Dua Kali Batal Terbang, Pilot: Peringatan Itu Datang di Waktu yang Tepat
Capt Heri Widyanto bersyukur informasi terkait sebaran abu disampaikan sesaat sebelum terbang. ”Informasi dan peringatan potensi bahaya penerbangan akibat sebaran abu Gunung Raung datang di saat yang tepat,” ujarnya.
Pesawat Citilink QG 0710 rute Banyuwangi-Jakarta batal terbang untuk kedua kalinya akibat sebaran abu vulkanik Raung. Pembatalan dilakukan demi keamanan dan keselamatan penerbangan.
Pesawat yang dikemudikan Pilot Heri Widyanto itu berangkat dari Jakarta, Minggu (7/2/2021) pukul 06.00, dan tiba di Bandara Banyuwangi pukul 07.40. Pada 08.10, pesawat tersebut dijadwalkan untuk kembali terbang ke Jakarta.
Saat penumpang sudah berada di dalam pesawat dan pilot sudah menginstruksikan awak kabin untuk menutup pintu, penerbangan ternyata ditunda. Penumpang harus turun dan kembali ke terminal.
Di terminal keberangkatan, para penumpang mendapat informasi penundaan dikarenakan adanya sebaran abu Gunung Raung. Baru pada pukul 13.00 Citilink memastikan pesawat dibatalkan keberangkatannya.
Sejumlah penumpang akhirnya difasilitasi untuk perubahan jadwal terbang keesokan harinya, Senin (8/2/2021). Hal serupa terulang kembali. Saat para penumpang sudah duduk di pesawat dan pintu sudah ditutup, lagi-lagi keberangkatan dibatalkan. Alasannya sama karena sebaran abu Gunung Raung.
Capt Heri Widyanto bersyukur karena informasi terkait sebaran abu disampaikan sesaat sebelum terbang. ”Informasi dan peringatan potensi bahaya penerbangan akibat sebaran Gunung Raung datang di saat yang tepat. Kami, awak kabin dan penumpang, beruntung karena antisipasi sudah dilakukan sejak pesawat belum terbang. Apabila peringatan potensi bahaya penerbangan tersebut disampaikan saat ada di udara, hal itu menjadi pekerjaan yang berat dan tidak mudah,” tuturnya.
Baca Juga: Bandara Banyuwangi Ditutup, Tujuh Penerbangan Terdampak
Heri mengaku, sejak keberangkatan dari Jakarta, penerbangannya sebenarnya sudah terdampak. Saat pesawat terbang di atas Blora, Jawa Tengah, pesawat biasanya diminta berbelok ke kiri menuju utara. Namun, oleh pengontrol lalu lintas udara, pesawat diminta berbelok ke selatan untuk menghindari potensi sebaran abu.
Heri dan penumpang akhirnya bisa tiba di bandara Banyuwangi dengan selamat. Saat hendak terbang kembali ke Jakarta, Heri sempat melakukan pengecekan fisik di pesawatnya. Saat itu Heri menemukan ada sebaran abu yang menempel di pesawatnya.
”Saya sempat melakukan pemeriksaan dengan meraba badan pesawat, ada debu kasar dan tajam. Ini pasti abu Gunung Raung. Kondisi ini segera saya laporkan kepada Airnav Banyuwangi. Akhirnya penerbangan dibatalkan karena dari pihak bandara juga menemukan adanya sebaran abu berdasarkan paper test (pengujian kertas),” tuturnya.
Pun demikian saat ia hendak terbang kembali pagi hari ini. Dalam perjalanan berangkat dari hotel tempatnya menginap ke Bandara Banyuwangi, Heri sempat melihat Gunung Raung erupsi. Saat itu, kolom abu sangat tebal dan tinggi mengarah ke timur. Dalam hati ia berkata, ”Kondisi asapnya semakin tebal, mungkin sebaran abu juga akan tebal.”
Setibanya di bandara, Heri mendapat laporan bahwa hasil observasi hingga pukul 05.00 menunjukkan situasi aman untuk melakukan penerbangan. Atas dasar itu, Heri mengajak awak kabin untuk masuk ke pesawat.
Baca Juga: Erupsi Sejak 21 Januari, Mengapa Abu Raung Baru Terasa Sekarang...
