Inovasi Mahasiswa UGM Mendayagunakan Buah Naga di Banyuwangi
Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada berinovasi mengembangkan produk olahan buah naga di Banyuwangi. Mereka mengolah buah naga menjadi bakpia, puding, sabun, dan pupuk untuk membantu masyarakat setempat.
Bakpia kukus dengan merek Nagapia Bites itu terlihat menggoda. Teksturnya lembut dan aromanya harum. Begitu digigit, selai di dalamnya langsung lumer di mulut. Namun, berbeda dengan kebanyakan bakpia, selai bakpia itu ternyata dibuat dari buah naga sehingga rasanya pun unik.
Nagapia Bites merupakan hasil kreasi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Total ada 30 mahasiswa UGM yang mengikuti KKN di Kecamatan Pesanggaran. Mereka dibagi ke dua desa di kecamatan tersebut, yakni Desa Pesanggaran dan Desa Sumbermulyo. Program KKN itu berlangsung 23 Juni hingga 11 Agustus 2023.
Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit (Kormanit) KKN PPM UGM di Kecamatan Pesanggaran, Dinda Lutfia Nabilla (21), mengatakan, pembuatan bakpia buah naga merupakan salah satu program unggulan KKN di wilayah tersebut. Dia menuturkan, program itu dibuat karena buah naga merupakan komoditas yang banyak ditemukan di Pesanggaran.
”Buah naga merupakan salah satu komoditas terbesar di Pesanggaran. Ketika perjalanan menuju Pesanggaran, pasti di pinggir-pinggir jalan itu banyak sekali kebun buah naga,” ujar Dinda saat ditemui di Desa Sumbermulyo, Jumat (28/7/2023).
Dinda memaparkan, petani buah naga di Pesanggaran menghadapi persoalan yang berulang, yakni harga yang anjlok saat panen raya. Pada kondisi biasa, rata-rata harga buah naga di Pesanggaran mencapai Rp 20.000 per kilogram (kg). Namun, saat panen raya, harga buah naga bisa anjlok menjadi Rp 4.000 per kg.
Kondisi itulah yang mendorong mahasiswa UGM untuk mengembangkan produk olahan buah naga. Menurut Dinda, ide membuat bakpia buah naga itu terinspirasi dari bakpia yang dikenal sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta. Pembuatan bakpia buah naga itu diharapkan dapat memberikan pemasukan tambahan kepada warga setempat.
Baca juga: 7.079 Mahasiswa UGM Ikuti KKN, Diharapkan Bantu Pengembangan UMKM
”Kami mengajarkan bagaimana pembuatan bakpia buah naga kepada masyarakat. Jadi, ketika nanti ada panen besar, mereka bisa memanfaatkan buah naga untuk diolah menjadi bakpia buah naga,” ujar Dinda yang merupakan mahasiswa Fakultas Hukum UGM.
Dinda mengatakan, timnya juga membuat kemasan dan merek untuk produk bakpia buah naga itu agar menambah daya tarik dan nilai jual. Dia menambahkan, berdasarkan perhitungan tim KKN PPM UGM di Pesanggaran, produksi bakpia buah naga itu berpotensi memberi keuntungan yang lumayan.
Sebagai ilustrasi, lanjut Dinda, biaya produksi satu kemasan berisi 10 bakpia buah naga Rp 15.000. Adapun satu kemasan bakpia itu bisa dijual Rp 20.000 sehingga diperoleh keuntungan Rp 5.000 per kemasan. Untuk membuat 10 bakpia, dibutuhkan sekitar 500 gram buah naga.
Dengan skema itu, warga bisa mendapat keuntungan Rp 10.000 untuk 1 kg buah naga. Keuntungan itu lebih besar dibandingkan dengan harga buah naga saat panen raya, sekitar Rp 4.000 per kg.
Petani buah naga di Pesanggaran menghadapi persoalan yang berulang, yakni harga yang anjlok saat panen raya.
