Tenggang Rasa untuk Gereja
Natal antara lain merupakan momen kelahiran kasih berupa toleransi yang dalam situasi wabah Covid-19 masih ada, terpelihara, tetapi perlu beradaptasi untuk keselamatan manusia.
Pohon Natal 3,5 meter, berdiameter 180 sentimeter, berbalut masker, berhias wadah berisi pensanitasi tangan dan sabun cuci terpampang di Gereja Kristus Raja, Surabaya, Jawa Timur.
Imam dan umat paroki membuat dan memasang pohon Natal nan unik itu sebagai refleksi situasi negeri yang masih dihantam badai wabah Covid-19. Masker, pensanitasi, dan sabun adalah benda-benda yang lekat dengan protokol kesehatan sebagai ikhtiar untuk mencegah penularan Covid-19.
Baca Juga : Pohon Natal Bermasker di Gereja Katolik Kristus Raja Surabaya
Pohon Natal berhias materi protokol kesehatan diharapkan mendorong umat untuk lebih meneguhkan hati. Semoga semua kian melindungi diri dan sesama dengan semangat patuh tata cara pencegahan penularan pagebluk.
Cuma sepekan sejak pemungutan suara pemilihan wali kota dan wakil wali kota untuk Surabaya pada 9 Desember 2020, jemaat gereja di Jalan Residen Sudirman itu mendirikan pohon Natal yang dipenuhi masker. Ornamen akhirnya diletakkan dalam gereja yang telah berusia 80 tahun, termasuk bangunan ibadah Katolik tertua di Jawa Timur.
Media Sosial
Hadi Widjojo (58), tokoh umat, mengatakan, prakarsa membuat pohon Natal bertema protokol kesehatan berawal dari ajakan Pastor Kepala Paroki Kristus Raja RP Markus Marcelinus Hardo Iswanto, CM.
“Saya ketemu Romo Hardo di gereja lalu beliau minta dibuatkan pohon Natal sesuai dengan suasana pandemi Covid-19, yang sudah hampir 10 bulan berjalan,” kata Hadi di Surabaya, Minggu (20/12).
Merespon permintaan yang menantang tetapi begitu menarik, Hadi segera mengontak beberapa umat untuk menyebarkan pengumuman alias wara-wara melalui grup WhatsApp.
Sasaran mereka ialah sekitar 7.000 umat yang bernaung dalam Paroki Kristus Raja. Mereka meminta jemaat menyumbang minimal 5 masker kain untuk gereja demi pembuatan pohon Natal.
Baca Juga : Warga Diajak Menjaga Kondusivitas Kota Surabaya Jelang Libur Natal dan Tahun Baru
Gayung bersambut dengan cepat dan mendapat tanggapan dari umat di 64 lingkungan dalam 16 wilayah paroki itu. Mereka mengirimkan masker, cairan pensanitasi, dan sabun cuci untuk gereja.
Sambil menunggu pasokan, Hadi dan segelintir umat merangkai pohon Natal dari bambu. Mereka tidak bekerja dalam jumlah banyak mengingat potensi penularan Covid-19.
Rangka pohon dari bambu yang telah selesai kemudian "diselimuti" oleh masker-masker berbagai rona, motif, corak. Pohon Natal dari bambu, berbaju masker itu melambangkan suka cita umat dalam situasi pandemi.
“Mengerjakan pohon Natal dengan menggantungkan aneka masker bisa singkat karena ada saja umat yang datang, melihat, dan membantu"
Nur Kholis Saleh, ustad Nahdlatul Ulama, yang sering berkunjung ke Kristus Raja juga tertarik dan ikut merangkai pohon Natal.
Panitia Natal 2020 Gereja Kristus Raja Theresia Mariani mengatakan, pohon Natal dihiasi 1.000 masker, 500 hand sanitizer, dan 300 sabun cuci tangan. Pengumpulan barang kurun 1-17 Desember 2020.
“Semua hiasan dicuci terlebih dahulu sedangkan hand sanitizer dan sabun cuci tangan akan diberikan kepada penghuni panti asuhan di Surabaya,” ujar Theresia.
Kerja Bakti
Tenggang rasa dan suka cita untuk membantu sesama merayakan Natal 2020 juga terlihat di Papua.
Bumi Cendrawasih tak cuma kaya sumber daya alam. Juga terus tumbuh bahkan subur laksana jamur musim hujan sikap saling menghargai, solidaritas, dan toleransi dalam kehidupan keseharian warga.
Sepuluh lelaki belia nan gagah dari Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Papua sudah siap dengan “kelengkapan tempur” di depan Gereja Ebenhaezer di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Rabu (16/12) pukul 08.00 WIT. Bukan senjata di tangan mereka melainkan sapu, sabit, ijuk, dan pengki. Tatapan mereka tajam ke seluruh penjuru kompleks ibadah Kristen yang dibangun pada 1956 itu untuk mengincar atau menandai lokasi-lokasi yang harus ditangani.
