Pembangunan Timpang, Trotoar Ideal Baru Ada di Pusat Kota
Idealnya, trotoar rata, ada ubin pemandu, pencahayaan, kamera pengawas atau petugas, dan terintegrasi transportasi umum. Namun, ini hanya di pusat kota seperti di ruas Sudirman-Thamrin. Di pinggiran, trotoar merana.
Oleh
Stephanus Aranditio
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan trotoar yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki belum tersebar merata di semua jalan raya di DKI Jakarta. Kebanyakan pejalan kaki masih harus melalui rintangan, mulai dari berlubang, terhalang tiang listrik, hingga harus berbagi ruang dengan pedagang dan kendaraan di atas trotoar.
Idealnya, trotoar dibuat di bidang yang rata, dilengkapi ubin pemandu untuk disabilitas, pencahayaan yang cukup, dilengkapi fasilitas keamanan, seperti kamera pengawas atau petugas, dan terintegrasi dengan transportasi umum. Sayangnya, kondisi ideal ini hanya ditemui di beberapa tempat saja, seperti di tengah kota sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta.
Di Jalan Raya Jakarta-Bogor, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (16/5/2023) kemarin, trotoar yang sesuai standar minimal hanya sisi timur yang terintegrasi dengan Stasiun MRT dan Halte TransJakarta. Sementara di sisi barat yang terhubung dengan Terminal Lebak Bulus belum ada trotoar. Banyak pejalan kaki yang harus melewati jalan aspal bersama dengan mobil, motor, dan bus ketika akan melintas menuju terminal.
Trotoar ini banyak lubang, tiang listrik juga di tengah-tengah.
Tak jauh dari sana, di Jalan Lebak Bulus Raya yang mengarah ke Fatmawati, pejalan kaki juga harus berbagi jalan dengan pedagang kaki lima dan kendaraan yang parkir di trotoar. Warga yang melintas harus turun dari trotoar ke jalan aspal. Hal ini membahayakan karena bisa terserempet kendaraan bermotor.
”Trotoar ini banyak lubang, tiang listrik juga di tengah-tengah, saya sering jalan dari kantor sini buat ke masjid, kalau bisa pedagang ini juga digeser ke satu titik pujasera gitu biar tidak usah jualan di sini. Kami bisa jalan enak, yang naik motor mobil juga bisa lancar tidak macet,” kata Edi Sudrajat (45), salah satu warga, Selasa (16/5/2023).
Trotoar di Jalan Kapten Tendean, Mampang Prapatan, juga tidak ideal. Banyak pedagang dan motor yang parkir liar di depan gedung perkantoran yang mengokupasi pedestrian. Hal ini memaksa pejalan kaki untuk turun ke jalan raya saat melintas dan mengakibatkan jalan kendaraan bermotor menjadi tersendat.
Selain itu, kondisi trotoar tidak layak juga masih terlihat di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu ruang publik untuk interaksi pedestrian di Ibu Kota. Tepatnya di Jalan Sunan Kalijaga dan Jalan Palatehan, trotoar di sini masih banyak berlubang atau rusak akibat rambatan akar pohon yang besar.
Dalam Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 02/SE/M/2018 ditegaskan bahwa lebar trotoar bagi pejalan kaki sebaiknya 1,5 meter atau minimal 0,75 meter. Adapun Undang-Undang (UU) Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menyebutkan bahwa trotoar merupakan hak pejalan kaki sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan lain.
Titik ini menjadi salah satu dari lima titik trotoar sepanjang 33,4 kilometer yang direncanakan oleh Dinas Bina Marga DKI Jakarta untuk ditata pada 2023. Pengerjaannya direncanakan mulai April atau Mei 2023 dan ditargetkan rampung November 2023.
Ini tidak layak dilewati, sih, harus diperbaiki, tetapi nanti pohonnya jangan ditebang, ya.
Pembangunan sudah terlihat di Jalan Patahelan, beberapa pekerja dari Perusahaan Air Minum Jayakarta mulai membongkar aliran pipa sebelum dilakukan penataan trotoar. Namun, pejalan kaki masih harus melintas di trotoar yang berlubang, tanpa blok pemandu, dan minim penerangan.