Produk lain
Selain bakpia buah naga, mahasiswa UGM peserta KKN di Pesanggaran juga memanfaatkan buah naga untuk membuat sabun cuci tangan dan pupuk organik cair. Dinda menjelaskan, sabun cuci tangan itu dibuat dari kulit buah naga yang jarang dimanfaatkan. ”Kebiasaan masyarakat di sini, ketika mengolah produk buah naga, kulitnya langsung dibuang,” katanya.
Sabun cair yang diberi merek Pitaya Fresh itu disebut mengandung antioksidan tinggi sehingga bisa melindungi kulit dari bahaya radikal bebas, membersihkan minyak berlebih dan sel kulit mati, serta menjaga kulit tetap lembab, sehat, dan segar.
Adapun pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan bahan baku buah naga busuk yang tidak laku dijual. ”Pupuk ini lebih aman untuk digunakan pada tanaman karena organik. Lebih mudah diserap tanaman juga,” papar Dinda.
Baca juga: Kolaborasi Mahasiswa Kembangkan Desa Nelayan di Banyuasin
Sementara itu, mahasiswa UGM yang mengikuti KKN di Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, memanfaatkan buah naga untuk membuat puding. Kormanit KKN PPM UGM di Kecamatan Siliragung, Andini Lestari (22), menuturkan, pengembangan puding buah naga itu merupakan bagian dari program penanganan tengkes (stunting).
Menurut Andini, penanganan stunting merupakan salah satu fokus Pemerintah Kabupaten Banyuwangi karena angka stunting di daerah tersebut masih berada di kisaran 18 persen. ”Jadi, teman-teman yang KKN di Siliragung ingin menginisiasi produk yang bisa ikut mengatasi masalah stunting ini,” ujarnya.
Baca juga: KKN dan Kisah-kisah Tentangnya
Berdasarkan kondisi itu, Andini dan teman-teman memutuskan membuat puding buah naga sebagai makanan tambahan bagi anak balita. Buah naga dipilih sebagai bahan baku karena buah itu sangat mudah ditemukan di Siliragung serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.
”Puding buah naga ini memiliki kandungan gizi yang cukup banyak, terutama dalam hal vitamin, mineral, dan serat,” lanjut Andini.
Nilai tambah
Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Pesanggaran Sujono mengatakan, pemerintah setempat menyambut baik kedatangan mahasiswa UGM yang melakukan KKN di wilayah itu. Dia menyebutkan, para mahasiswa itu datang dengan semangat yang positif serta ide-ide segar untuk membantu masyarakat.
Secara khusus, Sujono juga mengapresiasi program pengembangan bakpia buah naga yang diinisiasi mahasiswa. Dia mengakui, selama ini, harga buah naga memang menurun drastis pada saat panen raya sehingga perlu inovasi untuk mengembangkan produk olahan.
”Pada saat musim puncak buah naga, harga menurun karena produknya berlimpah, sedangkan pasar serapannya kurang. Jadi, perlu inovasi produk-produk dari buah naga,” ucapnya.
Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, KKN merupakan salah satu program unggulan UGM. Melalui program tersebut, mahasiswa bisa belajar banyak hal bersama masyarakat. ”KKN itu ternyata memberi pembelajaran yang luar biasa, lebih dari pembelajaran yang kita dapat pada saat di kampus,” katanya.
Ova juga mengapresiasi berbagai program yang dijalankan mahasiswa UGM di Kecamatan Pesanggaran dan Siliragung. Dia menyebutkan, melalui program-program itu, mahasiswa berupaya mengajak masyarakat untuk mengembangkan komoditas yang ada agar memiliki nilai tambah.
”Para mahasiswa banyak memberi ide-ide kreatif untuk memanfaatkan potensi yang ada di sini, misalnya buah naga, serta bagaimana menyiapkan produk-produk yang lebih beragam sehingga akan lebih memberikan nilai tambah,” ungkap Ova.