Siasat MRT Jakarta Gaet Lebih Banyak Penumpang
Di tengah kemacetan Jakarta yang meningkat pascapandemi, juga polusi udara yang tinggi, MRT Jakarta mencoba menarik minat masyarakat. Sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan keterisian penumpang MRT.
Pada 5 September 2023, PT MRT Jakarta (Perseroda) merilis sebanyak 3.025.826 orang menggunakan layanan MRT Jakarta selama Agustus 2023. Jumlah tersebut menunjukkan rata-rata 97.603 orang menggunakan MRT Jakarta per hari, dengan total 8.253 perjalanan kereta.
Jumlah penumpang MRT pada Agustus 2023 itu meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Juli 2023, tercatat 2.853.963 orang menggunakan layanan MRT Jakarta atau rata-rata per hari sekitar 95.132 orang dengan total perjalanan kereta 8.109.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Effendi menyatakan terus berupaya lebih banyak lagi orang yang menggunakan MRT Jakarta untuk bermobilitas ataupun berkegiatan. Bukan hanya berangkat dari kapasitas angkut yang masih bisa mengakomodasi, melainkan juga karena kondisi Jakarta setelah pandemi Covid-19 justru mulai kian macet lagi.
Baca juga: MRT Jakarta Dorong Kenaikan Jumlah Penumpang
Merujuk pada indeks kemacetan TomTom traffic pada 2022, Jakarta ada di peringkat ke-29 dunia untuk kemacetan serta peringkat ke-9 untuk kota-kota di Asia. Dari kondisi itu, MRT Jakarta mengajak warga Jakarta dan sekitarnya untuk lebih banyak menggunakan angkutan umum ketimbang naik kendaraan pribadi.
Ihwal kapasitas angkut bisa dilihat dari profil penumpang pada Juli 2023. Pada hari kerja, jumlah penumpang rata-rata 110.849 orang. Pada akhir pekan, rata-rata penumpang 67.601 orang. Lalu, rata-rata per jam pada waktu sibuk 12.530 orang serta rata-rata per jam pada saat nonsibuk 3.671 orang.
”Secara load factor MRTJ di akhir pekan saat ini rata-rata masih berada di kisaran 20-55 persen pada jam sibuk dan 35-40 persen di jam nonsibuk dengan perhitungan kapasitas sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) sehingga masih dapat mengakomodasi peningkatan ridership yang tinggi, terutama pada jam nonsibuk,” kata Effendi, Rabu (30/8/2023).
Untuk menarik minat warga menggunakan MRT Jakarta, kualitas keamanan, keselamatan, kebersihan, dan kenyamanan dalam pelayanan dijaga ketat. ”Itu empat kekuatan kami yang terus kami jaga,” jelas Effendi.
Pengamat tata kota Yayat Supriyatna menyatakan, empat hal itu adalah keunggulan MRT Jakarta. Dari aspek kebersihan, ia mencontohkan toilet-toilet di stasiun MRT Jakarta yang selalu bersih.
Sejak beroperasi pada 2019 sampai tahun keempat operasi komersial, MRT Jakarta mampu menjaga standar tinggi pada layanan itu. ”Ada jaminan keamanan kenyamanan sesuai standar pelayanan minimum (SPM) yang ditetapkan,” jelas Yayat.
Baca juga: MRT Ganging Pusat Belanja untuk Dongkrak Jumlah Penumpang
Untuk meningkatkan jumlah penumpang, Yayat menyarankan MRT Jakarta memetakan bangkitan-bangkitan atau pusat-pusat keramaian di sepanjang trase fase 1 selatan-utara yang sepanjang 16 km. Di sepanjang lintasan itu ada pusat perkantoran, pusat jasa, hingga pusat perdagangan. Demikian juga trase fase 2A yang saat ini tengah dibangun. Dengan memetakan, akan bisa diketahui strategi meningkatkan keterisian penumpang.
Head of Customer Engagement Division PT MRT Jakarta (Perseroda) Muchamad Iqbal Bimo menjelaskan, sejumlah strategi dilakukan MRT Jakarta untuk menarik penumpang. ”Kami mengubah posisi layanan dari perspektif pengguna. Dari berfokus pada stasiun dan penyedia layanan transportasi dasar menuju penciptaan gaya hidup. MRTJ sebagai penggerak gaya hidup perkotaan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mobilitas sebagai penggerak ekonomi bagi kawasan TOD sekitarnya,” jelas Bimo.
MRT sebagai gaya hidup, artinya masyarakat menggunakan MRT untuk aktivitas pariwisata yang bisa berupa event-event di sekitar stasiun. Lalu, MRT sebagai alat transportasi untuk berkegiatan atau belanja atau berolaharaga.
Strategi menarik penumpang dilakukan melalui kerja sama payment loyalty; kerja sama agenda atau event; kemitraan promo dengan pusat belanja, UMKM, bioskop di sekitar stasiun; kemitraan wisata MRTJ; hingga angkutan feeder untuk memudahkan akses first and last miles penumpang dari dan menuju stasiun, serta memperpendek akses menuju tempat hunian.