”Ini tidak layak dilewati, sih, harus diperbaiki, tetapi nanti pohonnya jangan ditebang, ya. Ini sudah rindang, enak buat jalan kaki, cukup dibuat rapi seperti yang di simpang CSW itu,” kata Holongan Simanjuntak (30), salah satu karyawan BUMN Peruri yang sedang melintas di trotoar Jalan Sunan Kalijaga.
Selain di kawasan Blok M, lokasi trotoar lain yang akan ditata oleh Bina Marga ada di kawasan Jakarta International Stadium, Jakarta Utara, yaitu di Jalan Sunter Permai Raya dan Jalan Danau Sunter Barat sisi selatan; kawasan Pulomas, Jakarta Timur, yaitu Jalan Velodrome, Jalan Balap Sepeda, Jalan Kayu Putih Raya, dan Jalan Matraman Raya.
Kemudian di Jakarta Pusat, yaitu di Jalan Mas Mansyur segmen utara dan Simpang Karet sampai Simpang Kebon Kacang, serta di Jakarta Barat, yaitu di Jalan Daan Mogot sisi Selatan, Halte Transjakarta Jelambar sampai Jalan Daan Mogot I dan Kawasan Jalan Mangga Dua Raya.
Kepala Bidang Trotoar, Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hananto Krisna Wardono mengatakan, saat ini penataan trotoar di kawasan Blok M sudah dalam proses pengerjaan. Empat titik lain masih dalam proses perencanaan. Pemprov DKI Jakarta mengalokasikan anggaran Rp 171 miliar dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2023 untuk proyek ini.
”Progres pekerjaan di kawasan Blok M masih dalam tahap persiapan dan penggalian saluran di segmen Jalan Palatehan Raya. Untuk trotoar di ruas jalan yang lain masih dalam proses perencanaan,” kata Hananto saat dihubungi, Selasa (16/5/2023).
Dalam skema piramida mobilitas, pejalan kaki itu berada di puncak piramida yang jadi prioritas utama.
Pendiri Forum Diskusi Transportasi Jakarta Adriansyah Yasin Sulaeman mengatakan, pembangunan trotoar jangan hanya terfokus di jalan protokol saja, tetapi juga harus masuk hingga ke jalan permukiman warga agar mengubah pola perilaku masyarakat untuk lebih banyak jalan kaki untuk aktivitas jarak dekat.
Selain itu, lanjut Adriansyah, pembangunan kota yang baik harus menempatkan pedestrian sebagai prioritas, bukan kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, pembangunan trotoar juga harus mempertimbangkan dampaknya mulai dari penataan pedagang, parkir kendaraan, hingga integrasi transportasi umum.
”Dalam skema piramida mobilitas, pejalan kaki itu berada di puncak piramida yang jadi prioritas utama. Memang, jadinya kita harus mengorbankan sebagian badan jalan raya yang sudah ada, diganti dengan trotoar. Jadi, harus dipikirkan penataannya agar tidak ada masalah lain yang timbul,” kata Adriansyah.
Berdasarkan data Dinas Bina Marga, pembangunan atau penataan trotoar yang telah dilaksanakan sampai dengan saat ini lebih kurang sepanjang 370,95 kilometer atau sekitar 14,23 persen dari total jalan raya yang perlu dilakukan pembangunan trotoar.
Hananto menegaskan, Pemprov DKI berkomitmen untuk terus membangun trotoar agar merata ke semua jalan raya di Ibu Kota dan merawat trotoar yang sudah ditata. Masyarakat diharapkan untuk terus melaporkan jika ada sarana dan prasarana jalan yang rusak.
”Revitalisasi trotoar ini bertujuan untuk menyediakan aksebilitas yang aman, nyaman, dan manusiawi bagi pejalan kaki. Terutama aksesibilitas dan konektivitas pada area-area yang mendukung pergerakan dan penggunaan transportasi massal,” ucap Hananto.