Roda Aus dan ”Headway” hingga 1 Jam, Kesiapan LRT Jabodebek Dipertanyakan
Sejak beberapa hari lalu, LRT Jabodebek dihadapkan gangguan roda kereta yang mengalami keausan. Warga dan para ahli pun mempertanyakan kesiapan moda tanpa masinis itu.
Sejak beroperasi dua bulan lalu, LRT Jabodebek kerap mengalami gangguan. Kendala terbaru yang terjadi ialah terkait bagian roda pada beberapa kereta mengalami keausan. Kondisi ini mengakibatkan perjalanan LRT Jabodebek terganggu dan tidak berjalan normal seperti biasanya.
Saat ini, sebanyak 103 perjalanan LRT Jabodebek dibatalkan untuk sementara waktu imbas dari perawatan roda tersebut. Kereta yang masih beroperasi juga dibatasi kecepatannya hingga 50 persen. Hal ini membuat jarak waktu antarkereta atau headway LRT Jabodebek lebih lama, bahkan hingga satu jam pada jam nonsibuk.
Baca Juga: LRT Jabodebek, Suka Modanya tetapi Kurang Suka Tarifnya
Meski mengalami kendala, puluhan warga masih memadati ruang tunggu kereta di Stasiun LRT Dukuh Atas, Minggu (29/10/2023). Pada pukul 13.00 hingga pukul 14.30, rata-rata headway kereta di Stasiun LRT Dukuh Atas mencapai 30 menit.
Kereta pertama yang dipantau untuk relasi Dukuh Atas-Jatimulya tiba pada pukul 13.58, lalu berangkat pukul 14.00. Kemudian, kereta berikutnya yang tiba di Dukuh Atas pukul 14.28 dan berangkat menuju Jatimulya pukul 14.30.
Puluhan warga menunggu keberangkatan LRT Jabodebek di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Minggu (29/10/2023).
Salah satu pengguna LRT Jabodebek, Indira Anastasya (28), merasa terganggu dengan waktu tunggu yang sangat lama, tetapi tarif yang dikeluarkan cukup besar. Ia harus membayar sebesar Rp 19.800 untuk perjalanan dari Stasiun Dukuh Atas-Harjamukti.
”Harga dan pelayanan yang diberikan tidak setara. Kalau harganya murah seperti KRL yang hanya Rp 3.000 mungkin saya bisa sedikit memaklumi,” ujarnya saat menunggu kereta di Stasiun LRT Dukuh Atas.
Menurut Indira, jika gangguan masih kerap terjadi, pihak LRT Jabodebek sebaiknya menurunkan tarif. Meskipun masih diskon, harga yang ditetapkan masih cukup mahal dengan kualitas yang kurang memadai.
”Yang menjadi perhatian saya adalah sebenarnya LRT Jabodebek sudah siap beroperasi atau belum? Karena sepertinya dengan beberapa gangguan yang terjadi, moda ini belum sepenuhnya siap,” kata Indira.
Baca Juga: LRT Jabodebek Bukan Kereta Ringan Pertama di Indonesia Tapi Perdana Beroperasi Tanpa Masinis
Pengguna LRT Jabodebek lainnya, Fahrizal (36), juga sependapat. Ia menceritakan, pada Kamis (26/10/2023) dirinya terlambat datang ke kantor karena waktu tunggu LRT yang lama. Dengan tarif Rp 11.400 untuk perjalanan Stasiun Halim-Stasiun Dukuh Atas dan Rp 22.800 untuk pulang-pergi, tetapi waktu tunggunya lama, ia berpendapat lebih baik menggunakan kendaraan pribadi.
Adapun sejak 1 Oktober 2023, PT Kereta Api Indonesia memberlakukan tarif promo kedua LRT Jabodebek dengan tarif minimal Rp 3.000 dan maksimal Rp 20.000. Kebijakan ini akan berlangsung hingga 29 Februari 2024.
Suasana penumpang di dalam Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodebek, Kamis (31/8/2023).
Manajer Public Relations LRT Jabodebek Kuswardoyo membenarkan jarak waktu tunggu kereta atau headway LRT Jabodebek saat ini lebih lama. Sebab, sejak Rabu (25/10/2023) LRT Jabodebek hanya menjalankan 9 rangkaian kereta atau trainset untuk melayani 131 perjalanan.
