Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas, Jarak Luncur 2 Km ke Barat Daya
Setelah mengeluarkan puluhan kali awan panas pada Rabu (27/1/2021), Gunung Merapi masih terus mengalami erupsi. Pada Kamis pagi, Gunung Merapi lagi-lagi mengeluarkan awan panas dengan jarak luncur 2 kilometer.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Setelah mengeluarkan puluhan kali awan panas pada Rabu (27/1/2021), Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta masih terus mengalami erupsi. Pada Kamis (28/1/2021) pagi, Gunung Merapi lagi-lagi mengeluarkan awan panas dengan jarak luncur 2 kilometer ke arah barat daya. Namun, status Merapi masih ditetapkan Siaga.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Kamis pukul 10.13, Merapi meluncurkan awan panas dengan amplitudo 69 milimeter dan durasi 175 detik. Tinggi kolomnya tidak teramati karena cuaca sedang berkabut. Sementara estimasi jarak luncur awan panas sekitar 2 kilometer ke arah barat daya atau menuju ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Awan panas pada Kamis pagi itu merupakan yang pertama setelah terjadi puluhan kali awan panas di Gunung Merapi pada Rabu kemarin. Berdasarkan data BPPTKG, pada Rabu kemarin, tercatat ada 52 kali awan panas yang diluncurkan Gunung Merapi sejak pagi hingga malam hari.
”Teramati awan panas 52 kali dengan amplitudo maksimal 77 mm, durasi maksimal 317 detik, dan estimasti jarak luncur maksimal 3.000 meter,” kata Heru Suparwaka, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di wilayah Kaliurang, Kabupaten Sleman, DIY, saat menyampaikan laporan aktivitas Merapi secara daring, Kamis pagi.
Sebanyak 22 kejadian terjadi pada pukul 06.00-12.00. Rangkaian awan panas guguran dalam periode ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 15-60 mm dan durasi 83-197 detik. Sementara jarak luncur maksimal rangkaian awan panas itu adalah 1,6 km ke arah barat daya atau menuju ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Pada pukul 12.00-18.00, juga terjadi 22 kali awan panas. Tercatat dalam periode ini memiliki amplitudo 45-75 mm, durasi 81,6-317,8 detik, serta jarak luncur terjauh 3 km. Rangkaian awan panas itu juga masih mengarah ke barat daya atau ke wilayah hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Adapun 8 kali awan panas pada pukul 18.00-22.00 tercatat dengan amplitudo 52- 77 mm, durasi 75-197 detik, serta jarak luncur maksimal 2 km. Sama seperti sebelumnya, rangkaian awan panas tersebut juga meluncur ke arah barat daya.
Pada Rabu kemarin, awan panas yang memiliki jarak luncur terjauh terjadi pada pukul 12.53. Awan panas itu tercatat memiliki amplitudo 55 mm, durasi 317,8 detik, dan jarak luncur 3 km. Jarak luncur awan panas tersebut merupakan yang terjauh selama terjadinya erupsi Merapi tahun 2021. Sebelumnya, jarak luncur terjauh awan panas pada erupsi tahun ini adalah 1,8 km.
Berdasarkan data BPPTKG, pada Kamis pukul 10.13, Merapi meluncurkan awan panas dengan amplitudo 69 milimeter dan durasi 175 detik. Tinggi kolom awan panas itu tidak teramati karena cuaca berkabut, sementara estimasi jarak luncur awan panas sekitar 2 km ke arah barat daya atau menuju ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Status Siaga
Meski Gunung Merapi terus meluncurkan awan panas, BPPTKG belum menaikkan status gunung api tersebut. Status Gunung Merapi masih sama dengan sebelumnya, Siaga. Status itu telah ditetapkan sejak 5 November 2020.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, sampai sekarang, jarak luncur terjauh awan panas dari Gunung Merapi masih berada dalam radius bahaya yang ditetapkan BPPTKG. Jaraknya sejauh 5 km ke arah selatan-barat daya yang meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih. Kondisi itulah yang membuat BPPTKG belum menaikkan status Gunung Merapi.
Meski begitu, BPPTKG terus mengimbau masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi erupsi Merapi. ”Masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas di daerah dalam radius bahaya tersebut,” papar Hanik.
Hanik menuturkan, terhitung mulai 4 Januari lalu, Gunung Merapi memang telah memasuki fase erupsi. Erupsi yang saat ini terjadi di Gunung Merapi bersifat efusif, bukan erupsi eksplosif.
Dalam erupsi efusif, magma dari dalam tubuh gunung api keluar secara perlahan dan tidak disertai adanya ledakan. Hal ini berbeda dengan erupsi eksplosif, yakni keluarnya magma yang disertai ledakan seperti terjadi pada erupsi tahun 2010.
”Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi yang bersifat efusif dan kita kenal juga sebagai erupsi tipe Merapi, yaitu erupsi dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, kemudian disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran,” kata Hanik.
Pengungsian
Sesudah terjadinya rangkaian awan panas pada Rabu kemarin, lebih kurang 150 warga di lereng sisi barat daya Gunung Merapi di Sleman memutuskan mengungsi. Mereka berasal dari Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Dusun itu berada di sisi barat daya Gunung Merapi dengan jarak sekitar 6 km dari puncak gunung api tersebut.
”Mereka yang mengungsi sebagian besar berasal dari RT 003 dan RT 004 dari Dusun Turgo. Tetapi, ada sebagian warga dari RT lainnya yang merasa khawatir juga kami perbolehkan mengungsi,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto.
BPBD Sleman telah menyiapkan dua tempat pengungsian untuk menampung warga Dusun Turgo. Dua tempat pengungsian itu adalah Barak Purwobinangun di Desa Purwobinangun serta Barak Pandanpuro di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem. Setiap barak itu berkapasitas lebih kurang 150 orang.
Akan tetapi, saat ini, para pengungsi ditempatkan di Barak Purwobinangun terlebih dahulu. Jarak barak tersebut sekitar 13 km dari puncak Merapi sehingga aman dari bahaya akibat erupsi Gunung Merapi saat ini.