JR Connexion Menjangkau Permukiman, Menghubungkan Jabodetabek
Enam dari 117 rute baru JR Connexion akan dioperatori PT Transjakarta. JR Connexion menghubungkan Bodetabek dengan DKI.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Transjakarta akan turut andil sebagai salah satu operator pengembangan rute layanan bus Jabodetabek Residence atau JR Connexion, yaitu layanan angkutan dari permukiman di sekitar Jakarta ke Ibu Kota dan sebaliknya. Enam dari 117 rute baru JR Connexion yang akan dioperatori oleh PT Transjakarta untuk meningkatkan layanan transportasi umum.
Sesuai target Rancangan Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ), salah satu indikator kinerja utama Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) adalah pencapaian moda share atau tingkat penggunaan angkutan umum sebesar 60 persen pada 2029. Penambahan rute layanan JR Connexion dan Transjabodetabek merupakan bagian dari program BPTJ untuk meningkatkan penggunaan angkutan umum oleh masyarakat.
Pelaksana Tugas Kepala BPTJ Suharto, Selasa (23/1/2024), mengatakan, penambahan rute akan dilakukan secara bertahap mulai tahun ini hingga tahun 2026. Berdasarkan hasil pertemuan awal, Transjakarta tertarik menjadi operator pada 6 dari 117 rute baru JR Connexion yang telah dipetakan dengan jumlah 22 unit.
Sejak diluncurkan pada 2017, kata Suharto, JR Connexion telah melayani 23 permukiman di kawasan Bodetabek. Wilayah itu tersebar di wilayah seperti Kota Wisata (Gunung Putri), Legenda Wisata (Cibubur), dan Sentul City (Babakan Madang) di Kabupaten Bogor serta Grand Wisata di Kabupaten Bekasi.
Berdasarkan data Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat, terdapat sebanyak 2.010 permukiman di kawasan Jabodetabek. Dari data tersebut, telah dipilih sebanyak 117 permukiman di kawasan Bodetabek yang belum mendapatkan layanan JR Connexion dan akan dikembangkan hingga tahun 2026.
Pada tahun 2024, BPTJ menargetkan penambahan rute pelayanan JR Connexion di 40 perumahan Bodetabek, antara lain di Morizen, Discovery Bintaro Jaya, Kota Harapan Indah, dan Alam Sutera. Kemudian pada tahun 2025, rencana ada penambahan rute pelayanan di 40 perumahan lagi, antara lain Suvarna Sutera, Royal Tajur Residence, Springville Residence, dan The Orchid Mansion. Selanjutnya, menjangkau 37 perumahan lainnya, antara lain El Premio, Raffles Hills, dan Grand Trevista pada tahun 2026.
Tidak hanya menambah rute, BPTJ juga akan menambah jumlah bus. Pada tahun 2024, dibutuhkan penambahan 106 armada bus besar, 86 bus pada tahun 2025, dan 46 bus pada tahun 2026.
Daripada memberi subsidi pembelian sepeda motor listrik, lebih baik subsidi untuk naik angkutan umum berbasis listrik.
Konsep dengan memanfaatkan mal sebagai park and ride juga dinilai potensial untuk menjadi alternatif jika tidak memungkinkan melakukan penjemputan ke perumahan secara langsung. Saat ini, sudah ada rute JRC yang terkoneksi dengan park and ride, khususnya pada mal. Contohnya Mega City Mall Bekasi-Plaza Senayan dan Mega City Mal Bekasi–Podomoro City Grogol.
Selain rute JRC, Transjakarta juga siap mengembangkan rute Transjabodetabek pada delapan mal yang ada sekitar Bodetabek. Di antaranya Margocity Mall (Depok), Grand Serpong Mall (Tangerang), dan Mega Mall Ciputat (Tangerang Selatan). Jumlah total armada yang akan disiapkan sebanyak 18 unit.
Subsidi
Bus JR Connexion sejatinya merupakan alternatif layanan moda transportasi untuk memfasilitasi masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman langsung menuju simpul transportasi utama dan sebaliknya. Tarif termurah bus ini Rp 20.000 hingga termahal Rp 25.000 tergantung dari rute yang diambil.
Menurut pengamat transportasi Darmaningtyas, saat ini yang menjadi tantangan ialah mengubah citra pengguna angkutan umum, dari yang dianggap untuk kaum menengah ke bawah menjadi pilihan utama masyarakat semua kalangan. Mengubah pandangan dinilai penting untuk menambah jumlah keterisian penumpang. Selain itu, subsidi terhadap penumpang juga diperlukan.
”Daripada memberi subsidi pembelian sepeda motor listrik, lebih baik subsidi untuk naik angkutan umum berbasis listrik,” katanya.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, berdasarkan data Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) tahun 2023, permukiman di Jabodetabek dibagi menjadi tiga klasifikasi berdasarkan rata-rata harga pada setiap perumahan, yaitu 158 perumahan kelas atas (harga rumah di atas Rp 2 miliar), 268 perumahan kelas menengah (harga rumah kisaran Rp 1-2 miliar), dan 1.584 perumahan kelas bawah (harga rumah di bawah 1 miliar).
Jika di total, ada 2.010 perumahan. Namun, tidak sampai 5 persen kawasan perumahan itu mendapat fasilitas layanan angkutan umum.
”Layanan angkutan umum harus menjangkau perumahan. Untuk subsidi, warga perumahan kelas menengah dan kelas bawah yang lebih berhak, terutama kelas bawah. Untuk kelas atas, penyediaan transportasi umum yang menjangkau rumahnya sudah cukup untuk menekan pengeluaran saat menggunakan mobil untuk bermobilitas,” ujarnya.
Djoko menambahkan, menurut data Korps Lalu Lintas (Korlantas) tahun 2020, kecelakaan terbanyak, yakni 80,1 persen, terjadi pada sepeda motor. Untuk itu, pengalihan ke transportasi umum juga bisa menjadi momen untuk menekan kecelakaan kendaraan bermotor.