Kecerdasan Buatan Urai Kemacetan 20 Persimpangan Jalan di Jakarta
Kecerdasan buatan memungkinkan penyesuaian durasi lampu lalu lintas di 20 ruas jalanan Jakarta dengan kepadatan kendaraan. Lampu lalu lintas diatur secara otomatis memprioritaskan ruas jalan yang dipadati kendaraan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence sudah mulai mengurai kemacetan di 20 persimpangan jalanan Jakarta. Jumlahnya pun akan bertambah di 40 persimpangan lagi sepanjang tahun 2023. Pemanfaatan teknologi ini dinilai sudah sejalan dengan upaya rekayasa lalu lintas lain, seperti penertiban parkir liar di badan jalan, penutupan putaran balik, integrasi angkutan umum, dan pengaturan jam kerja yang tengah dikaji.
Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah memasang teknologi artificial intelligence (AI) di 20 simpang jalan sejak April 2023. Penerapan AI ini melalui kerja sama dalam Project Green Light dengan Google. Cara kerjanya dengan menganalisis durasi lampu lalu lintas dan arus kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut, baik waktu berhenti maupun estimasi waktu tempuh kendaraan dari satu titik lampu lalu lintas ke titik lainnya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, penerapan AI cukup berpengaruh karena fungsi adaptif dijalankan. Durasi lampu lalu lintas akan menyesuaikan dengan kepadatan lalu lintas sehingga akan diberikan prioritas melaju di ruas jalan yang dipadati kendaraan.
”Selama ini, pengaturannya manual atau dari ruang kontrol. Sekarang langsung di tempat. Begitu misalnya utara lebih padat, otomatis sistem akan menghitung dan memberikan durasi melintas lebih panjang sehingga antrean bisa dihindari,” kata Syafrin, Minggu (2/6/2023).
Fungsi lainnya bisa menghitung secara aktual volume lalu lintas sehingga bisa mengetahui rasio sesungguhnya di jalan. Selain itu, bisa memberikan prioritas untuk angkutan umum.
Ruas jalan yang sudah menerapkan AI adalah Jalan Jembatan II Raya sampai Jalan Tubagus Angke, Jalan Kyai Tapa sampai Jalan Daan Mogot (Grogol), Jalan S Parman sampai Jalan Tomang Raya, Jalan S Parman sampai Jalan KS Tubun dan hingga Jalan Gatot Subroto (Slipi), Jalan Gatot Subroto sampai Jalan Rasuna Said (Kuningan), Jalan Gatot Subroto sampai Jalan Supomo (Pancoran), Jalan MT Haryono sampai Jalan Sutoyo (Cawang UKI), Jalan DI Panjaitan sampai Jalan Kalimalang, Jalan Ahmad Yani sampai Jalan Utan Kayu (Rawamangun), dan Jalan Ahmad Yani sampai Jalan Pemuda hingga Jalan Pramuka.
Selanjutnya, di Jalan Ahmad Yani sampai Jalan H Ten Raya, Jalan Perintis Kemerdekaan sampai Jalan Letjen Suprapto, Jalan Senen Raya sampai Jalan Kwitang (Senen), Jalan Gunung Sahari sampai Jalan Wahidin, Jalan Gunung Sahari sampai Jalan Dokter Sutomo, Jalan Gunung Sahari sampai Jalan Angkasa hingga Jalan Samanhudi, Jalan Gunung Sahari sampai Jalan Mangga Besar, Jalan Gunung Sahari sampai Jalan Pangeran Jayakarta, Jalan Gunung Sahari sampai Jalan Mangga Dua, serta Jalan Perniagaan Raya sampai Jalan Pasar Pagi.
”Tahun ini akan ada penambahan 40 persimpangan lagi,” ujar Syafrin.
Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Jakarta Rikobimo Ridjal Badri menyebutkan, upaya mengurai kemacetan perlu dilakukan dengan berbagai strategi. Salah satunya AI untuk mengurai kemacetan akibat penundaan yang disebabkan durasi lampu lalu lintas.
”Lampu lalu lintas jadi dinamis, menyesuaikan kepadatan lalu lintas dari masing masing-masing ruas jalan yang bersimpangan,” ucap Rikobimo.
Menurut dia, penerapan AI pun sejalan dengan upaya rekayasa lalu lintas lain untuk mengurangi hambatan samping. Upaya rekayasa itu di antaranya penertiban parkir liar di badan jalan dan penutupan putaran balik, integrasi angkutan umum, serta pengaturan jam kerja yang tengah dikaji.