Satu Rumah Sakit Penanganan Covid di Papua Ditutup
Satu dari delapan rumah sakit yang pasien Covid-19 di Jayapura ditutup untuk sementara waktu. Sebanyak 52 tenaga kesehatan di rumah sakit itu terpapar Covid-19.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah rumah sakit yang melayani pasien Covid-19 di Papua berkurang satu menjadi tujuh pada Jumat (17/7/2020). Hal ini terjadi karena Rumah Sakit Provita di Kota Jayapura resmi menghentikan pelayanan karena 52 tenaga medisnya terpapar Covid-19.
Sebelumnya, jumlah tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 ada 43, tetapi kini menjadi 52 orang. Berdasarkan pantauan, pengelola Rumah Sakit Provita kini tidak lagi menerima pasien baru untuk rawat inap ataupun warga yang ingin berobat di sejumlah layanan poliklinik, seperti kandungan, neurologi, dan penyakit dalam.
Sebelumnya pihak rumah sakit sempat membuat sebuah tenda di halaman rumah sakit sebagai tempat untuk penanganan darurat pasien sebelum dirujuk ke rumah sakit lain pada Rabu hingga Kamis. Namun, layanan di lokasi tersebut juga akhirnya dihentikan.
Provita termasuk salah satu dari delapan rumah sakit yang terlibat penanganan kasus pasien positif Covid-19 sejak Maret lalu. Rumah sakit ini menyiapkan 30 tempat tidur untuk pasien yang terpapar Covid-19.
Juru bicara Rumah Sakit Provita, Ignatius Letsoin, saat dikonfirmasi mengatakan, keputusan penutupan sementara Rumah Sakit Provita selama 14 hari telah disampaikan ke Dinas Kesehatan Papua dan Kota Jayapura. Ignatius mengatakan, alasan utama penutupan sementara karena 52 tenaga kesehatan dari total 200 pegawai Provita terpapar Covid-19.
Saat ini tim dokter fokus merawat 46 tenaga kesehatan dan sembilan warga yang positif Covid di Rumah Sakit Provita. Sementara enam tenaga kesehatan lain menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.
”Kami akan membuka kembali layanan kesehatan apabila dari hasil tes usap yang kedua kali menunjukkan banyak tenaga kesehatan yang telah sembuh,” kata Ignatius.
Juru bicara Satgas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Virus Korona Papua, Silwanus Sumule, mengatakan, penutupan Rumah Sakit Provita bukan karena adanya kesengajaan, melainkan masalah darurat yang tak dapat dihindari.
”Kondisi yang terjadi saat ini tidak memungkinkan menerima pasien baru. Mereka masih fokus merawat 46 tenaga kesehatan dan sembilan warga hingga sembuh, " tutur Silwanus.
Kondisi yang terjadi saat ini tidak memungkinkan untuk menerima pasien baru. Mereka masih fokus untuk merawat 46 tenaga kesehatan dan sembilan warga hingga sembuh.
Pada Jumat ini masih terjadi peningkatan kasus pasien positif Covid-19 di dua daerah, yakni Kota Jayapura 46 orang dan Kabupaten Mimika 10 orang.
Jumlah kumulatif kasus pasien positif Covid-19 di Papua mencapai 2.480 orang dengan rincian 1.244 orang dirawat, 1.210 orang telah sembuh, dan 26 orang meninggal.
Silwanus menilai warga terkesan masih menganggap remeh bahaya Covid. Hal ini menyebabkan rendahnya kesadaran warga untuk melaksanakan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan menghindari kontak dengan banyak orang di suatu tempat.
”Kedisiplinan warga menjadi kunci utama mengendalikan penyebaran Covid di tanah Papua. Kami memohon warga agar disiplin melaksanakan protokol kesehatan,” harap Silwanus.
Menumpuk
Ketua Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Jayapura Rustam Saru mengungkapkan, terdapat sekitar 300 warga yang positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri di rumahnya. Tempat isolasi yang disiapkan Pemerintah Kota Jayapura telah penuh.
Selama ini pengumuman hasil pemeriksaan sampel usap di laboratorium memakan waktu lima hingga tujuh hari. Adapun tim gugus tugas melaksanakan tes cepat Covid setiap hari di Kota Jayapura.
”Kami memohon agar pemerintah pusat bisa menyediakan tambahan alat pemeriksaan sampel usap di Kota Jayapura. Hal ini untuk mencegah penumpukan warga di ruang isolasi karena belum mendapatkan hasil pemeriksaan sampel usap,” kata Rustam.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Papua Antonius Oktavian menyatakan pihaknya telah berupaya maksimal memeriksa sampel usap dari 23 kabupaten dan 1 kota. Namun, masih terjadi penumpukan 600 hingga 800 sampel setiap hari.
”Jumlah tenaga Balitbangkes Papua di dalam laboratorium sebanyak 10 orang. Mereka memeriksa ribuan sampel dari puluhan Kabupaten dan Kota Jayapura di Papua selama 12 jam per hari,” ucap Antonius.
Sementara Silwanus mengatakan, pihaknya telah berupaya mengajukan permintaan bantuan mobil PCR ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Kementerian Kesehatan.
”Permintaan fasilitas ini untuk lima wilayah yang menjadi pusat penanganan Covid di Papua, yakni Kota Jayapura, Jayawijaya, Merauke, Nabire, dan Biak Numfor. Mudah-mudahan pemerintah pusat bisa merealisasikan permintaan kami,” kata Silwanus.