Penumpang MRT Tembus 100.000 Orang Per Hari, Diduga Terdampak LRT Jabodebek
Pada September dan Oktober 2023, rata-rata jumlah penumpang MRT Jakarta per hari di atas 100.000. Integrasi antarmoda, seperti dengan LRT Jabodebek, serta adanya angkutan pengumpan makin mempermudah orang mengakses MRT.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARA, KOMPAS - Jumlah penumpang MRT Jakarta dari Januari hingga 23 Oktober 2023 mencapai 26.454.188 orang dengan rata-rata penumpang 89.372 orang per hari. Angka ini melebihi target, yakni 83.411 penumpang per hari.
Pihak PT MRT Jakarta terus berupaya menjangkau lebih banyak penumpang, salah satunya dengan mengoptimalkan layanan angkutan pengumpan untuk membantu pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi publik.
Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat menyampaikan, bahkan dua bulan terakhir, rata-rata jumlah penumpang MRT per hari di atas 100.000. Rata-rata penumpang MRT Jakarta pada Oktober 2023 (tanggal 1-23) mencapai 100.018 penumpang per hari. Sementara pada bulan September rata-rata penumpang mencapai 101.684 penumpang per hari.
Melihat data tersebut, Tuhiyat berharap dari sekian banyak penumpang baru, beberapa di antaranya merupakan pengendara kendaraan pribadi yang beralih ke kendaraan publik.
”Dua bulan berturut-turut penumpang MRT tembus di atas 100.000 penumpang per hari. Semoga sebagian besar adalah mereka yang beralih ke transportasi publik untuk gaya hidup sehari-hari sehingga dapat menekan polusi,” kata Tuhiyat dalam Forum Jurnalis MRT di Wisma Mulia, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).
Adapun sejak LRT Jabodebek beroperasi per 1 September 2023, MRT turut mencatatkan kenaikan jumlah penumpang sebesar 16 persen dari Stasiun Dukuh Atas BNI.
”Secara spesifik, kami belum yakin ini impact pure dari LRT Jakarta atau KRL. Secara spesifik kita belum. Akan tetapi, setelah LRT Jabodebek beroperasi ada kenaikan jumlah penumpang kurang lebih 2.936 orang per hari pada September ke Oktober,” ujarnya.
Capaian ini merupakan kontribusi dari angkutan pengumpan ( feeder) dan integrasi dengan angkutan umum lainnya.
Dari sisi ketepatan waktu, MRT mencatatkan ketepatan waktu perjalanan 99,93 persen, ketepatan lama waktu berhenti 99,85 persen, dan ketepatan waktu tiba di stasiun 99,93 persen.
Kemudian, Tuhiyat juga melaporkan kontribusi kendaraan pengumpan atau feeder ke jumlah ridership MRT. Tercatat kontribusinya per September sebesar 684.349 atau sekitar 22,43 persen. Kendaraannya pun beragam, mulai dari Gojek, Grab, Bluebird, Transjakarta, hingga Damri-PPD. Terbesar kontribusinya dari Transjakarta, yakni 8,08 persen.
”Capaian ini merupakan kontribusi dari angkutan pengumpan (feeder) dan integrasi dengan angkutan umum lainnya,” kata Tuhiyat.
Direktur Operasional MRT Jakarta Muhammad Effendi menyebutkan, kolaborasi pengembangan angkutan pengumpan akan ditingkatkan karena banyak kawasan perumahan di sekitar DKI Jakarta belum terjangkau layanan tersebut. Misalnya, kawasan Depok dan Pondok Cabe yang meminta adanya layanan angkutan pengumpan ke stasiun MRT.
Pihaknya telah menyurvei sejumlah perumahan yang ada di wilayah selatan Ibu Kota. Beberapa perumahan telah bekerja sama dengan layanan angkutan pengumpan menuju stasiun MRT atau sebaliknya.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Weni Maulina mengatakan, perkembangan pembangunan MRT Jakarta Fase 2A sudah mencapai 52 persen. Jalur MRT Fase 2A meliputi jalur Bundaran HI-Monas. Pembangunan Fase 2A dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI-Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027 dan segmen dua Harmoni-Kota yang ditargetkan selesai pada 2029.
Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri atas tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.
Saat ini, pembangunan yang telah berlangsung adalah adanya terowongan penghubung Stasiun MRT Monas dan Stasiun MRT Harmoni. Proyek MRT Jakarta Fase 2A terbagi ke dalam enam kontrak pengadaan, tiga kontrak pembangun jalur dan tiga kontrak pengadaan sistem.
Pihaknya telah melaksanakan pengeboran tunnel dari Stasiun Monas ke Stasiun Harmoni. Lalu, untuk terowongan di arah Stasiun Monas menuju Stasiun Harmoni, pengerjaannya sudah selesai dilakukan.
Strategi
Head of Customer Engagement Division PT MRT Jakarta Muchamad Iqbal Bimo mengatakan, terdapat sejumlah strategi MRT Jakarta untuk menarik penumpang. Salah satunya, mengubah posisi layanan dari perspektif penumpang, dari berfokus pada stasiun dan penyedia layanan transportasi menjadi penciptaan gaya hidup.
Gaya hidup yang dimaksud adalah masyarakat dapat beraktivitas dengan berbagai kegiatan di sekitar stasiun MRT Jakarta. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama di antaranya dengan berbagai event, kemitraan promo dengan pusat belanja, UMKM sekitar stasiun, wisata, dan angkutan feeder.
Pengamat tata kota Yayat Supriyatna menilai, untuk meningkatkan lebih banyak ridership, MRT bisa mengiringi program jemputan ataupun layanan feeder dengan tarif terintegrasi tarif MRT Jakarta. Menurunkan biaya transportasi merupakan cara untuk menekan polusi.
Langkah lainnya, MRT dapat memanfaatkan hasil pemetaan atas lintasan layanan dan pola komuter para penumpangnya. Di sejumlah stasiun terlihat cukup ramai karena memang secara tata ruang di sekitar stasiun tertentu adalah area perkantoran atau area perdagangan. Namun, di sejumlah stasiun lainnya sepi.
”Ini menjadi tugas tim TOD (kawasan berorientasi transit) MRT Jakarta bagaimana menghidupkan stasiun,” kata Yayat.
Yayat melanjutkan, melihat M Bloc yang ramai setelah dikembangkan sebagai pusat kuliner, stasiun lain juga bisa dikembangkan keramaian serupa. Strategi itu dinilai akan meningkatkan penumpang MRT, terutama saat akhir pekan.
Sementara itu, kualitas keamanan, keselamatan, kebersihan, dan kenyamanan, menurut Yayat, merupakan empat keunggulan MRT Jakarta. Dari aspek kebersihan, ia mencontohkan toilet-toilet di stasiun MRT Jakarta selalu bersih.