Dua kecelakaan di laut menimpa pemancing asal Bayan, Lombok Utara, NTB, dan seorang nelayan asal Ampenan, Kota Mataram. Hingga hari keempat, pencarian masih belum membuahkan hasil.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Pemancing asal Lombok Utara, NTB, yang hilang di Pantai Jubrik, Kecamatan Bayan, dan nelayan asal Ampenan, Kota Mataram, NTB, yang hilang di Selat Bali, hingga Kamis (6/8/2020) masih belum ditemukan. Pencarian oleh tim SAR gabungan masih terus dilakukan, termasuk berkoordinasi dengan tim di Bali.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Kantor SAR) Mataram Nanang Sigit PH di Mataram, Kamis, mengatakan, pencarian telah memasuki hari keempat sejak kedua peristiwa itu terjadi pada Minggu (2/8/2020).
Peristiwa pertama terjadi di Pantai Jumbrik, Dusun Barung Birak, Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan. Warga yang diketahui bersama Sirnadi (47) yang sehari-hari berkebun itu awalnya pergi memancing bersama temannya, Ritanom, pada Minggu sekitar pukul 20.00 dengan perahu bermesin. Sekitar pukul 23.00, perahu yang mereka gunakan terbalik.
”Mereka kemudian berenang ke pantai, tetapi hanya Ritanom yang sampai. Sementara Sirnadi tidak kunjung tiba. Akhirnya, Ritanom mencari di kawasan pesisir, tetapi tidak ditemukan. Ia kemudian melapor keluarga dan ke pihak terkait,” kata Nanang.
Sementara di tempat berbeda dalam waktu yang sama, seorang nelayan bernama Muhammad Efendi (16), warga Pondok Perasi, Ampenan, Kota Mataram, hilang. Efendi diketahui hilang setelah perahunya terdampar tanpa penumpang ditemukan di Pantai Pengalon, Kecamatan Manggis, Karang Asem, Bali, oleh tim Basarnas Denpasar.
”Penemuan itu kemudian kami koordinasikan dengan Ketua Kelompok Nelayan Ampenan Hasan Bafadal. Menurut Hasan, perahu itu memang milik Efendi yang ia gunakan mencari ikan di perairan Selat Lombok hingga Bali,” kata Nanang.
Menurut Hasan, perahu itu memang milik Efendi yang ia gunakan mencari ikan di perairan Selat Lombok hingga Bali.
Nanang menambahkan, saat ini, pencarian kedua korban masih berlanjut oleh tim SAR Gabungan. Di Lombok Utara, pencarian dilakukan oleh Kantor SAR Mataram bersama Pos Siaga SAR Bangsal, Pos TNI AL Gili Matra Bangsal, pihak Komando Rayon Militer Bayan, Polsek Bayan, Dinas Perhubungan Lombok Utara, taruna siaga bencana, serta masyarakat dan nelayan.
Sementara untuk nelayan asal Ampenan, pencarian melibatkan tim dari Stasiun Radio Pantai (SROP) Lembar, Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Lembar, TNI, serta polisi.
Menurut Nanang, mereka juga bekerja sama dengan tim SAR dari Bali, seperti SROP Benoa, SROP Padang Bai, dan layanan lalu lintas kapal (TVS) Benoa.
I Gusti Lanang Wiswananda menambahkan, untuk pencarian korban di Lombok Utara, sejauh ini belum menemukan kendala. Cuaca di lokasi pencarian cukup bersahabat. ”Kami berharap tim segera menemukan korban. Mereka telah melakukan pencarian di sekitar lokasi kejadian, penyisiran sepanjang Pantai Jubrik, dan wilayah perairan sekitar,” kata Gusti.
Sementara untuk nelayan asal Ampenan, kata Gusti, pencarian terkendala karena lokasi pencarian yang luas. Pencarian meliputi sekitar perairan Bali. Hal itu membuat pencarian tidak efektif.
”Oleh karena itu, sejak awal, kami juga sudah menyebar informasi terkait kejadian itu ke instansi terkait dan nelayan-nelayan. Harapannya ada yang menemukan. Basarnas Denpasar juga melakukan hal yang sama,” kata Gusti.
Perhatikan keselamatan
Hilangnya Sirnadi dan Muhammad Efendi menambah daftar kejadian kecelakaan di perairan laut NTB sepanjang 2020. Sebelumnya, berdasarkan catatan Kompas, pada awal Februari lalu, Amaq Mawar (50) asal Lombok Tengah hilang seusai memeriksa kerambanya di Laut Awang, Mertak, Kecamatan Pujut.
Kemudian pada pertengahan Februari, lima nelayan asal Pulau Sanane, Sulawesi Selatan, juga dilaporkan hilang setelah lima hari berlayar ke Kabupaten Bima untuk menjual hasil laut.
Pada Juli lalu, tercatat ada dua kejadian, yakni Ridwan Hafiz (17), seorang pelajar, hilang di perairan Sekotong, Lombok Barat. Lalu pada hari yang sama, Jayadi (25), nelayan asal Lombok Timur, hilang di perairan Sumbawa.
Oleh karena itu, menurut Gusti, dengan banyaknya kejadian, Kantor SAR Mataram mengimbau masyarakat, termasuk nelayan, tetap memperhatikan keselamatan, seperti menggunakan pelampung saat beraktivitas di perairan. Juga tidak memaksakan diri berangkat jika cuaca kurang bersahabat.