Yoka merupakan satu dari 14 kampung di Kota Jayapura. Data dari Badan Pusat Statistik pada 2018 mencatat penduduk Yoka 2.297 jiwa. Kampung Yoka berada di tepi Danau Sentani, negeri damai di kaki Cyclops, dan berbatasan dengan Kabupaten Jayapura.
Baca Juga : Ribuan Pemudik Tinggalkan Jayapura
Sekitar pukul 08.30 WIT, setelah berkoordinasi dengan pengurus gereja, kesepuluh pemuda Muslim itu mulai bebersih kompleks. Bersama pengurus Ebenhaezer, para pemuda menyapu halaman berdebu, memungut semua sampah plastik, dan merapikan tanaman di tepi jalan masuk. Sengatan mentari yang terik tidak mampu melelehkan semangat untuk kebersihan.
Sebenarnya, jumlah anggota GPII Papua di Jayapura beratus-ratus orang. Namun, yang ke Ebenhaezer tidak bisa banyak mengingat situasi wabah Covid-19 yang belum mereda apalagi teratasi. Seperti pasukan khusus alias pilihan, kesepuluh pemuda itulah yang datang dan mewakili komunitas untuk membantu membersihkan Ebenhaezer guna persiapan Natal. Jumlah yang sedikit menjamin penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
Untuk dicermati, pagebluk yang telah menjadi pandemi global juga menghantam Kota Jayapura. Di ibu kota Papua ini, wabah turut menyiksa dan menjadi episentrum Bumi Cendrawasih. Kota Jayapura merupakan daerah dengan kasus tertinggi Covid-19 di Papua.
Sampai sekarang, wabah Covid-19 telah menjangkiti 5.901 warga Kota Jayapura yang 102 jiwa di antaranya meninggal. Di Kampung Yoka sempat ada tujuh orang yang terjangkit Covid-19 tetapi sudah dinyatakan sembuh.
Baca Juga : Satu Rumah Sakit Penanganan Covid di Papua Ditutup
Kerja bakti di Ebenhaezer oleh pengurus gereja dan pemuda Muslim berlangsung sekitar 90 menit. Mereka membayar letih dengan menikmati jajajan yang dibawa oleh sepuluh anggota GPII Papua tadi. Pembersihan kompleks gereja agar umat merasa nyaman ketika beribadah disempurnakan dengan keakraban ditemani kudapan sederhana nan lezat.
Rahmat Semesta
Ketua GPII Papua Sudin Rettob mengatakan, kerja bakti di gereja bukan ingin memperlihatkan aktivitas organisasi yang seremonial. Mereka ingin memaknai toleransi tidak boleh padam dalam kehidupan umat dunia yang sedang bertahan dan mencoba bangkit akibat digebuk pagebluk.
Sudin bilang, pembersihan gereja telah menjadi agenda rutin GPII. Tujuannya, membantu jemaat beribadah khususnya Natal dengan nyaman. Membantu sesama adalah perwujudan wajah Islam yang “Rahmatan Lil Alamin” atau rahmat bagi semesta yaitu memberi kebaikan bagi sesama manusia tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
“Kami bersama organisasi pemuda lainnya juga akan terlibat dalam pengamanan gereja dalam ibadah Natal Saya berharap organisasi pemuda lainnya turut terlibat untuk menyukseskan perayaan Natal tahun ini berjalan aman dan umat kristiani dapat mengikuti ibadah dengan khusyuk”
Marthen Mebri, perwakilan majelis Gereja Ebenhaezer Kampung Yoka mengatakan, amat bersemangat dan antusias ketika GPII Papua memberitahu melalui surat ingin kerja bakti di gereja.
Menurut Marthen, ada sekitar 500 keluarga atau 1.000 jemaat yang beribadah di Gereja Ebenhaezer Kampung Yoka.
Ebenhaezer sendiri berarti sampai di sini Tuhan menolong kita. “Kegiatan GPII Papua menunjukkan solidaritas antarumat beragama tak cuma dalam perkataan tetapi juga perbuatan. Sikap ini terus ada walaupun Covid belum mereda,” kata Marthen.
Berdasarkan hasil penelitian Kementerian Agama pada 2019, Papua Barat terdepan dengan indeks kerukunan beragama 82,1. Papua berada di peringkat keenam dengan skor 79. Indek dibentuk dari tiga indikator besar yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerjasama.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua, Lipiyus Biniluk mengatakan, amat senang dan mengapresiasi kerja bakti GPII Papua dan jemaat-pengurus Gereja Ebenhaezer. “Kegiatan tak hanya memelihara toleransi beragama tetapi sekaligus memupuk semangat gotong royong yang menjadi budaya dan identitas banga kita,” tutur Lipiyus.