Bocah di Pamulang Batal Ulang Tahun Bersama Ayah karena Selokan Maut
Seharusnya, hari ini, Rasam dan Divar merayakan ulang tahun mereka yang sama-sama jatuh pada 22 Mei. Tuti, Sang Istri, juga sudah menyiapkan kue ulang tahun dan sajian sederhana. Namun, semua sirna dalam semalam.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS - Seorang anak berusia empat tahun, Divar, bersama ayahnya, Rasam (37), ditemukan meninggal setelah keduanya terseret arus selokan di dekat tempat tinggalnya di Rukun Tetangga 006 Rukun Warga 007, Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (22/5/2023). Ayah dan anak yang lahir pada tanggal yang sama, yakni pada 22 Mei ini, batal merayakan hari ulang tahun bersama-sama.
Kejadian bermula saat kawasan Pamulang diguyur hujan deras pada Minggu sore sekitar pukul 16.00. Divar dan kakaknya, Hanif (10), kemudian berpamitan kepada ibunya, Tuti, akan bermain hujan di depan rumah. Tuti pun memperbolehkan karena dianggap sudah menjadi hal yang biasa dilakukan Divar bersama teman-temannya saat hujan turun.
Sementara Tuti sibuk mengurus anak ketiganya yang sedang sakit cacar dan ayahnya, Rasam, sibuk membetulkan atap rumah kontrakan mereka karena bocor, Divar sibuk bermain tanpa pengawasan orangtua. Tak berselang lama, Hanif berlari ke rumah berteriak Divar tercebur ke selokan.
Divar terperosok di selokan yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya, cukup jauh dari tempat biasa ia bermain hujan yang hanya di depan rumah. Selokan itu tampak cukup lebar sekitar 1,5 meter dan sedalam 1 meter. Ketika turun hujan, selokan yang berada di dalam gang sempit itu selalu banjir sehingga selokan yang tidak ditutup itu tersamar oleh genangan air.
”Divar memang biasa main hujan-hujanan, kemarin juga pamit ke mamanya bilang mau hujan-hujanan, ya, sudah biasa, tetapi paling di depan rumah saja, tidak pernah sejauh sampai sana,” kata Jawen (50), nenek Givar, saat ditemui di rumah duka, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Senin (22/5/2023).
Mendengar teriakan Hanif itu, Rasam langsung bergegas menuju selokan untuk mencari anaknya. Dia sempat melihat tangan anaknya di permukaan air, tetapi sudah telanjur masuk ke gorong-gorong. Oleh sebab itu, dia langsung berlari ke sisi seberang selokan untuk mencegat anaknya yang terseret arus.
Di sini, Rasam langsung menceburkan diri ke dalam selokan untuk menyelamatkan anak keduanya tersebut. Namun, Divar sudah terseret lebih jauh. Alih-alih selamat, Rasam justru ikut terseret hingga ditemukan meninggal pada Minggu (21/5) pukul 19.50 tersangkut di selokan dalam radius 3 kilometer (Km) dari tempatnya menceburkan diri.
Sementara jasad Divar ditemukan oleh tim SAR pada Senin (22/5) pukul 11.40 tersangkut ranting di Kali Pesanggrahan, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, atau sekitar 4,5 km dari titik awal terperosok di selokan.
Kepala Kantor SAR Jakarta Fazzli mengatakan, pencarian dilakukan tim pertama dengan menyisir 3 km dari lokasi kejadian. Kemudian tim kedua menggunakan perahu karet menyisir aliran Kali Pesanggrahan hingga radius 1,5 km dari ujung selokan dan Kali Pesanggrahan.
Puluhan personel SAR gabungan dikerahkan ke lokasi sejak Minggu pukul 18.30. Tim penyelamat yang terlibat dalam pencarian ayah dan anak ini di antaranya dari BPBD Kota Tangsel, Satpol PP Tangsel, Karang Taruna Ciputat Timur, dan masyarakat.
”Jasad korban kami temukan dalam kondisi mengapung pada pertemuan saluran air dan Kali Pesanggrahan kemudian langsung kami evakuasi menuju rumah duka untuk kami serahkan kepada pihak keluarga,” kata Fazzli.
Setelah kejadian ini, Lurah Pondok Cabe Ilir Munadi akan menutup semua selokan dengan pagar besi. Dia juga meminta orangtua untuk tidak membiarkan anaknya bermain di genangan air saat terjadi banjir karena berbahaya dan bisa menimbulkan penyakit.
”Di wilayah sini pernah juga kejadian sebelah barat wilayah kami. Seperti itu, sekarang sudah kita pagar,” kata Munadi.
Seharusnya, hari ini, Rasam dan Divar merayakan ulang tahun mereka yang sama-sama jatuh pada 22 Mei. Rasam genap berusia 37 tahun dan Divar berusia 4 tahun. Tuti juga sudah menyiapkan, sepotong kue ulang tahun dan sajian makan sederhana untuk disantap hari ini.
Semua rencana itu pupus, Tuti hanya bisa terdiam di sudut kamar kontrakannya sembari menyusui anak ketiganya yang masih sakit. Sementara Hanif, yang tahu persis kejadian, yang merenggut nyawa adik dan ayahnya itu juga duduk di samping Tuti berusaha tegar sambil agar menguatkan ibunya.
”Keponakan saya (Rasam) dan cucu saya (Divar) hari ini ulang tahun, sebelum dia meninggal dia sempat bilang, mama hari ini beli kue ya, mamanya bilang iya karena hari ini mereka ulang tahun, tetapi Allah berkehendak lain di hari ini mereka ulang tahun,” tutur Jawen.
Silih berganti tetangga ramai-ramai mendatangi rumah duka untuk mendoakan kedua korban. Menurut rencana, jasad ayah dan anak itu akan dimakamkan di kampung halaman mereka di Kebumen, Jawa Tengah. Jawen berharap, Hanif meski masih anak-anak tetap bisa menguatkan ibu dan adik perempuannya.