Panen Tak Berurutan, Harga Gabah di Demak Berpotensi Anjlok
Sejumlah petani di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, khawatir harga gabah pada panen raya pertama tahun ini, pada akhir Februari-awal Maret 2021, anjlok.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Sejumlah petani di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, khawatir harga gabah pada panen raya pertama tahun ini, pada akhir Februari-awal Maret 2021, anjlok. Pasalnya, panen di daerah hulu dan hilir irigasi cenderung berbarengan sehingga produksi diperkirakan melimpah dalam waktu sama yang akan membuat harga jatuh.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Demak Hery Sugiartono, Jumat (5/2/2021), mengatakan, di masa awal panen saja, yakni awal Februari 2021, harga gabah kering panen (GKP) tertinggi di Demak sekitar Rp 4.300 per kilogram. Padahal, idealnya, di masa awal panen, harga GKP sekitar Rp 5.000 kemudian terus turun hingga panen raya.
Menurut Hery, kondisi tersebut terjadi karena para petani, baik di hulu maupun hilir irigasi, menanam pada waktu yang cenderung bersamaan. ”Biasanya, pada awal Januari daerah hulu irigasi sudah panen karena mulai menanam lebih cepat, kemudian berurutan ke hilir, hingga Februari sawah tadah hujan mulai panen. Jadi, ada jeda sebulan lebih,” katanya.
Ia mencontohkan, Kecamatan Mijen, yang berada di utara jalur pantai utara (pantura), biasanya menanam belakangan, tetapi kini cenderung berbarengan dengan daerah seperti Kecamatan Gajah di selatan pantura. Idealnya, masa panen keseluruhan 2-3 bulan, berurutan antarwilayah. Namun, kini masa panen keseluruhan sekitar sebulan.
Hal itu tak terlepas dari dekatnya jarak antara pembukaan irigasi Waduk Kedung Ombo pada pertengahan Oktober 2020 dan musim hujan yang ternyata datang lebih cepat. ”Seharusnya dipikirkan distribusi waktu panen ini agar lebih lebar atau lebih panjang. Kini masih ada waktu bagi pemerintah untuk mengantisipasi, antara lain dengan mengoptimalkan penyerapan,” ucap Hery.
Berdasarkan pantauan Kamis (4/2/2021), sawah-sawah di sejumlah daerah di Demak, seperti di Kecamatan Sayung dan Gajah, siap panen beberapa minggu lagi. Namun, ada juga beberapa sawah yang sudah mulai panen meski jumlahnya belum banyak. Sejumlah petani mendapat informasi bahwa harga GKP saat ini sekitar Rp 4.300 per kg.
Dengan demikian, saat panen raya nanti, harga diperkirakan semakin turun karena gabah melimpah. ”Biasanya, di saat-saat seperti ini, harga gabah sekitar Rp 5.000 per kg, atau di bawah sedikit. Kalau sekarang saja sudah Rp 4.300 per kg, bagaimana nanti saat panen raya?” kata Madikun (70), petani asal Desa Karangasem, Sayung, Demak.
Petani asal Karangasem lainnya, Kesri (64), mengatakan hanya bisa pasrah jika harga anjlok saat panen raya tiba. Ia hanya berharap gabahnya ada yang membeli saat produksi melimpah nanti. Melihat kondisi saat ini, ia tak berharap banyak pada keuntungan, tetapi gabah cukup terjual agar menutupi ongkos produksinya, yakni sebesar Rp 7 juta-Rp 8 juta.
Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, berpendapat, dengan kapasitas gudang yang ada, Bulog dapat memasang target penyerapan hingga 2,5 juta ton. ”Petani membutuhkan penyerapan (gabah/beras) yang optimal dari Bulog,” ujarnya (Kompas, 4/2/2021).
Harga gabah di tingkat petani terancam turun hingga di bawah Rp 4.000 per kg pada panen raya tahun ini. Berdasarkan data yang dihimpun AB2TI di 46 kabupaten sentra produksi beras, harga GKP di tingkat petani pada Mei 2020 mencapai Rp 4.325 per kg, lalu meningkat hingga puncaknya pada September 2020 sebesar Rp 4.800 per kg.
Siap menyerap
Pemimpin Perum Bulog Wilayah Jateng Miftahul Ulum mengatakan, pihaknya tetap konsisten untuk menyerap gabah petani, sesuai dengan kebijakan pemerintah. ”Pada musim panen seperti ini, harga gabah turun karena beberapa faktor, seperti serangan hama dan terendam banjir. Namun, kalau kondisi cerah, harga tidak akan turun. Kami tetap siap menyerap,” ujarnya.
Sepanjang 2021, Bulog Jateng menargetkan pengadaan beras sebesar 204.000 ton. Miftahul menuturkan, sesuai arahan Direktur Utama Perum Bulog, agar lebih fokus pada pengadaan gabah. Namun, untuk saat ini, lantaran baru awal panen, harga masih tinggi dan belum sesuai dengan ketentuan pemerintah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jateng, pada 2019, Demak dengan produksi 666.141 ton merupakan daerah penghasil padi terbesar keempat di Jateng. Daerah penghasil terbesar pertama adalah Grobogan dengan 772.521 ton, diikuti Sragen 766.012 ton dan Cilacap 699.964 ton.
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 tentang harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah atau beras disebutkan HPP GKP dengan kualitas kadar air paling tinggi 25 persen dan kadar hampa/kotoran paling tinggi 10 persen adalah Rp 4.200 per kg di tingkat petani atau Rp 4.250 per kg di penggilingan.
Sementara HPP gabah kering giling dengan kualitas kadar air paling tinggi 14 persen dan kadar hampa/kotoran paling tinggi 3 persen sebesar Rp 5.250 per kg di penggilingan atau Rp 5.300 per kg di gudang Perum Bulog.
Miftahul menyebutkan, pihaknya terus melakukan evaluasi agar target pengadaan beras pada 2021 tercapai. ”Kami persiapkan teman-teman di empat cabang untuk on farm (petani kemitraan). Juga, terus melakukan pendekatan kepada para mitra, baik yang sudah bekerja sama dengan kami maupun calon-calon mitra. Kami menyosialisasikan kepada petani,” katanya.