DENPASAR, KOMPAS — Relawan-relawan pengurangan risiko bencana membentuk Forum Relawan Bencana (Pasewana) Provinsi Bali bersamaan dengan acara Deklarasi Forum Ikatan Ahli Bencana Indonesia Bali dan Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana, di Auditorium Sri Kesari, Universitas Warmadewa, Kota Denpasar, Kamis (20/12/2018).
Pemerintah Provinsi Bali berharap, forum yang terbentuk ini bersedia bersinergi bersama-sama membantu pemerintah memperluas edukasi kepada masyarakat perihal mitigasi bencana.
Selain itu, pemerintah juga meminta forum aktif terlibat dalam penyusunan program-program yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Bali.
Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra yang hadir pada deklarasi tersebut mengatakan, tentu saja keterlibatan ini menjadi penting agar program pemerintah juga mencakup pengurangan risiko bencana.
”Harapannya, relawan dan seluruh ahli serta akademisi yang tergabung dalam forum ini sama-sama bekerja sebagai pengabdian sesuai keahliannya sehingga Bali menjadi makin siap menghadapi risiko bencana apa pun. Mari bersama mengedukasi masyarakat tentang pentingnya meminimalkan risiko bencana,” tutur Dewa Indra.
Dia juga mengingatkan agar semua berperan aktif membangun masyarakat tangguh bencana. Risiko harus dikenali dengan baik, mitigasi dengan baik, serta mengurangi jatuhnya korban.
Mengenai kemungkinan untuk memasukkan mata pelajaran mitigasi bencana ke kurikulum SMA/SMK, Dewa Indra menyatakan tidak memiliki kewenangan. Terkait mata pelajaran mitigasi bencana ini, ia mengingatkan agar hal itu diusulkan ke kementerian terkait.
Saat ini, dua kampus di Bali sudah memasukkan tentang pengurangan risiko bencana pada mata kuliah pilihan dan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik. Kedua kampus tersebut adalah Kampus Pascasarjana Universitas Ngurah Rai dan Universitas Udayana.
Dewa Indra mengapresiasi kampus-kampus yang telah menjalankan mata kuliah pilihan dan program KKN tematik mengenai edukasi kebencanaan dan ke depan semakin banyak lagi kampus yang terlibat.
Harapannya, pemahaman warga akan mitigasi bencana semakin baik mengingat Pulau Bali juga termasuk daerah rawan bencana, tidak hanya gunung api, tetapi juga gempa, banjir, dan kekeringan. Maka, partisipasi berbagai pihak terutama forum-forum kebencanaan sangat diperlukan.
Direktur Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Lilik Kurniawan, yang datang pada deklarasi tersebut, menyatakan, Indonesia memang memiliki risiko bencana yang cukup tinggi karena letak geografisnya. Karena itu, ia berterima kasih karena Bali bersedia secara sukarela mendeklarasikan Pasewana dan keikutsertaan kampus untuk sadar bencana.
Edukasi kebencanaan menjadi meluas, lanjutnya, jika semakin banyak masyarakat yang terlibat dan paham. Maka, tujuan meminimalkan korban dapat tercapai.
Ia juga menyinggung agar masyarakat Bali tetap waspada dengan status Gunung Agung yang masih Siaga. Gunung Agung, ujarnya, saat ini masih labil sehingga mitigasi dan edukasi harus terus dijalankan bersama-sama.
Sementara Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Gede Sudiarta menyebutkan, forum-forum tersebut merupakan mitra kerja pemerintah provinsi, dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bali, untuk mitigasi bencana.
Ia berharap, dengan terbentuknya forum-forum tersebut, hal itu bisa memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat sesuai dengan keahlian masing-masing di bidang kebencanaan.