Di kokpit, Heri dan kopilot sempat membersihkan kaca dari sisa sebaran abu. Namun, baru 5 menit berselang, abu vulkanik kembali tampak jatuh di kaca tersebut. Ia lantas memberikan instruksi kepada kopilot dan para pramugari tentang kemungkinan-kemungkinan terburuk dan tanda-tanda gangguan abu vulkanik terhadap penerbangan.
Keberangkatan sebenarnya akan dipercepat dari jadwal semula pukul 08.10. Pada pukul 07.55, seluruh penumpang sudah masuk pesawat dan pintu telah ditutup. Namun, pada pukul 08.00, menara ATC Bandara kembali menginformasikan tentang adanya sebaran abu.
”Sesuai prosedur, kami taat untuk tidak terbang karena ini demi keselamatan dan keamanan penerbangan. Informasi yang diberikan Airnav datang di saat yang tepat. Kami bersyukur potensi ancaman hujan abu bisa dideteksi lebih awal sehingga lebih aman bagi penerbangan kami,” tuturnya.
Heri menjelaskan, sebaran abu vulkanik sangat berbahaya bagi penerbangan. Abu tersebut bisa menganggu sistem navigasi pesawat, bahkan merusak mesin pesawat.
Baca Juga: Gunung Raung Kembali Erupsi Kecil
Hal tersebut dibenarkan Kepala Airnav Indonesia Cabang Banyuwangi Suri Fikriansyah. Suri menjelaskan, penutupan bandara ini sudah sesuai dengan prosedur keselamatan penerbangan.
”Abu vulkanik ini memang kecil, tetapi memiliki tekstur permukaan yang tajam dan bisa menggumpal. Abu vulkanik membahayakan penerbangan karena apabila masuk ke dalam mesin bisa merusak atau mengikis komponen-komponen,” ungkapnya.
Tak hanya itu, abu vulkanik juga bisa menggumpal hingga menutup saluran pitot (pitot tube) pada pesawat. Pitot merupakan bagian dari instrumen sensor pesawat. Tersumbatnya pitot bisa mengacaukan sistem komputerisasi pada pesawat.
Abu vulkanik membahayakan penerbangan karena apabila masuk ke dalam mesin bisa merusak atau mengikis komponen-komponen.
Abu juga bisa masuk kedalam kabin penumpang. Apabila hal itu terjadi, kabin akan terasa panas dan berbau belerang. Tentu hal ini tidak baik bagi kesehatan penumpang.
Baca Juga: Aktivitas Meningkat, Gemuruh Raung Hal Wajar
Kemungkinan terparah, abu misa masuk ke mesin. Saat masuk ke mesin, abu yang bergesekan bisa menggores, bahkan merusak, bilah baling-baling. Jika hal itu terjadi, pesawat bisa kehilangan mesin pendorongnya.
Firman, penumpang yang seharusnya terbang dari Banyuwangi ke Jakarta menggunakan Citilink, mengaku maklum dengan kondisi ini. ”Saya juga tidak bisa memaksakan diri untuk terbang. Lebih baik terlambat ikut acara kantor daripada terjadi sesuatu saat terbang,” tuturnya.
Executive General Manager Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi Cin Asmoro mengatakan, pada Senin (8/2/2021), dijadwalkan ada sembilan penerbangan dari dan menuju Bandara Banyuwangi. Namun, akibat sebaran Abu Vulkanik Gunung Raung, tujuh penerbangan terpaksa dibatalkan.
”Pagi tadi, Citilink Surabaya-Banyuwangi, Banyuwangi-Denpasar, sempat take off dan landing dengan selamat. Mereka melakukan penerbangan sebelum pukul 08.00 atau sebelum notam (notice to airmen) penutupan bandara dilakukan,” ujarnya.
Baca Juga: PVMBG Segera Tambah Instrumen Pemantauan Gunung Raung
Dari Pos Pengamatan Gunung Api Raung dilaporkan, erupsi Gunung Raung menunjukkan peningkatan yang signifikan. Embusan kolom abu bahkan dilaporkan mencapai 2 kilometer dari puncak Gunung Raung. Kolom abu ini merupakan yang tertinggi yang pernah teramati selama periode erupsi sekala kecil sejak 21 Januari 2021.
Kendati demikian, erupsi ini tidak sebesar erupsi pada 2015. Saat itu, erupsi Gunung Raung membuat Bandara di Surabaya, Bali, dan Lombok ditutup.