Aparat Tembakkan Gas Air Mata Bubarkan Massa Tolak TKA China di Sultra
Aksi penolakan kedatangan 500 pekerja asal China di Sulawesi Tenggara diakhiri bentrok aparat dengan massa. Aparat kepolisian yang berjaga ketat membubarkan massa dengan tembakan gas air mata dan meriam air.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Aksi unjuk rasa penolakan kedatangan 500 pekerja asal China di Sulawesi Tenggara berujung bentrok aparat kepolisian dengan peserta aksi. Aparat yang berjaga ketat membubarkan massa dengan tembakan gas air mata dan meriam air di pintu keluar Bandara Haluoleo, Kendari, Selasa (30/6/2020).
Ratusan orang dari sejumlah unsur berkumpul di dua simpang Bandara Haluoleo, Kendari, di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Massa yang melakukan orasi dan razia kendaraan ini mencoba menahan kendaraan yang keluar dari area bandara. Massa menganggap kedatangan pekerja asing ini bertolak belakang dengan situasi pandemi Covid-19 dan beragam permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi selama ini.
Kericuhan tidak terhindarkan saat iring-iringan kendaraan yang membawa ratusan pekerja asing itu keluar dari jalur bandara, di Kecamatan Konda, Konawe Selatan, tepat pukul 22.30. Sebanyak 105 tenaga kerja asing (TKA) China yang didatangkan oleh dua perusahaan pengolahan nikel, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS), tiba di Sultra.
Puluhan orang yang berkumpul di jalur ini lalu dibubarkan paksa aparat kepolisian. Sekitar dua puluh kendaraan komersial yang membawa ratusan pekerja tersebut dikawal ketat oleh aparat. Kendaraan melaju kencang menuju lokasi perusahaan di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, sekitar 2,5 jam dari Kendari.
Massa yang tidak terima dibubarkan lalu melempari aparat yang berjaga. Gas air mata berulang kali ditembakkan aparat ke arah massa. Namun, massa terus melakukan perlawanan dengan melempar batu ke arah aparat.
Silvi (31), warga Konda, menuturkan, kericuhan terjadi saat iring-iringan puluhan kendaraan keluar dari arah bandara. Massa yang berkumpul di simpang Konda dibubarkan aparat dengan tembakan meriam air yang disusul gas air mata. ”Saya sudah mau pulang, tapi tidak bisa lewat. Orang-orang masih baku lempar dengan polisi,” kata ibu tiga anak ini.
Kedatangan pekerja asal China ini tidak sejalan dengan upaya pemerintah dalam melawan pandemi Covid-19.
Alfian Anas, Ketua Tamalaki Sultra, salah satu organisasi yang ikut dalam aksi, menyampaikan, bentrok aparat dengan massa membuat salah seorang peserta aksi terluka di kepala karena terkena pentungan petugas. Pihaknya lalu berkoordinasi dengan aparat agar kericuhan tidak berlanjut.
Menurut Alfian, kedatangan pekerja asal China ini tidak sejalan dengan upaya pemerintah dalam melawan pandemi Covid-19. Selain itu, persoalan tenaga kerja yang bermasalah selama ini sangat tidak berpihak pada masyarakat lokal.
Kepala Bidang Humas Polda Sultra Ajun Komisaris Besar Ferry Walintukan menyampaikan, ia belum menerima laporan lengkap terkait kondisi aksi yang berujung gesekan massa dengan aparat. Pada intinya, petugas akan mengambil tindakan jika situasi lapangan berubah.
”Di lapangan itu akan ada pemberitahuan sebelum dilakukan tindakan. Apalagi, ini sudah menyalahi aturan karena aksi sampai malam. Kami berusaha menjaga situasi kondusif,” ujarnya.
Menurut Ferry, jumlah personel yang disiagakan sebanyak 1.000 aparat gabungan. Aparat bersiaga di sejumlah tempat di Kota Kendari hingga di area Bandara Haluoleo.
Penjagaan ketat aparat mengawal kedatangan ratusan pekerja China ini terlihat sejak siang. Aparat gabungan dari TNI dan Polri berjaga di jalan ke arah bandara. Personel gabungan juga berjaga di bandara. Pewarta tidak diizinkan masuk untuk meliput di dalam bandara.
Gelombang penolakan kedatangan pekerja China di Sultra terus terjadi 10 hari terakhir. Sebanyak 500 TKA China datang dalam tiga gelombang di wilayah ini. Setelah 156 pekerja tiba pada Selasa pekan lalu, semalam sebanyak 105 pekerja tiba pada gelombang kedua.
Sebelumnya, Indrayanto, External Affairs Manager PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS), menyampaikan, 500 pekerja asing yang didatangkan ini adalah tenaga ahli untuk menyelesaikan pembangunan 33 tungku smelter (pengolah nikel) yang sedang dibangun perusahaan. Mereka akan bekerja sesuai keahlian dengan teknologi pemurnian yang baru.
Hingga pertengahan Juni ini, tambahnya, sebanyak 709 pekerja asing masih bekerja di dua perusahaan tersebut. Para pekerja asing ini juga didampingi oleh pekerja lokal dalam proses di lapangan. Total pekerja lokal yang ada di dua perusahaan itu sebanyak 11.000 karyawan tetap dan sekitar 20.000 pekerja kontrak.
”Kami berharap investasi tetap berjalan baik di VDNI maupun di OSS. Kalau kami ekspor, negara akan dapat (penghasilan) dari devisa. Dan, seperti kita tahu, penopang devisa negara saat ini adalah ekspor,” ujarnya.