Manajemen LRT Jabodebek juga membatasi kecepatan kereta hingga 50 persen demi mengurangi gaya gesek antara roda dan rel agar kepingan roda LRT tak cepat aus. Hal ini terpaksa dilakukan karena sebagian besar kondisi roda kereta yang beroperasi sudah memasuki masa perawatan pembubutan roda serta menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan.
Baca Juga: Gangguan Sinyal, Perjalanan LRT Jabodebek Telat Satu Jam
”Misal di titik ini tadinya kecepatannya bisa 80 kilometer per jam, kini kami batasi menjadi 40 kilometer per jam. Titik-titik itu kami berikan batasan kecepatan untuk mengurangi keausan. Dengan adanya pembatasan kecepatan, otomatis kedatangan kereta ke stasiun berikutnya akan lebih lama,” ujarnya.
Pembatasan kecepatan hanya dilakukan di beberapa titik yang sudah ditentukan. Kelima titik tersebut ialah di rel Stasiun Kampung Rambutan-TMII, Stasiun TMII-Cawang, Stasiun Dukuh Atas-Setiabudi, Stasiun Kuningan-Pancoran, dan Stasiun Halim-Cawang.
Puluhan warga menunggu keberangkatan LRT Jabodebek di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Minggu (29/10/2023).
Dalam kondisi normal, LRT Jabodebek memiliki 16 rangkaian kereta dengan 234 perjalanan setiap hari. Sebanyak 103 perjalanan LRT Jabodebek dibatalkan untuk sementara waktu imbas dari perawatan roda tersebut.
Adapun mulanya jarak waktu kedatangan antarkereta LRT Jabodebek ialah 15 menit untuk perjalanan relasi Jati Mulya-Cawang (PP) dan Harjamukti-Cawang (PP). Relasi Dukuh Atas–Cawang (PP) ialah 7,5 menit.
Apa yang terjadi menunjukkan ketidaksiapan LRT Jabodebek untuk menjadi angkutan umum massal yang andal. Hal teknis dan mendasar, seperti keausan roda, seharusnya sudah diperhitungkan dengan matang. ( Ketua YLKI Tulus Abadi)
”Kami saat ini menjalankan sebanyak 9 trainset sehingga kami mengatur perjalanan dengan mengurangi frekuensi pada non-peak hours. Headway pada jam sibuk saat ini sekitar 30 menit, sementara pada jam nonsibuk (10.00-15.00 WIB) waktu keberangkatan pada beberapa rangkaian menjadi 60 menit. Kami juga perpanjang keberangkatan terakhir menjadi pukul 20.12,” katanya.
Sementara itu, tujuh rangkaian kereta LRT lainnya masuk bengkel untuk perawatan roda. Namun, belum ada penjelasan lebih lanjut hingga kapan tujuh rangkaian kereta LRT itu selesai perbaikan.
Meskipun demikian, rata-rata sembilan trainset yang masih dioperasikan perjalanannya kini telah mencapai di atas 15.000 kilometer. Kuswardoyo menyebut, jika perjalanan LRT Jabodebek sudah mencapai 20.000 kilometer, maka roda itu sudah terkena keausan antara 4-8 mm.
”Berdasarkan standar atau aturan, roda kereta tidak boleh mencapai tingkat keausan 8 mm. Jadi, rata-rata di LRT itu, ketika keausan roda sudah mencapai 5-6 mm, maka akan kita bubut,” kata Kuswardoyo.
Saat ini, selain mengurangi kecepatan, pihak LRT Jabodebek juga membuat alat spray untuk menembakkan oli secara otomatis. Hal ini diharapkan bisa mengurangi gesekan agar roda tak cepat aus.
Baca Juga: LRT Jabodebek Masih Dirundung Kendala Operasional
Kuswardoyo menuturkan, masalah keausan roda baru muncul setelah LRT Jabodebek beroperasi secara komersial. Sehingga pihaknya tidak ada persiapan untuk mengatasi permasalahan itu.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah memesan 1.000 unit roda ke PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Pemesanan roda tersebut diharapkan tersedia paling lama pada Januari 2024. Pengiriman itu akan dilakukan secara bertahap.
Beberapa penumpang sedang menikmati perjalanan menggunakan LRT Jabodebek, Rabu (11/10/2023).
