Tangkis Tengkes dengan Tangkas
Mengatasi tengkes bukan perkara mudah. Tengkes muncul akibat masalah kesehatan masyarakat yang terjadi secara persisten. Upaya pengentasan tengkes harus dilakukan secara tangkas dengan melibatkan semua pihak.

Seorang petugas menempelkan stiker bertuliskan Hore Berat Badanku Naik di tangan anak setelah dilakukan pengukuran berat badan di Posyandu Mawar Merah, Dusun Klangon, Sedayu, Bantul. Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (10/2/2023). Dalam pelayanan posyandu tersebut dilakukan pemantauan tumbuh kembang anak, pemberian vitamin A, dan pemberian makanan sehat dengan protein hewani pada setiap anak. Pelayanan ini guna mencegah dan menangani tengkes (stunting) secara lebih tepat.
Stiker bertuliskan ”Hore Berat Badanku Naik” melekat di punggung tangan Risa (4). Dari pengukuran berat badan di Posyandu Mawar Merah, Dusun Klangon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (10/2/2023), berat badannya naik hampir 1 kilogram.
Selain berat badannya yang naik, Risa juga aktif mengikuti ajakan Elsita, kader posyandu yang juga bertugas mencacatkan berat badan dan tinggi badan anak yang diperiksa kala itu. ”Tos dulu tangan kanan, tos tangan kiri, tos dua tangan. Ciluk baa...,” ujar Elsita sambil memberikan gerakan yang seirama dengan perintahnya.
Risa pun mengikutinya dengan tangkas. Saat ditanya makan apa pagi tadi, Risa juga dapat menjawab dengan penuh semangat. ”Ayam!” teriaknya.
Posyandu juga menjadi perpanjangan tangan puskesmas untuk mencegah adanya kematian ibu dan bayi dan mencegah adanya anak tengkes atau stunting melalui pemberdayaan masyarakat.
Selain Risa, ada juga Kanza (3) yang mendapatkan stiker bertuliskan ”Hore Berat Badanku Naik”. Pada pemeriksaan kali ini, berat badannya pun naik hampir 1 kg.
Namun, tidak dengan Kristiando (5). Sudah dua bulan kunjungannya ke posyandu, Kristian, begitu panggilannya, tidak mendapatkan stiker seperti yang didapatkan oleh Risa dan Kanza. Berat badannya selama dua bulan berturut-turut mengalami penurunan.
“Lagi aktif sekali anaknya. Jadi susah makan dan lebih banyak main. Tapi untung enggak pilih-pilih makan,” kata Lusia Indardayu (38), ibu dari Kristian.
Setiap bulan di tanggal 10, pemantauan tumbuh kembang anak selalu dilayani oleh Posyandu Mawar Merah. Pelayanan dilakukan di Balai Dusun Klangon. Selain pengukuran berat badan, dilakukan pula pengukuran tinggi atau panjang badan bayi dan anak serta pengukuran lingkar kepala dan lingkar lengan.
Baca juga: Berlari Mengejar Target Penurunan Tengkes
Bertepatan dengan bulan pemberian vitamin A yang selalu diberikan setiap bulan Februari dan Agustus, setiap anak yang datang juga mendapatkan vitamin A setelah pemeriksaan tinggi dan berat badan. Pada jadwal lain, pelayanan oleh posyandu seperti pemberian imunisasi dan pemberian obat cacing.

Tidak hanya itu, pada kunjungan di posyandu juga diberikan makanan tambahan dengan protein hewani. Menu kali itu yakni soto ayam lengkap dengan lauknya telur puyuh, suwiran ayam, tahu, dan tempe. Selain itu, ditambah pula semangka sebagai buahnya. Setiap anak yang datang diminta untuk membawa tempat makan sendiri sebagai wadah makanan yang akan diberikan.
Tengkes
Kepala Puskesmas Sedayu 1 Bantul Sistia Utami mengatakan, pelayanan posyandu amat penting untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Posyandu juga menjadi perpanjangan tangan puskesmas untuk mencegah kematian ibu dan bayi serta mencegah anak tengkes atau stunting melalui pemberdayaan masyarakat.
Dengan melakukan pemeriksaan tinggi serta berat badan bayi dan anak, tumbuh kembang anak pun dapat terpantau. Tinggi dan berat badan bisa menjadi indikator untuk mengukur terjadinya tengkes.
Umumnya, anak dengan tengkes akan mengalami gagal tumbuh kembang. Itu ditandai dengan panjang atau tinggi badan dibandingkan dengan umur kurang dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait pertumbuhan anak.

