APD Tersalurkan ke 12 Daerah di Sulsel, Kendala Teknis Diantisipasi
Sejumlah alat pelindung diri yang sebelumnya terlambat datang telah disalurkan ke semua daerah yang melaksanakan pilkada di Sulawesi Selatan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sejumlah alat pelindung diri yang sebelumnya terlambat datang telah disalurkan ke semua daerah yang melaksanakan pilkada di Sulawesi Selatan. Berbagai kendala teknis penyelenggaraan diharapkan bisa teratasi saat pemilihan berlangsung. Meski begitu, tantangan berat menanti dengan masih tingginya angka penyebaran Covid-19.
Distribusi alat pelindung diri (APD) untuk penyelenggaraan pilkada serentak 2020 di Sulawesi Selatan berlangsung beberapa tahap. Selain pengadaan di tingkat kabupaten/kota, pengadaan APD juga dilakukan melalui tingkat provinsi yang nantinya disebarkan ke penyelenggara di daerah.
”Untuk Sulsel, distribusi APD sudah selesai kemarin. Terakhir itu thermogun (pengukur suhu tubuh) dan sarung tangan lateks, yang memang terlambat, saat ini sudah tersalurkan semua. Pihak kabupaten/kota datang menjemput semua alokasi APD ini,” kata Koordinator Divisi Perencanaan, Keuangan, dan Logistik KPU Sulsel Syarifuddin Jurdi, di Makassar, Minggu (6/12/2020).
Menurut Syarifuddin, 9.768 thermogun disebar ke 12 kabupaten/kota yang menyelenggarakan pilkada. Jumlah itu sesuai dengan jumlah TPS yang ada dalam pilkada kali ini. Meski tidak lengkap, yaitu tanpa baterai, pihak kabupaten/kota telah menyiapkan sendiri agar segera bisa digunakan.
Sejumlah APD lainnya, terang Syarifuddin, telah dikirimkan lebih dulu ke wilayah, baik itu baju hazmat atau perlengkapan lainnya yang termasuk Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). Penyediaan PKRT dilakukan oleh KPU tingkat provinsi.
”Memang PKRT itu sempat beberapa kali gagal lelang, tapi malah paling duluan datang. Begitu tiba di Makassar, kami langsung sebar ke daerah. Baik logistik maupun APD semuanya sudah didistribusikan. Malah yang jauh itu didahulukan, termasuk di daerah kepulauan,” ujarnya.
Kami berharap semuanya bisa berlangsung aman dan terlaksana dengan baik di lapangan.
Saat ini, ia melanjutkan, pihaknya terus berkoordinasi untuk mematangkan teknis lapangan. Hal itu untuk mencegah penyebaran virus di masa pandemi Covid-19 terus terjadi. Para pemilih yang diketahui demam atau suhu tubuhnya di atas 37 derajat celsius disediakan bilik khusus untuk memilih. Dengan begitu, mereka yang dianggap sakit tidak berbaur dengan pemilih dengan suhu tubuh normal.
Selain itu, tambah Syarifuddin, kendala cuaca juga terus diantisipasi. Gudang logistik di semua tempat, khususnya yang rawan terkena dampak cuaca buruk, memakai alas khusus sehingga tidak membuat logistik rusak. Kotak suara dan kemasan lainnya menggunakan plastik sehingga tidak terkena percikan air. ”Kami berharap semuanya bisa berlangsung aman dan terlaksana dengan baik di lapangan,” ujarnya.
Kendala cuaca, memang perlu menjadi perhatian khusus di tengah prediksi cuaca yang terus memburuk. Sejumlah daerah di Sulsel juga diproyeksi mengalami hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang.
Di Makassar, APD telah tersalurkan ke semua kecamatan yang ada. Pengiriman APD, termasuk logistik, juga telah dilakukan ke daerah kepulauan yang memiliki puluhan TPS. Sementara itu, untuk logistik pilkada, juga mulai disalurkan secara bertahap.
”Karena daerah di daratan lumayan dekat, kami targetkan hari ini selesai, paling lambat Senin besok. Sebelumnya, ada buku panduan dan undangan memilih yang terlambat datang,” kata Ketua KPU Kota Makassar Farid Wajdi.
Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus, terang Farid, adalah persoalan cuaca yang tidak menentu saat ini. Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi terus turun dalam beberapa waktu terakhir. Dengan situasi seperti ini, bencana seperti banjir bisa saja terjadi, baik sebelum maupun saat hari pemilihan tiba.
Oleh sebab itu, tutur Farid, pihaknya telah memastikan semua gudang penyimpanan di tingkat kecamatan aman dari kebocoran atau tetap aman saat banjir terjadi. Hanya saja, untuk tingkat kelurahan, pihaknya masih mendata berapa lokasi yang aman atau masuk dalam kategori rawan.
Untuk fasilitas kelurahan yang tergolong aman, distribusi logistik bisa segera dilakukan. ”Namun, jika tidak, distribusinya baru akan dilakukan pada hari pemilihan. Seperti kita tahu, cuaca saat ini selalu hujan. Jadi, saat ini pendataan tingkat kelurahan masih terus berjalan,” ucapnya.
Meski daerah terus bersiap menghadapi kendala teknis, data penyebaran Covid-19 tidak juga turun. Analisis dari LaporCovid19, aliansi masyarakat yang melakukan penghitungan dan olah data kasus Covid-19 di Indonesia, kasus positif Covid-19 akan semakin tinggi setelah pilkada serentak mendatang.
Inisiator LaporCovid-19 Irma Hidayana, dalam keterangan, Minggu (6/12/2020), mengatakan, sudah lebih dari setengah juta penduduk Indonesia terpapar Covid-19 hingga awal pekan Desember ini. Setidaknya 17.000 orang meninggal dengan status positif Covid-19. Irma meyakini, jumlah korban sebenarnya bisa lebih tinggi karena buruknya pendataan. Di lapangan, masih ditemukan kesenjangan data antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Jika merujuk pada data LaporCovid-19, laporan dari pemerintah kabupaten dan kota, total korban Covid-19 termasuk pasien suspect dan probable mencapai 42.602 jiwa. Secara nasional, tren penambahan kasus baru Covid-19 juga kian meningkat. Bahkan, sejak 29 November, ada penambahan hingga 6.000 kasus baru pasien positif Covid-19. Penambahan kasus baru itu mencapai puncaknya pada Kamis (3/12/2020) dengan 8.389 kasus.
Untuk angka proyeksi di Sulawesi Selatan, jutaan orang berpotensi terpapar Covid-19 setelah pilkada serentak berlangsung. Hal itu diperoleh dari analisis kasus yang terjadi di tengah minimnya tes spesimen yang dilakukan pemerintah.