Lava Pijar Jadi Tanda Magma Gunung Merapi Mencapai Permukaan
Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar pada Senin (4/1/2021) malam. Munculnya guguran lava pijar ini menjadi tanda bahwa magma di dalam tubuh Gunung Merapi telah sampai di permukaan.
Oleh
HARIS FIRDAUS/REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan guguran lava pijar pada Senin (4/1/2021) malam. Munculnya guguran lava pijar ini menjadi tanda bahwa magma di dalam tubuh Gunung Merapi telah sampai di permukaan. Namun, status Merapi masih Siaga (Level III) dan radius bahaya belum diperluas.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, guguran lava pijar pada Senin malam itu bukan berasal dari lava lama sisa erupsi sebelumnya. Namun, guguran lava pijar itu merupakan lava baru yang berasal dari magma yang keluar dari dalam tubuh Gunung Merapi.
”Lava pijar seperti itu dari lava baru,” kata Hanik saat dihubungi, Selasa (5/1/2021) pagi. Oleh karena itu, Hanik menyatakan, peristiwa guguran lava pijar pada Senin malam menandakan bahwa magma di dalam tubuh Gunung Merapi telah keluar dan sampai di permukaan.
Berdasarkan data BPPTKG, guguran lava pijar itu terjadi pada Senin pukul 19.52. Lava pijar tersebut terpantau dari kamera pemantau (CCTV) di sisi barat daya Gunung Merapi dan kamera termal di salah satu stasiun pemantauan Gunung Merapi milik BPPTKG.
Menurut laporan BPPTKG, dari hasil pantauan CCTV dengan mode pemandangan malam atau nightview, tampak pendaran sinar yang diduga merupakan lava pijar. Hasil pengamatan ini diperkuat foto yang diambil menggunakan kamera DSLR serta foto dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di wilayah Kaliurang, Kabupaten Sleman, DIY.
Hanik menyatakan, bertepatan dengan teramatinya pendaran sinar tersebut, BPPTKG mencatat terjadinya guguran pada Senin pukul 19.50. Guguran tersebut tercatat di seismogram dengan amplitudo 33 milimeter dan durasi 60 detik. Suara guguran tersebut juga terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Merapi di wilayah Babadan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil pemantauan itu, Hanik menyimpulkan, telah muncul lava pijar di Gunung Merapi, tepatnya di dasar lava sisa erupsi tahun 1997. Dia menambahkan, pada Kamis (31/12/2020) pukul 21.08, juga teramati adanya sinar di Gunung Merapi. ”Sinar yang teramati sebelumnya itu bisa jadi merupakan indikasi awal akan munculnya api diam dan lava pijar,” katanya.
Selama beberapa hari terakhir, sinar di Gunung Merapi itu sempat menjadi perbincangan di media sosial. Informasi soal sinar itu juga kemudian disampaikan ke BPPTKG. Hanik menyatakan, BPPTKG mengapresiasi bantuan dari berbagai pihak yang sudah berbagi informasi terkait aktivitas Merapi. ”Informasi ini sangat berguna bagi pemantauan aktivitas Gunung Merapi saat ini,” tuturnya.
Peristiwa guguran lava pijar pada Senin malam menandakan bahwa magma di dalam tubuh Gunung Merapi telah keluar dan sampai di permukaan.
Masih Siaga
Hanik memaparkan, guguran lava pijar masih mungkin terjadi lagi di Gunung Merapi. Oleh karena itu, Hanik mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Warga yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi pun diimbau tetap mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah setempat.
Meski begitu, BPPTKG belum menaikkan status Gunung Merapi sehingga status gunung api tersebut saat ini masih Siaga. Status tersebut telah ditetapkan sejak 5 November 2020. Selain itu, BPPTKG juga belum memperluas radius bahaya erupsi Gunung Merapi, yakni maksimal 5 kilometer dari puncak.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan mengatakan, secara umum, warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi di Sleman tidak panik saat terjadi guguran lava pijar pada Senin malam. Makwan menyebut, saat ini, sebagian warga Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, masih mengungsi karena wilayah tempat tinggal mereka masuk dalam area yang berpotensi terdampak erupsi Merapi.
Sebagian warga Dusun Kalitengah Lor itu mengungsi di tempat pengungsian di area Balai Desa Glagaharjo. ”Sampai tadi malam, jumlah warga yang mengungsi sebanyak 324 orang. Kami mengimbau warga yang berada di pengungsian untuk bersabar karena aktivitas vulkanik Merapi sedang meningkat. Apalagi, ini sudah muncul lava pijar,” kata Makwan.
Sementara itu, di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, warga yang tinggal pada radius 5 kilometer dari puncak diimbau untuk kembali ke pengungsian. Camat Dukun Amin Sudrajat mengatakan, seiring peningkatan aktivitas vulkanik Merapi, maka sejak Jumat (1/1/2021), warga dalam radius 5 kilometer diarahkan untuk kembali mengungsi. Namun, upaya mengimbau warga agar kembali ke pengungsian itu ternyata tak mudah.
”Karena peningkatan aktivitas vulkanik tidak tampak secara visual, maka hingga sekarang ini tetap ada warga yang masih ragu-ragu mengungsi,” ujar Amin. Untuk itu, Pemerintah Kecamatan Dukun akan terus melakukan sosialisasi agar warga benar-benar paham dan sadar akan potensi bencana erupsi Merapi.
Kepala Dusun Babadan II, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Sudarno mengatakan, pada Jumat kemarin, 57 keluarga dari dusun itu memutuskan kembali ke rumah. Hal ini karena warga belum mengetahui peningkatan aktivitas vulkanik Merapi. Sebagian warga memilih kembali bertani, mengurus rumah, dan hingga kini belum memutuskan kapan akan kembali ke pengungsian.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, pihaknya selalu menjalin komunikasi dengan pemerintah desa dan memberikan informasi terkini tentang perkembangan aktivitas vulkanik Merapi. Berdasarkan data BPBD Magelang, pada Senin malam, jumlah warga yang mengungsi sebanyak 279 orang dan tersebar di empat lokasi pengungsian.
Jumlah pengungsi itu meningkat dibandingkan kondisi Sabtu (2/1/2021) sebanyak 119 orang dan hanya berada di satu lokasi pengungsian. Meski begitu, jumlah warga yang mengungsi saat ini masih jauh lebih sedikit dibandingkan kondisi beberapa saat setelah status Merapi naik menjadi Siaga. Saat itu, jumlah pengungsi mencapai lebih dari 800 orang.