Seorang anak diukur lingkar kepalanya saat mendapatkan pelayanan di Posyandu Mawar Merah, Dusun Klangon, Sedayu, Bantul. DIY, Jumat (10/2/2023).
Tengkes dapat diartikan sebagai gagal tumbuh kembang yang terjadi akibat asupan gizi kurang dalam jangka waktu lama. Asupan gizi kurang ini bisa terjadi mulai dari masa kehamilan, bahkan jauh dari sebelum itu, yaitu sejak ibu berusia remaja.
Tengkes bisa juga terjadi akibat penyakit infeksi kronis dan berulang yang dialami oleh anak. Selain itu, tengkes juga dapat diperburuk oleh stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Kondisi tengkes dapat menyebabkan anak memiliki kemampuan kognitif yang kurang dan berisiko menderita penyakit tidak menular di kemudian hari. Karena itu, tengkes menjadi ancaman serius bagi daya saing bangsa (Kompas.id, 28/7/2020).
Baca juga: Protein Hewani untuk Cegah Tengkes
Angka tengkes di Indonesia, menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, tercatat 21,6 persen. Angka itu turun sekitar 3 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu, angka itu masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 14 persen. Target itu harus dicapai setidaknya pada 2024.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kunjungannya di Sumedang, Jawa Barat, Jumat (10/2/2023), mengatakan, pencegahan tengkes dalam intervensi spesifik harus dilakukan sejak calon ibu berusia remaja. Intervensi bisa diberikan dengan pemberian tablet tambah darah. Remaja dengan anemia rentan mengalami anemia saat menjadi ibu hamil. Sementara ibu hamil yang mengalami anemia rentan melahirkan anak dengan tengkes.
Budi menambahkan, upaya lain yang perlu dilakukan juga yakni memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI tinggi kandungan protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Protein hewani dapat berupa ikan, ayam, daging sapi, dan telur.
Selain intervensi tersebut, ia menuturkan, pemantauan tumbuh kembang pun harus dilakukan secara rutin. Intervensi dapat segera diberikan kepada anak yang masuk dalam kelompok berisiko tengkes.

Seorang kader kesehatan mencatat pertumbuhan anak di Posyandu Mawar Merah, Dusun Klangon, Sedayu, Bantul. DIY, Jumat (10/2/2023).
”Kalau anak sudah stunting, itu sudah telat untuk diobati. Jadi, jangan tunggu sampai stunting. Jika berat badan anak tidak naik, segera kirim ke puskesmas untuk diintervensi gizinya dan dicari penyebabnya,” kata Budi.
Alat ukur
Administrator Kesehatan Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Bertharia Sinaga, menuturkan, pemerintah melalui Kemenkes saat ini tengah berupaya untuk mendistribusikan alat ukur tinggi dan berat badan bayi dan anak atau antropometri kit secara merata di seluruh Indonesia. Ini dilakukan untuk memastikan pencatatan pertumbuhan anak bisa lebih baik. Intervensi yang diberikan pun diharapkan bisa lebih tepat.
Alat ukur yang terstandar diperlukan untuk memastikan kondisi tumbuh kembang yang tercatat sesuai dengan kondisinya. Pengukuran yang tidak tepat dapat membuat intervensi yang diberikan pun menjadi salah.
Alat ukur yang digunakan, baik di puskesmas maupun di posyandu, kini sudah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1919 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1182 Tahun 2022 tentang Standar Alat Antropometri dan Alat Deteksi Dini Perkembangan Anak. Pada aturan tersebut, alat ukur yang digunakan, terutama alat ukur berat badan bayi dan anak berbasis digital.

