BMKG Prediksi Suhu Panas di Jakarta Melandai pada Mei
Warga DKI Jakarta tetap beraktivitas seperti biasa meski suhu harian di atas rata-rata. Sebagian di antaranya justru tetap berolahraga di atas pukul 10.30. Tingginya suhu ini diprediksi mulai melandai pada Mei.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
Wisatawan asal Turki mengenakan topi dan pelindung kepala tambahan saat berjalan kaki menikmati suasana jalur pedestrian di Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (24/4/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Cuaca ekstrem yang melanda Indonesia, termasuk DKI Jakarta, tak mengubah pola aktivitas masyarakat. Pemerintah memprediksi bahwa tren suhu panas ini berangsur menurun memasuki Mei 2023.
Beberapa warga tampak berolahraga atau sekadar berjalan-jalan di kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis (27/4/2023) sekitar pukul 10.30. Rata-rata pengunjung mengenakan topi guna mengurangi pancaran sinar matahari langsung.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat mengurangi kegiatan luar ruang. Namun, aktivitas dan frekuensi aktivitas mereka ternyata tak berubah.
Hal ini seperti dikatakan Puji Gunawarni (64) dan Gunawan (66). Mereka justru berolahraga setelah pukul 11.00. Sebab, Puji dan Gunawan berharap mendapat asupan vitamin D saat berjemur pada siang hari.
Puji menambahkan, penggunaan tabir surya sudah rutin dipakai sebelum fenomena suhu panas melanda. Alhasil, ia tetap melanjutkan aktivitasnya berolahraga di luar ruang.
”Di sini banyak pohon juga, jadi mengurangi panas,” ujarnya di GBK, Jakarta, Kamis (27/4/2023).
Gunawan juga merasa tak terganggu meski suhu Jakarta sedang tinggi-tingginya. Sebab, saat berada di dalam ruangan, ia selalu menggunakan pendingin ruang sehingga tak begitu merasa ada perbedaan, baik saat suhu tinggi maupun normal.
Hal senada dikatakan pula oleh Sintia (31) dan Didit (31), wisatawan asal Sampit, Kalimantan Tengah. Bersama kedua anaknya, mereka berjalan santai di kompleks GBK sekitar pukul 12.00.
”Suhu di Kalimantan justru lebih panas kayaknya daripada di Jakarta,” kata Sintia.
Oleh karena itu, keluarganya merasa tak terganggu meski suhu Ibu Kota sedang di atas rata-rata. Walau begitu, Didit mengakui bahwa temperatur memang terasa lebih panas daripada biasanya. Alhasil, mereka menyiapkan lebih banyak persediaan air putih ketimbang biasanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengatakan, potensi terjadinya gelombang panas (heatwave) di Indonesia sangat kecil. Sebab, Indonesia diuntungkan dengan kondisi geografisnya dekat dengan laut. Hal ini dinilai mampu menjadi pendingin untuk menekan suhu panas.
Ia menjelaskan, suhu berkaitan dengan fenomena gerak matahari dalam garis edarnya, termasuk melintas di garis ekuator pada Maret dan September. Alhasil, pada April ini mencapai suhu maksimum secara rata-rata per bulan dalam setahun karena bekas lintasan matahari.
”Jadi, setelah April (suhu) maksimum ini, nanti turun. Nanti matahari lewat September, Oktober (suhu) naik lagi,” ujar Dodo.
Ini artinya, suhu rata-rata akan mulai turun pada Mei walau suasana musim kemarau. Namun, tak mendekati panas saat posisi matahari di atas garis ekuator.
Dodo mengakui bahwa suhu pada April dan Oktober tahun lalu tak sepanas kali ini. Sebab, kondisi musim berpengaruh. Tahun lalu, hujan lebih banyak sehingga sehari-hari cuaca lebih banyak berawan. Sebaliknya, April tahun ini musim kemarau cenderung normal, bahkan cenderung mengarah pada El Nino yang memicu kekeringan.
Suhu panas saat ini bisa dikatakan anomali. Namun, kondisinya tak seekstrem fenomena gelombang panas yang terjadi berhari-hari. Sebab, suhu terpanas hanya terjadi satu hari. Kondisi masih dalam ambang batas yang belum membahayakan.
Dodo mengatakan, pekan lalu Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, tercatat memiliki suhu harian 37,2 derajat celsius selama satu hari. Saat ini, suhu tertinggi ada di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Penghitungan suhu berdasarkan pada ketinggian suatu dataran. Apabila dataran tinggi, suhu rata-rata harian sekitar 20 derajat celsius. Sementara itu, dataran rendah, termasuk Jakarta, suhunya 30-31 derajat celsius.