Gangguan perjalanan LRT Jabodebek bukan kali pertama terjadi. Pada Selasa (3/10/2023), LRT Jabodebek pernah mengalami gangguan di Stasiun Cawang saat jam pulang kerja, yakni sekitar pukul 17.00. Akibatnya, semua penumpang diturunkan di stasiun tersebut.
Sebelumnya, LRT Jabodebek juga pernah mengalami gangguan pintu kereta dan padamnya aliran listrik di Stasiun Halim, Rabu (30/8/2023). Hal ini membuat perjalanan kereta di jalur Bekasi mandek.
Gangguan sinyal pada LRT Jabodebek juga pernah terjadi di Stasiun Harjamukti dan Ciracas pada Rabu (18/10/2023) pagi dan berdampak pada antrean di beberapa stasiun.
Kompensasi tarif
LRT Jabodebek disarankan memberikan tarif paling murah bagi pelanggan sebagai kompensasi berkurangnya frekuensi perjalanan dan lamanya waktu tunggu. Kompensasi itu agar animo warga yang sudah mulai terbentuk tidak pudar.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat Aditya Dwi Laksana menyayangkan berkurangnya frekuensi perjalanan dan lamanya waktu tunggu saat animo warga sedang tinggi-tingginya. Padahal, momentum itu seharusnya ditangkap dengan menambah frekuensi agar jeda antarperjalanan rapat dan menambah jam operasional perjalanan.
”Ini membuat kenyamanan pengguna terganggu dan menjadikan minat masyarakat menggunakan LRT Jabodebek akan menurun. Jadi, pembelajaran penting untuk pembangunan atau pengoperasian infrastruktur kereta api perkotaan di kemudian hari,” tutur Aditya.
Pembelajaran yang dimaksud ialah memastikan kualitas sarana LRT Jabodebek agar lebih prima sebelum dioperasikan, harmonisasi antara unsur sarana dan prasarana karena kondisi lengkung tajam dari jalur LRT Jabodebek juga mempercepat tingkat keausan roda, dan memastikan teknologi GoA 3 bisa lebih mulus lagi dalam persiapan operasionalnya.
Baca Juga: Ada Empat Gangguan Utama LRT Jabodebek
Aditya menekankan intinya keselamatan pengguna dan perjalanan kereta api harus diutamakan. Maka masalah perencanaan dan koordinasi yang kurang komprehensif antara sarana, prasarana, sistem persinyalan, dan sistem kendali operasi LRT Jabodebek ini perlu dicarikan solusinya.
Dalam masalah keausan roda, langkah yang bisa dilakukan saat ini, antara lain mempercepat proses bubut roda, memastikan pembelian roda baru untuk cadangan sudah memenuhi kualitas standar yang ditetapkan, mempertimbangkan untuk menata ulang lebar lengkung jalur rel untuk mengurangi tingkat keausan roda, dan meningkatkan kapasitas bubut dengan menambah jumlah mesin bubut roda.
Suasana layanan LRT Jabodebek di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Rabu (13/9/2023).
”Dalam kondisi pelayanan sarana menurun, sebaiknya tarif termurah dikenakan dulu. Sebagai kompensasi waktu tunggu yang relatif lama dan frekuensi perjalanan yang berkurang, misalnya, kembali ke tarif tetap Rp 5.000 seperti sebelumnya,” katanya.
Problem tersebut turut disayangkan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi. Apa yang terjadi menunjukkan ketidaksiapan LRT Jabodebek untuk menjadi angkutan umum massal yang andal. Hal teknis dan mendasar seperti keausan roda seharusnya sudah diperhitungkan dengan matang.
”Mana ada jeda antarperjalanan angkutan umum massal sampai satu jam. Kalau tak ada evaluasi komprehensif ke depannya, maka LRT akan ditinggalkan penggunanya. Jangan bermimpi mendorong migrasi pengguna kendaraan pribadi ke angkutan massal,” ucap Tulus terpisah.
Tulus menyarankan pemberian tiket promo untuk menjaga loyalitas pengguna di tengah penurunan layanan LRT Jabodebek. Jika memungkinkan, jangan terburu-buru menerapkan tarif berdasarkan keekonomian, tetapi pastikan dulu keandalan pelayanannya.