Seorang anak ditimbang berat badannya saat mendapatkan pelayanan di Posyandu Mawar Merah, Dusun Klangon, Sedayu, Bantul. Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (10/2/2023).
Bertharia mengatakan, pemerintah menargetkan antropometri kit dengan standar terbaru bisa didistribusikan ke seluruh posyandu. Saat ini, setidaknya baru 33,9 persen posyandu dari total 303.416 posyandu di seluruh Indonesia yang mendapatkan alat antropometri tersebut. ”Targetnya tahun ini semua posyandu sudah memiliki alat antropometri,” ujarnya.
Inovasi
Penuntasan masalah tengkes perlu didorong dan ditumbuhkan sebagai tugas dan tanggung jawab setiap masyarakat. Persoalan tengkes tidak akan bisa diatasi jika hanya diupayakan oleh pemerintah pusat. Komitmen dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan setiap individu masyarakat amat diperlukan.
Baca juga: Mencapai Target Ambisius Penurunan Tengkes
Inovasi-inovasi dari daerah pun diperlukan karena setiap daerah memiliki kondisi dan tantangan yang berbeda-beda. Intervensi pun harus disesuaikan dengan situasi di setiap daerah.
Salah satu inovasi untuk percepatan penurunan tengkes dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang dengan memanfaatkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Melalui sistem ini, data dan informasi yang jelas bisa tercatat dengan baik. Data itu seperti desa dengan angka tengkes yang tinggi, data statistik anak dengan tengkes, dan penyebab dari anak yang mengalami tengkes.

Seorang ibu melihat grafik tumbuh kembang anak yang ada di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) saat membawa anaknya dalam pelayanan di Posyandu Mawar Merah, Dusun Klangon, Sedayu, Bantul. DIY, Jumat (10/2/2023).
Dengan data yang tepat, penanganan tengkes akan disesuaikan dengan kendala yang dihadapi di setiap desa. Lewat upaya ini pula angka tengkes di Sumedang bisa diturunkan secara signifikan dari 32,2 persen pada 2018 menjadi 8,27 persen pada 2022. Cara ini rencananya akan direplikasi di tingkat nasional.
Inovasi lainnya juga dilakukan Pemerintah Daerah Sleman. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Esti Kurniasih ditemui di Yogyakarta, Sabtu (11/2/2023), menyampaikan, Pemerintah Kabupaten Sleman memiliki program ”Pecah Ranting Hiburane Rakyat” atau pencegahan rawan stunting hilangkan gizi buruk tingkatkan ekonomi rakyat.
”Lewat program ini, kami memberikan paket makanan bergizi untuk ibu hamil dan anak yang mengalami stunting. Makanan bergizi dengan protein hewani diberikan setidaknya untuk 90 hari,” katanya.
Baca juga: Perkuat Kolaborasi Mengentaskan Tengkes
Paket makanan tersebut biasanya terdiri dari ikan, ayam, atau telur. Paket akan diberikan setiap tiga hari sekali pada masyarakat yang menjadi sasaran. Jika dalam masa 90 hari belum terjadi perbaikan, ibu hamil atau anak yang menjadi sasaran bisa diusulkan kembali untuk mendapatkan program di periode berikutnya.

Seorang kader dari Posyandu Mawar Merah, Dusun Klangon, Sedayu, Bantul. DIY, menyiapkan makanan tambahan yang diberikan pada setiap anak yang mendapatkan pelayanan pemantauan tumbuh kembang, Jumat (2/10/2023). Pemberian makanan tambahan tersebut merupakan bagian dari program Gerai Mami Gizela atau Gerakan Remaja Penuhi Makan Minum Gizi Lengkap pada Balita yang diinisiasi oleh puskesmas setempat dalam upaya pencegahan tengkes (stunting).
Namun, Esti mengungkapkan, program ini terkadang menjadi tidak tepat sasaran karena paket makanan bergizi yang seharusnya diberikan untuk ibu hamil dan anak tengkes justru dikonsumsi untuk satu keluarga. Akibatnya, cakupan gizi yang harusnya diberikan pada ibu hamil ataupun anak menjadi tidak terpenuhi.
”Kesadaran masyarakat, terutama anggota keluarga sangat penting untuk memastikan stunting bisa diatasi. Edukasi dan sosialisasi harus dilakukan secara terus-menerus,” katanya.
Mengatasi tengkes bukan perkara mudah. Tengkes muncul akibat masalah kesehatan masyarakat yang terjadi secara persisten. Karena itu, upaya untuk menuntaskan tengkes pun harus dilakukan secara tangkas dengan melibatkan semua pihak, termasuk komunitas masyarakat yang terkecil, yakni keluarga.