Pilkada serentak termasuk di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur kian menjadi kluster penularan wabah Covid-19. Ada tiga calon kandidat di Jawa Timur yang positif Covid-19, tetapi belum diumumkan secara terbuka.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
Komisi Pemilihan Umum telah menyatakan ada 60 calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, dan wali kota/wakil wali kota positif terjangkit Covid-19. Kontestasi serentak di 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota dengan pemungutan suara pada 9 Desember 2020 kian menjadi kluster penularan wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2).
Di Jawa Timur, kontestasi akan dilaksanakan di 19 kabupaten/kota, yakni Sumenep, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Tuban, Kabupaten Mojokerto, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Kabupaten Kediri, Blitar (kota dan kabupaten), Kabupaten Malang, Kota Pasuruan, Situbondo, Jember, dan Banyuwangi.
Di antara 60 calon kepala daerah/wakil kepala daerah yang dinyatakan positif Covid-19, tiga di antaranya ada di Jatim. Yang positif ada di antara pasangan calon wali kota dan wakilnya untuk Surabaya, yaitu Machfud Arifin-Mujiaman Sutrisno dan calon bupati dan wakilnya untuk Sidoarjo, yakni Kelana Aprilianto-Dwi Astutik. Sampai dengan Kamis (10/9/2020) malam, KPU Jatim tidak bersedia membocorkan daerah, apalagi pasangan calon yang di antaranya ada terjangkit Covid-19.
”Ada tiga, yang satu baru diketahui hari (Kamis) ini,” ujar Ketua KPU Jatim Choirul Anam.
KPU menolak menyebut nama kabupaten/kota, apalagi pasangan yang terjangkitr Covid-19. Alasannya, penyelenggara tidak berkompeten mengumumkan status kesehatan seseorang, tetapi Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Namun, tim tingkat provinsi yang dikonfirmasi juga tidak bersedia mengumumkan nama calon yang terjangkit Covid-19.
Meski demikian, Astutik, pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama, telah mengakui positif Covid-19. Ini diketahui dari tes usap saat melaksanakan uji kesehatan di RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Senin (7/9/2020). Astutik saat ini menjalani isolasi mandiri untuk pemulihan terapi sekaligus memelihara perjumpaan dengan massa pendukung secara virtual atau dalam jaringan internet.
Ada tiga, yang satu baru diketahui hari (Kamis) ini. (Choirul Anam)
Kelana-Astutik diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P (9 kursi) dan Partai Amanat Nasional atau PAN (4 kursi). Pasangan ini akan menghadapi Bambang Haryo Soekartono-Taufiqulbar yang diusung Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra (7 kursi), Partai Golongan Karya atau Golkar (4 kursi), Partai Keadilan Sejahtera atau PKS (4 kursi), Partai Demokrat (2 kursi), dan Partai Persatuan Pembangunan atau PPP (1 kursi).
Selain itu, pasangan Ahmad Muhdor Ali-Subandi yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB (16 kursi) dan Partai Nasional Demokrat atau Nasdem (2 kursi).
Berbeda dengan sikap Astutik yang terbuka dengan status dirinya terjangkit Covid-19, untuk Machfud-Mujiaman belum bersedia mengumumkan kepada publik siapa yang positif terjangkit penyakit tersebut.
Untuk kontestasi di Surabaya, ibu kota Jatim, Machfud-Mujiaman diusung oleh PKB (5 kursi), Gerindra (5 kursi), Golkar (5 kursi), PKS (5 kursi), Demokrat (4 kursi), PAN (3 kursi), Nasdem (3 kursi), dan PPP (1 kursi). Mereka akan menghadapi Eri Cahyadi-Armuji yang diusung PDI-P (15 kursi) dan Partai Solidaritas Indonesia atau PSI (4 kursi).
Bukan aib
Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jatim Novli Thyseen mengatakan amat heran dengan sikap tertutup calon yang terjangkit Covid-19. Status positif seperti diutarakan berkali-kali oleh kalangan epidemiolog bukan merupakan aib. Keterbukaan justru akan membantu tim terpadu dalam penelusuran kontak erat dan penanganan terhadap mereka yang terkena dan berpotensi terjangkit.
”Padahal, dalam pemantauan kami, saat pendaftaran ke KPU kabupaten/kota pada 4-6 September, seluruh pasangan calon datang dengan diiringi massa pendukung yang sejatinya melanggar anjuran protokol kesehatan,” kata Novli.
Persoalan datangnya massa pendukung mengiringi pasangan calon mendaftar kian pelik karena orang-orang tidak jaga jarak. Bahkan, ada yang tidak berpelindung diri. Situasi ini menambah risiko penularan penyakit antarmanusia, terutama dari pembawa virus yang tidak terdeteksi dan tidak mengalami gejala atau asimptomatik.
Padahal, menurut epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, Covid-19 merupakan penyakit mematikan, khususnya bagi yang memiliki sakit bawaan atau komorbid dan kekebalan tubuh rendah.
Tanpa gejala
Masalahnya, situasi Covid-19 di Jatim pada dasarnya didominasi pasien asimptomatik. Mereka yang berkekebalan tubuh baik memang berpotensi besar sembuh. Namun, jika menulari yang renta dan rentan (orangtua), dampaknya berbahaya. Sebagai bukti, di Jatim sudah hampir 30 dokter meninggal akibat Covid-19.
Menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ yang dikelola oleh Pemprov Jatim, wabah Covid-19 telah menjangkiti 37.093 orang dengan rincian kematian 2.688 jiwa, perawatan 5.127 orang, dan kesembuhan 29.278 jiwa. Dari jumlah 37.093 pasien Covid-19 itu, yang asimptomatik 22.823 orang dan yang bergejala 14.270 orang.
Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Kohar Hari Santoso mengatakan, jika seseorang kurang terbuka terhadap status kesehatan, hal itu akan menyulitkan tim untuk menempuh penelusuran, kebijakan isolasi atau karantina, penanganan, dan antisipasi.
Kohar, mantan Kepala Dinas Kesehatan Jatim, menyatakan, dalam situasi wabah saat ini, pilkada serentak perlu dimaknai dengan sudut pandang berbeda. Pada prinsipnya, pilkada merupakan sarana bagi calon pemimpin untuk meraih kekuasaan lewat pengumpulan suara sebanyak-banyaknya.
”Menurut saya, pilkada itu bukan sekadar mengumpulkan massa, melainkan mendapatkan suara. Saat ini, mengumpulkan massa berpotensi juga mendulang penyakit,” kata Kohar, Direktur Utama RSUD Dr Saeful Anwar, Malang.