MRT Jakarta berharap Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan melalui kebijakan penarik dan pendorong supaya menaikkan jumlah penumpang MRT Jakarta.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT MRT Jakarta (Perseroda) menggencarkan sejumlah strategi untuk mendorong kenaikan jumlah penumpang yang turun banyak selama pandemi Covid-19. Menjelang akhir tahun ini, rata-rata penumpang harian MRT Jakarta naik menjadi 50.000 penumpang per hari.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Effendi dalam Forum Jurnalis MRT Jakarta, Selasa (6/12/2022), menjelaskan, pandemi Covid-19 membuat penumpang MRT Jakarta turun sangat banyak. Dimulai dari rata-rata 1.400 penumpang per hari pada April 2020, meski fluktuatif per bulannya, tren rata-rata penumpang harian mengalami tren kenaikan sampai saat ini.
Pada September 2022, rata-rata harian penumpang MRT Jakarta 67.189 orang per hari. Pada Oktober 2022, rata-rata harian penumpang MRT Jakarta sebanyak 72.194 orang per hari. Pada November 2022, rata-rata penumpang harian 71.772 orang per hari dengan jumlah penumpang harian tertinggi 84.753 orang pada 30 November 2022.
Meski memasuki Desember jumlah penumpang turun karena masyarakat sudah banyak yang pergi berlibur, kata Effendi, situasi pandemi Covid-19 di Jakarta pada 2022 ini terkendali. Hal itu membuat MRT Jakarta merevisi target rata-rata penumpang harian pada 2022 dari sebelumnya 40.000 penumpang per hari, di pertengahan tahun direvisi menjadi 50.000 penumpang per hari.
”Targetnya sampai akhir tahun rata-rata penumpang harian bisa dijaga di 50.000 orang per hari,” kata Effendi.
MRT Jakarta dengan tren rata-rata jumlah penumpang saat ini juga dengan masih adanya pandemi target penumpang untuk 2023 diperhitungkan di kisaran 65.000-70.000 orang per hari. Untuk mencapainya, MRT Jakarta berharap Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan melalui kebijakan pull and push strategy supaya menaikkan jumlah penumpang MRT Jakarta.
Sebagai kebijakan pendorong, MRT Jakarta bekerja sama dengan mitra penyedia feeder atau kendaraan pengumpan. Dari survei yang dilakukan MRT Jakarta, warga dari selatan Jakarta banyak yang ingin naik MRT Jakarta menuju area kerja. Namun ketiadaan angkutan umum yang baik menuju stasiun MRT membuat mereka tetap naik kendaraan pribadi.
“Kita coba memetakan, kita survei ternyata banyak warga dari perumahan di selatan Jakarta yang ingin naik MRT. Jadi kita bekerja sama dengan sejumlah mitra penyedia angkutan feeder untuk mengangkut penumpang ke stasiun MRT,”
kata Effendi.
Effendi melanjutkan, untuk menarik lebih banyak penumpang, MRT Jakarta terus berupaya menjaga ketepatan waktu kedatangan kereta antarstasiun, waktu berhenti, dan waktu tempuh kereta per lintas. ”Kita juga menjaga keselamatan, kenyamanan, kebersihan, dan keramahan,” kata Effendi.
ERP harus didorong untuk jalan. Itu salah satu cara menaikkan jumlah penumpang angkutan umum terutama MRT Jakarta.
Secara terpisah, Adrianus Satrio Adi Nugroho dari Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ), Rabu (7/12/2022), menjelaskan, terkait target penumpang di 2023 itu, saat ini saja dengan MRT Jakarta masih menerapkan pembatasan kapasitas penumpang 80 persen dan MRT Jakarta sudah menerapkan pelayanan operasi sampai pukul 24.00, rata-rata penumpang harian sudah 72.000 orang.
Kemudian integrasi dengan angkutan pengumpan, menurut Satrio, juga sudah dimaksimalkan. ”Dengan upaya itu semua, rata-rata penumpang bisa didorong sampai maksimal 80.000 penumpang per hari,” ujar Satrio.
Namun, Satrio berpandangan, Pemprov DKI mesti mendukung dengan segera menerapkan kebijakan pull strategy yang membuat masyarakat mau beralih menggunakan angkutan umum seperti MRT Jakarta, di antaranya dengan menerapkan jalan berbayar elektronik atau electronic road pricing (ERP) dan kenaikan tarif parkir.
”ERP harus didorong untuk jalan. Itu salah satu cara menaikkan jumlah penumpang angkutan umum terutama MRT Jakarta,” kata Satrio.
Apabila strategi penarik dengan penerapan ERP dijalankan, lanjut Satrio, itu bisa mendorong jumlah penumpang ke 100.000 orang lebih per hari.
Secara terpisah, Annisa, warga Limo, Depok, Jawa Barat, pengguna MRT untuk pergi bekerja ke kantornya di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, menyatakan puas dengan layanan MRT Jakarta. ”Sejauh ini puas dengan layanan MRT Jakarta karena selalu on time,” katanya.
Namun, dalam beberapa kesempatan, Annisa mendapati untuk MRT Jakarta belum bisa melayani tap in dan tap out di stasiun yang sama. “Saya pernah mampir sebentar di ruang laktasi Stasiun Lebak Bulus untuk keperluan memompa ASI. Ruang laktasi itu ada di area berbayar. Waktu itu saya sudah keluar dari gerbang pembayaran sehingga saya masuk lagi dan tap in. Saat selesai, saya tidak bisa tap out dan mesti dibantu petugas,” ungkapnya.
Menurut Annisa, akan lebih baik bila penumpang bisa tap in dan tap out di stasiun yang sama. ”Bisa saja, mau menumpang sholat atau ke toilet. Kalau di kasus saya, mau numpang mompa ASI,” ujarnya.