Atasi 16.000 Anak Tengkes, Pemkab Bogor Intervensi ke 10 Desa
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor pada 2022 angka tengkes 4,78 persen atau 16.000 anak balita. Pemkab Bogor akan mengintervensi 10 desa untuk menurunkan angka tengkes.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mencatat ada penurunan angka stunting atau tengkes. Untuk mengejar target nol kasus tengkes, Pemkab Bogor fokus mengintervensi 10 desa yang masih memiliki kasus tengkes.
Pelaksana Tugas Bupati Bogor Iwan Setiawan berkomitmen memperkuat dan bersinergi untuk mewujudkan Kabupaten Bogor bebas tanges. Pihaknya pun terus secara berkala mengevaluasi kegiatan melalui rembuk stunting, untuk merumuskan dan implementasi di lapangan sehingga ada progres positif dalam penanganan tengkes.
Dari komitmen itu, kata Iwan, tangkes di Kabupaten Bogor menunjukan penurunan tengkes dari tahun ke tahun. Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, pada 2022 angka tengkes 4,78 persen atau 16.000 anak balita. Angka tangkes turun dari tahun sebelumnya yaitu 9,98 persen. Adapun pada 2020 ada 12,69 persen anak mengalami tengkes.
“Dari 9 persen turun ke 4 persen. Kami terus upaya zero stunting 2024,” ujar Iwan, Selasa (5/7/2023).
Meski menunjukan penurunan, Pemkab bogor masih memilik banyak pekerjaan rumah untuk mengejar target zero tengkes 2024. Beberapa pekerjaan rumah seperti menetapkan fokus intervensi tengkes di 10 desa atau kelurahan yang meliputi satu kelurahan dan dua desa di Kecamatan Bojonggede, tiga kelurahan di Kecamatan Cibinong, dua desa di Kecamatan Cileungsi, dan dua desa di Kecamatan Gunung Putri.
Intervensi di 10 desa yang masih tinggi angka tengkesnya itu seperti layanan air bersih, sanitasi, imunisasi, pemeriksaan kesehatan, pemahaman air susu ibu (ASI) eksklusif dua tahun, hingga kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil dan anak-anak pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Sejak 2019, Kabupaten Bogor menjadi kota/kabupaten yang dipilih oleh pemerintah pusat sebagai lokasi khusus intervensi stunting. Hal ini dilakukan karena Kabupaten Bogor masuk dalam 10 wilayah di Jawa Barat dengan tingkat tengkes tertinggi.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Jawa Barat mencapai 20,2 persen pada 2022. Adapun Kabupaten Bogor berada di posisi keenam.
Selain intervensi lokasi khusus, percepatan penurunan angka tengkes melalui inovasi pendanaan pembangunan melalui bantuan keuangan kompetitif Pemerintah Provinsi Jawa Barat sekitar Rp 24 miliar.
Sumbang telur
Pemerintah Kota Bogor juga berkomitmen menurunkan angka tengkes. Saat ini terdata ada sekitar 2.001 anak mengalami tangkes. Kota Bogor juga masuk dalam kota/kabupaten di Jawa Barat yang mendapat perhatian khusus dalam penanganan tengkes. Angka tengkes saat ini jauh turun dari tahun sebelumnya. Seperti pada 2021, ada sebanyak 5.392 anak mengalami tengkes.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, dari 27 kota/kabupaten Jawa Barat, Kota Bogor berada di peringkat 17 dengan prevalensi tangkes sebesar 18,7 persen.
Salah satu strategi yang saat ini telah berjalan dan dinilai mampu menurunkan angka tangkes yaitu program Pemkot Penting-Lur. Program ini mewajibkan para aparatur sipil negara (ASN) menjadi orangtua asuh dengan menyumbang dua butir telur per hari untuk satu anak tengkes. Jika diakumulasi, dalam satu bulan bisa menyumbang 1,5 kilo gram (Kg) telur yang diterima satu anak.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, peran pemerintah tak hanya melalui kebijakan, tetapi perlu ikut terjun langsung membantu warga. Oleh karena itu, ada sekitar 6.700 ASN dikerahkan menjadi ayah dan ibu asuh tengkes.
Keberadaan para ASN ini cukup membantu hampir 50 persen anak-anak yang mengalami tengkes. “Kami upayakan untuk tekan stunting. Ada penurunan, perlu turun lagi agar nol kasus,” kata Dedie.
Salah satu program penting lainnya, kata Dedie, yaitu perbaikan sanitasi. Buruknya sanitasi ini meruoakan salah satu penyebab tengkes.
Berdasarkan data pada Febuari 2023, angka buang air besar sembarang (BABS) di Kota Bogor cukup tinggi. Saat ini, baru dua kelurahan dari total 68 kelurahan yang bersih dari BABS.