ lagi,” tutur Cin di Banyuwangi, Jumat (19/2/2021).
Cin mengatakan, terbitnya notam penutupan bandara didasarkan pada pengamatan sebaran abu di ruang udara dan di wilayah darat sekitar bandara. Pengamatan wilayah darat sekitar bandara dilakukan menggunakan pengujian kertas (paper test). Sementara pengamatan sebaran abu di wilayah udara menjadi wewenang Airnav Indonesia Cabang Banyuwangi.
Berdasarkan notam, penutupan bandara dilakukan sejak pukul 10.33 hingga pukul 14.00, Jumat (19/2/2021). Sementara jadwal penerbangan di Bandara Banyuwangi berjumlah delapan penerbangan.
Sebanyak empat penerbangan dijadwalkan sebelum pukul 10.30 dan empat lainnya setelah pukul 10.30. Keempat penerbangan yang dijadwalkan setelah pukul 10.30 tersebut akhirnya harus dibatalkan karena dampak sebaran abu vulkanik Gunung Raung.
Hendry Sulistyanto, warga Ketapang, Banyuwangi, akhirnya harus mengurungkan niatnya menjemput kakaknya yang hendak terbang dari Bali ke Banyuwangi. Pesawat yang ditumpangi kakaknya batal berangkat.
”Saya ditelepon kakak di Bali dan mendapat kabar bahwa dia belum mendapat kepastian akan terbang. Kakak saya juga tidak mendapat info apa penyebab tidak adanya penerbangan dari Bali ke Banyuwangi,” tuturnya.
Setelah mendapat informasi tentang penyebab pembatalan penerbangan, Hendry langsung menghubungi kakaknya di Bali. Hendry mengatakan, kemungkinan kakaknya akan mengganti moda transportasi menjadi jalur darat.
Bandara Banyuwangi sebelumnya juga sempat tidak beroperasi akibat sebaran abu vulkanik Gunung Raung sejak Minggu (7/2/2021) hingga Minggu (14/2/2021) berikutnya. Setelah itu Bandara Banyuwangi sempat beroperasi normal hingga akhirnya kembali ditutup hari ini.
Kepala Airnav Indonesia Cabang Banyuwangi Suri Fikriansyah menjelaskan, penutupan bandara ini sudah sesuai dengan prosedur keselamatan penerbangan. Sebaran abu vulkanik sangat berbahaya bagi keselamatan penerbangan.
”Abu vulkanik ini memang kecil, tetapi memiliki tekstur permukaan yang tajam dan bisa menggumpal. Abu vulkanik membahayakan penerbangan karena apabila masuk ke dalam mesin, bisa merusak atau mengikis komponen-komponen,” ungkapnya.
Tak hanya itu, abu vulkanik juga bisa menggumpal hingga menutup saluran pitot (pitot tube) pada pesawat. Pitot merupakan bagian dari instrumen sensor pesawat. Tersumbatnya pitot bisa mengacaukan sistem komputerisasi pada pesawat.
Abu vulkanik ini memang kecil, tetapi memiliki tekstur permukaan yang tajam dan bisa menggumpal.
Secara terpisah, Petugas Pengamat Gunung Api Raung Burhan menyampaikan, pada periode pengamatan pukul 06.00 hingga 12.00, Gunung Raung terpantau beberapa kali mengembuskan abu vulkanik. Embusan yang keluar kawah bertekanan lemah teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang dengan ketinggian 1.000 meter di atas puncak kawah.
”Saat ini, embusan abu tidak terus-menurus seperti minggu lalu. Hanya ada beberapa kali embusan dengan jeda waktu bervariasi. Abu vulkanik tersebut tertiup angin mengarah ke timur,” ungkapnya.
Hingga saat ini, Pusat Vulknaologi dan Mitigasi Bencana Geologi masih menetapkan status Gunung Raung dalam Level II (Waspada). Warga dan wisatawan masih dilarang berada di radius 2 km dari puncak.