Kreativitas Rumah Tangga Nelayan Diyakini Bakal Tingkatkan Kesejahteraan
Para istri nelayan tradisional, termasuk di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, didorong mampu mengolah hasil perikanan sehingga akan memberi nilai tambah ketimbang menjual mentah seluruh tangkapan kepada pengepul.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Para istri nelayan tradisional di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, didorong mengolah hasil perikanan untuk mendapat nilai tambah ketimbang menjual mentah kepada pengepul. Tujuannya agar rumah tangga nelayan hidup lebih sejahtera.
Hal itu disampaikan Direktur Perizinan dan Kenelayanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Ridwan Mulyana dalam acara pengembangan dan diversifikasi usaha nelayan di Desa Morodemak, Kecamatan Bonang, Demak, Rabu (19/2/2020). Turut diinisiasi PT BRI (Persero) Tbk, acara ini diikuti 60 nelayan dan 50 istri nelayan setempat.
”Kami harapkan, ke depan, fondasi ekonomi keluarga nelayan, yang salah satunya wanita nelayan, dapat semakin baik seiring peningkatan literasi keuangan. Ada produk yang dihasilkan, juga pengelolaan keuangan yang baik,” kata Ridwan.
Selama ini, sebagian nelayan langsung menjual seluruh tangkapan mereka kepada pengepul di tempat pelelangan ikan. Menurut data Pemerintah Kabupaten Demak, dari sekitar 18.000 nelayan, baru separuhnya yang mengolah hasil ikan yang ditangkap.
”Banyak hal yang bisa dilakukan wanita nelayan. Selain mengolah ikan, mereka juga bisa membudidaya ikan sehingga akan menopang keuangan keluarga. Lewat pengolahan hasil perikanan, akan ada nilai tambah yang didapatkan nelayan dan wanita nelayan,” ucap Ridwan.
Pelatihan pengolahan perikanan dan literasi keuangan di Morodemak berlangsung selama tiga hari, hingga Jumat (21/2/2020). Materi yang diberikan antara lain manajemen pengelolaan keuangan, praktik pembuatan abon ikan, kerupuk ikan, sumpia ikan, dan pastel ikan kering, serta praktik pengemasan produk olahan.
Banyak hal yang bisa dilakukan wanita nelayan. Selain mengolah ikan, mereka juga bisa membudidaya ikan sehingga akan menopang keuangan keluarga. Lewat pengolahan hasil perikanan, akan ada nilai tambah yang didapatkan nelayan dan wanita nelayan.
Berkelanjutan
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Demak Mohamad Fathkurokhman mengatakan, pihaknya akan memastikan program pemberdayaan itu berjalan berkelanjutan. Ia pun telah meminta kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan agar pelatihan terus diberikan hingga peserta mandiri, bukan hanya ketika di awal.
Menurut dia, proses yang berkelanjutan itu akan membentuk ekosistem pengolahan produk perikanan yang nantinya dapat menjadi andalan Demak. ”Di pemkab, kami juga berencana bergerak lintas sektor guna memenuhi kebutuhan para nelayan dan wanita nelayan mengembangkan usahanya,” ucap Fathkurokhman.
Pemimpin Cabang BRI Demak, Muhammad Nizar, menyatakan siap terus melayani para nelayan di Demak. ”Melalui CSR (tanggung jawab sosial perusahaan), kami mendukung kemandirian dan perkembangan usaha, yang juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Nelayan asal Morodemak, Zainul Arifin (44), mengatakan, keluarganya hanya bertumpu dari penjualan ikan selepas melaut. Sekali melaut, ia mendapat 3-5 kilogram ikan. Di rumah, istrinya menganggur. Ia berharap pelatihan keterampilan bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi keluarga.
Ny Hafidho (42), istri nelayan di Morodemak, membuka warung kelontongan di rumahnya. Namun, pendapatan utama tetap dari hasil melaut suaminya. ”Hasilnya tak menentu. Selain itu, saat cuaca buruk terpaksa menganggur. Mudah-mudahan bisa mulai berwirausaha dari produk perikanan,” katanya.