Penjemputan di Sembarang Titik Picu Kemacetan di Kawasan Stasiun Palmerah
Kemacetan tetap terjadi di jalan samping Stasiun Palmerah meski fasilitas untuk berpindah transportasi sudah sangat lengkap. Perlu perubahan perilaku dari warga agar tidak saling mengganggu pengguna jalan lain.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masalah kemacetan pada waktu berangkat dan pulang kerja di Jalan Palmerah Timur atau tepatnya di samping Stasiun Palmerah, Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, tidak kunjung teratasi meski kawasan sudah direvitalisasi. Penumpang KRL yang berpindah menggunakan taksi dan ojek daring untuk menuju tempat tujuan selanjutnya tetap memadati bahu jalan. Perlu kesadaran masyarakat agar memaksimalkan tempat penjemputan yang sudah disediakan agar tidak mengganggu lalu lintas.
Setiap pagi dan sore, Jalan Palmerah Timur, baik di sisi timur yang mengarah ke Kebayoran Lama maupun di sisi barat yang mengarah ke Slipi, selalu macet sepanjang kurang lebih 300 meter. Jalan yang hanya dua lajur ini menyempit menjadi satu lajur karena banyak taksi dan ojek daring yang menjemput dan menurunkan penumpang di bahu jalan.
Padahal, di kedua sisi jalan tersebut sudah terdapat tempat khusus penjemputan bagi ojek daring yang disediakan, baik oleh operator maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di sisi timur, tempat penjemputan ojek ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki 3 menit saja dari jembatan pintu keluar stasiun. Sementara tempat penjemputan ojek di sisi barat bisa ditempuh tak lebih dari 1 menit.
Meski sudah direvitalisasi oleh Pemprov DKI, PT Kereta Api Indonesia (KAI), dan PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) sejak 2021. Tempat penjemputan bagi ojek juga sudah dibangun itu belum efektif mengubah pola perilaku masyarakat.
Darma Setiawan (23), seorang penumpang ojek daring, mengaku sudah terbiasa naik ojek dari pinggir jalan di Stasiun Palmerah. Menurut dia, hal itu lebih praktis dan cepat ketimbang harus jalan kaki sedikit ke tempat penjemputan. Selain itu, lanjut Darma, titik penjemputan di pinggir jalan juga masih tersedia di aplikasi sehingga dia merasa tidak ada yang keliru meski mengakibatkan kemacetan.
”Sudah biasa setiap hari kayak begini, lebih praktis. Saya dari Stasiun Sudimara (Tangerang Selatan), keluar stasiun (Palmerah) langsung naik ojek, bisa cepat sampai kantor. Kalau macet, ya, setiap hari juga macet di Jakarta,” kata pria yang bekerja di Tanjung Duren, Jakarta Barat, saat ditemui pada Selasa (9/5/2023).
Pengemudi ojek daring, Ahmad Rustaman (38), mengaku ia dan beberapa rekan ojek daring lain sebenarnya sudah menunggu di tempat penjemputan. Namun, saat mendapatkan pesanan, penumpang banyak yang meminta dijemput di bahu jalan. Mereka sudah meminta penumpang untuk jalan sedikit ke tempat penjemputan, tetapi banyak yang menolak dan pengemudi harus mengalah demi pelayanan yang baik bagi pelanggan.
”Di sini sebenarnya enak, adem, banyak pohon, bisa menunggu pengemudi datang di tenda. Mau bagaimana lagi, penumpang, kan, buru-buru juga mau ngantor. Kami tidak bisa memaksa mereka,” ucap Ahmad.
Lain hal dengan Ihsan Ramadhani (32), penumpang KRL yang berpindah ke ojek daring untuk menuju kantornya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, ini merasa lebih nyaman naik dari tempat penjemputan sisi barat Stasiun Palmerah. Selain lebih cepat mendapatkan pengemudi, tempat menunggunya juga lebih aman dan nyaman.
”Lebih cepat di sini, bisa pakai fitur instan, tidak ganggu orang lain yang bikin macet, tidak perlu desak-desakan di pinggir jalan. Lebih terpusat di sini lebih bagus, jadi pengemudinya juga tidak rebutan penumpang,” ujar Ihsan.
Tempat penjemputan di sisi barat ini baru dibuka oleh operator Gojek sejak 4 Mei 2023 di lahan seluas lebih kurang 100 meter persegi. Di tempat ini tersedia lahan parkir bagi motor pengemudi agar tidak parkir di bahu jalan. Pengemudi juga disediakan kursi dan minuman untuk rehat sembari menunggu pesanan masuk. Operator juga menempatkan dua petugas yang mengatur antrean pesanan sehingga pengemudi tidak perlu rebutan penumpang.
Sementara tempat penjemputan di sisi timur yang dibangun Pemprov DKI juga menyediakan fasilitas yang sama. Namun, di titik ini, semua pengemudi dari semua operator bisa masuk menunggu penumpang.
Dihubungi terpisah, Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat Muhamad Wildan Anwar menjelaskan, petugas yang ditempatkan di lokasi juga kewalahan mengatur para pengemudi daring tersebut. Mereka juga dilema menindak karena penumpang meminta dijemput di bahu jalan. Oleh sebab itu, perlu kesadaran dari penumpang agar menggunakan fasilitas yang sudah disiapkan.
Wildan juga mengimbau operator ojek daring untuk menghapus titik penjemputan di pinggir jalan pada aplikasi mereka. Titik penjemputan lebih baik hanya tersedia di dua tempat penjemputan yang sudah dibangun.
”Saran kami, sebaiknya tidak ada lagi titik penjemputan di pinggir jalan, semua diarahkan ke kantong parkir karena seharusnya tempat itu memang kami sediakan untuk naik turun penumpang di dekat stasiun. Tempatnya juga luas kok itu, bisa muat 100 motor,” kata Wildan.