”Strategi ini berkontribusi 35,3 persen dari total ridership. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kontribusi program pull di metro global lainnya yang hanya berkontribusi 5-10 persen,” jelas Bimo.
Adapun untuk mendorong peningkatan angka keterangkutan, MRT Jakarta berkolaborasi dengan sejumlah operator transportasi publik pengumpan (feeder). Moda pengumpan ini juga mengangkut dari kawasan hunian langsung menuju stasiun terdekat.
Baca juga: MRT Jakarta Ganging Ojek Daring sebagai Pengumpan
Kehadiran angkutan pengumpan ini akan berdampak tidak saja terhadap kenaikan angka keterangkutan, tetapi juga mendorong kebudayaan menggunakan platform berbagi kendaraan (ride sharing). Secara angka, operator pengumpan ini menyumbang sekitar 20,3 persen angka keterangkutan dari total ridership MRT Jakarta.
MRT sebagai gaya hidup, artinya masyarakat menggunakan MRT untuk aktivitas pariwisata yang bisa berupa event-event di sekitar stasiun. Lalu, MRT sebagai alat transportasi untuk berkegiatan atau belanja atau berolaharaga.
Di masa depan, MRT jakarta bakal mengembangkan pengoptimalan penggunaan jemputan karyawan. Upaya itu berangkat dari tantangan yang dihadapi pekerja Ibu Kota. Di antaranya waktu perjalanan yang lama, banyaknya penggunaan kendaraan pribadi, sistem integrasi transportasi publik yang kurang memadai, dan transit kendaraan pribadi ke transportasi publik yang belum maksimal. Hal itu menimbulkan tingginya kemacetan dan polusi udara.
Bagi karyawan, situasi ini tentu menimbulkan tingkat stres yang lebih tinggi. Bagi perusahaan, situasi itu menimbulkan karyawan yang capai yang maunya bekerja dari rumah hingga biaya perjalanan yang mahal.
Di tahap awal, program jemputan ini adalah antarjemput untuk karyawan MRT Jakarta. MRT akan memanfaatkan angkutan feeder yang dimiliki untuk menjemput karyawan MRT di kawasan perumahan yang berlokasi dalam jarak 5-15 km dari stasiun MRTJ.
Mereka kemudian diantarkan ke stasiun MRT terdekat lalu melanjutkan menggunakan transportasi publik utamanya MRTJ menuju kantor MRT di Transport Hub dan di Wisma Nusantara. Para karyawan itu turun di stasiun terdekat dari kantor lalu tinggal jalan kaki.
”Ini yang sedang kita laksanakan dan kita harapkan nantinya kita bisa bekerja sama dengan paling minimum ASN DKI atau BUMD-BUMD atau perkantoran lainnya untuk bisa menggunakan pola ini,” jelas Bimo.
Baca juga: Layani 15 juta Penumpang pada Semester Pertama, MRT Diminta Tetap Jaga Standar Pelayanan
Cara itu diterapkan juga untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara. Manfaatnya, jelas Bimo, bagi perusahaan ini akan mendorong tingkat produktivitas karyawan dan mengurangi jumlah parkiran. Bagi karyawan, program itu akan membuat mereka nyaman bermobilitas juga dari sisi pengeluaran biaya transportasi.
Tarif terintegrasi
Yayat menambahkan, pola antarjemput karyawan itu menarik. Untuk meningkatkan lebih banyak ridership, MRT bisa juga mengiringi program jemputan itu ataupun layanan feeder dengan tarif terintegrasi tarif MRT Jakarta.
”Karena nanti MRT bisa promosi, tinggalkan mobilmu di rumah, tinggalkan motormu di rumah, kami layani Anda lebih murah. Jadi untuk menekan polusi ini, satu-satunya cara adalah dengan menurunkan biaya transportasi,” papar Yayat.
Langkah lainnya, menurut Yayat, MRT memanfaatkan hasil pemetaan atas lintasan layanan dan pola komuter para penumpangnya. Di sejumlah stasiun terlihat cukup ramai karena memang secara tata ruang di sekitar stasiun tertentu adalah area perkantoran atau area perdagangan. Namun, di sejumlah stasiun lainnya sepi.
”Ini menjadi tugas tim TOD (kawasan berorientasi transit) MRT Jakarta bagaimana menghidupkan stasiun. Dengan melihat M-Bloc yang ramai setelah dikembangkan sebagai pusat kuliner, di stasiun-stasiun lainnya juga bisa dikembangkan keramaian serupa,” jelas Yayat.
Strategi itu, imbuh Yayat, akan meningkatkan penumpang MRT saat akhir pekan. Untuk program wisata, ada baiknya jika MRT Jakarta bisa menerapkan tarif berlangganan untuk periode tertentu seperti mingguan atau bulanan. Lagi-lagi, integrasi dengan layanan angkutan umum lainnya juga harus diperhatikan untuk kemudahan penumpang.