Kapal Cepat Tenggelam di Selat Lombok, Semua Awak Selamat
Kapal cepat bermuatan enam orang tenggelam di Selat Lombok setelah dihantam gelombang tinggi. Beruntung, semua awak berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Kapal cepat bernama Kaia Explorer yang tengah dalam perjalanan dari Padang Bali menuju Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, tenggelam setelah dihantam gelombang tinggi di perairan Selat Lombok, Rabu (9/12/2020). Tidak ada korban jiwa. Enam anak buah kapal naas tersebut berhasil diselamatkan.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram Nanang Sigit PH, di Mataram, Kamis (10/12/2020) siang, mengatakan, pada Rabu siang, mereka mendapat informasi jika sekitar pukul 11.30 Wita, sebuah kapal cepat tenggelam di perairan Selat Lombok bagian utara, dekat Gili Trawangan. Selat Lombok merupakan selat antara Pulau Bali dan Pulau Lombok.
Menurut Nanang, setelah menerima laporan, Basarnas Mataram langsung menerjunkan personel untuk mengevakuasi Kaia Explorer. Mereka menerjunkan kapal Rescue Boat 220 Mataram. Saat memulai operasi, perairan Selat Lombok tengah dilanda cuaca ekstrem.
”Awalnya, kami coba mendekat ke MV Moning. Kapal itu yang lebih awal mengevakuasi semua awak kapal. Menurut rencana kami akan pindahkan ke rescue boat. Tetapi, usaha pertama tidak berhasil karena gelombang yang tinggi,” kata Nanang.
Setelah itu, mereka ke Pelabuhan Lembar dan berdiskusi untuk mencari jalan keluar agar bisa mengevakuasi awak kapal berbahan fiber itu. Lalu, sekitar pukul 21.00 Wita, tim SAR gabungan kembali ke lokasi untuk mengevakuasi awak kapal dari MV Moning.
”Sekitar pukul 22.00 Wita, kami akhirnya bisa mendekat ke MV Moning. Apalagi cuaca juga sudah bersahabat. Akhirnya, keenam awak berhasil kami pindahkan ke rescue boat dalam kondisi selamat dan dibawa ke Pelabuhan Lembar,” kata Nanang.
Begitu tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, semua awak kapal, yakni Made Sulastra, Komang Budiastha, Nyoman Sumiarna, Sunu, Ferry, dan Riski, kemudian menjalani pemeriksaan kesehatan. Setelah itu, mereka diserahkan ke agen kapal.
Dihantam gelombang
Kapten Kaia Explorer Made Sulastra mengatakan, kapal mereka empat kali dihantam gelombang dengan tinggi 1,5 meter. Awalnya, hingga gelombang ketiga, mereka masih bisa mengendalikan kapal sepanjang 19 meter tersebut. Saat itu, sekitar pukul 10.25 Wita mereka hendak menuju Gili Trawangan untuk berlindung.
”Tetapi, saat dihantam gelombang keempat sekitar pukul 11.30 Wita, kapal miring ke kanan dan tenggelam di utara Gili Trawangan,” kata Made yang disampaikan melalui siaran resmi Basarnas Mataram.
Made memastikan kapalnya dalam keadaan baik. Kecelakaan itu murni karena kondisi cuaca ekstrem di Selat Lombok.
Masyarakat, termasuk pengelola angkutan laut, memang diimbau untuk mewaspadai potensi gelombang di perairan NTB. Menurut Dhian Yulie Cahyono selaku prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, gelombang tinggi diperkirakan terjadi dalam tiga hari ke depan, yakni 10-12 Desember 2020.
Tetapi, saat dihantam gelombang keempat sekitar pukul 11.30 Wita, kapal miring ke kanan dan tenggelam di utara Gili Trawangan. (Made Sulastra)
Menurut Dhian, tinggi gelombang diperkiran mencapai 2 meter atau lebih di Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian utara dan selatan, perairan utara Sumbawa, Samudra Hindia selatan NTB, dan Selat Sape bagian Selatan.
Berdasarkan catatan Kompas, kecelakaan laut sudah beberapa kali terjadi di perairan laut NTB sepanjang 2020. Terakhir, kecelakaan laut menimpa Hidayat (27), nelayan asal Desa Sengkol, Lombok Tengah. Hidayat ditemukan meninggal setelah 10 hari hilang saat memancing di Teluk Ekas, Lombok Timur.
Pada November, kecelakaan juga dialami KM Kerinci Indah 02 GT 26 yang mengangkut 11 nelayan dan mengalami kecelakaan di perairan selatan Pulau Lombok, NTB, Selasa (17/11/2020) pukul 06.20 Wita. Kapal itu berangkat dari Teluk Benoa, Bali.
Dari 11 nelayan, tujuh berhasil ditemukan selamat. Sementara empat orang lainnya, hingga operasi dihentikan tidak ditemukan.
Pada Agustus, Kapal Tug Boat Immanuel Wahana Gemilang Samudera Raya 3 dilaporkan terbakar dan hilang kontak di perairan Pulau Sangeang, Bima, Nusa Tenggara Barat. Sepuluh awak kapal yang mengangkut bahan bangunan itu belum ditemukan. Lokasi hilangnya kapal diketahui berdasarkan aplikasi milik perusahaan kapal tersebut. Sayangnya, hingga operasi dihentikan, hasil pencarian nihil.
Pada Juli lalu, tercatat ada dua kejadian, yakni Ridwan Hafiz (17), seorang pelajar, hilang di perairan Sekotong, Lombok Barat. Pada hari yang sama, Jayadi (25), nelayan asal Lombok Timur, hilang di perairan Sumbawa.
Kemudian, pada awal Februari 2o20, Amaq Mawar (50), asal Lombok Tengah, hilang seusai memeriksa kerambanya di Laut Awang, Mertak, Kecamatan Pujut. Awang juga berada di wilayah Selatan Lombok. Pada bulan yang sama, lima nelayan asal Pulau Sanane, Sulawesi Selatan, juga dilaporkan hilang setelah lima hari berlayar ke Kabupaten Bima untuk menjual hasil laut.