3.611 Keluarga di Kota Bogor Tinggal di Zona Hitam dan Merah Bencana
Total ada 1.001 keluarga yang tinggal di zona hitam bahaya bencana dan 2.610 di zona merah rawan bencana di Kota Bogor, Jawa Barat. Warga yang tinggal di zona hitam harus segera direlokasi agar tidak ada korban jiwa.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Alat berat berusaha membongkar timbunan tanah dan beton saat pencarian korban yang masih tertimbun longsoran di Kampung Sirnasari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).
BOGOR, KOMPAS — Sebanyak 3.611 keluarga di Kota Bogor, Jawa Barat, tinggal di zona hitam dan merah rawan bahaya bencana. Kejadian bencana Kampung Sirnasari, Empang, Bogor Selatan, harus menjadi peringatan dan pelajaran agar pemerintah segera memindahkan warga yang tinggal di zona berbahaya bencana.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bogor Theofilo Patrocinio Freitas mengatakan, pihaknya sudah mendata nama keluarga dan wilayah yang tinggal di zona hitam (darurat) dan zona merah (berisiko) bencana. Warga dan wilayah yang terdata itu menjadi upaya mitigasi bencana serta rencana untuk dipindahkan ke wilayah yang lebih aman.
”Ini untuk memetakan wilayah dan jumlah warga yang tinggal di zona bahaya dan berisiko bencana longsor dan banjir di Kota Bogor,” kata Theo, Rabu (22/3/2023). Total ada 1.001 keluarga di zona hitam dan 2.610 di zona merah.
Berdasarkan data BPBD Kota Bogor, zona hitam bencana banjir dan longsor di Kecamatan Bogor Bogor Selatan berada di Kelurahan Empang, Bondongan, Muarasari, Lawanggintung, Batutulis, Cipaku, Pamoyanan, Pakuan, Rangga Mekar, dan Genteng. Total dari 10 kelurahan itu ada 106 keluarga tingga di zona hitam. Kelurahan Pamoyanan menjadi wilayah dengan jumlah terbanyak ada 43 keluarga, lalu Batutulis ada 20 keluarga.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bogor Theofilo Patrocinio Freitas
Di Kecamatan Bogor Tengah ada 249 keluarga yang tersebar di empat wilayah, yaitu di Kelurahan Ciwaringin, Kebon Kalapa, Panaragan, dan Pabaton. Kelurahan Kebon Kalapa wilayah terbanyak dengan 131 keluarga, lalu Kelurahan Ciwaringin 58 keluarga.
Kecamatan Bogor Utara ada 483 keluarga, tersebar di Kelurahan Ciluar, Cimahpar, Tegal Gundil, Cibuluh, Kedung Halang, Ciparigi, dan Bantar Jati. Kelurahan Cibuluh wilayah terbanyak dengan 223 keluarga. Lalu, kelurahan Ciluar 108 keluarga, Bantar Jati 80 keluarga, dan Ciparigi 43 keluarga.
Di Kecamatan Bogor Barat ada 81 keluarga yang tersebar di Kelurahan Semplak, Bubulak, Curug, Balumbang Jaya, Curug Mekar, Gunung Batu, Pasir Jaya, Pasir Kuda, Pasir Mulya, dan Sindang Barang. Kelurahan Pasir Jaya dan Balumbang Jaya menjadi wilayah terbanyak dengan masing-masing 16 keluarga dan 18 keluarga.
Di Kecamatan Bogor Timur ada 27 keluarga yang tersebar di Kelurahan Sindangsari dan Sukasari. Terakhir, di Kecamatan Tanah Sareal ada 55 keluarga yang tersebar di Kelurahan Kebon Pedes, Kayumanis, Sukaresmi, Tanah Sareal, Cibadak, Kencana, Kedung Badak, dan Kedung Waringin.
Adapun warga yang tinggal di zona merah di Kota Bogor tersebar di Kecamatan Bogor Selatan sebanyak 626 keluarga, Bogor Tengah 979, Bogor Barat 343 keluarga, Bogor Utara 151 keluarga, Bogor Timur 74 keluarga, dan Tanah Sareal 437 keluarga. Total ada 2610 keluarga tinggal di zona merah berisiko bencana.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Proses evakuasi jenazah Cucum (50) yang ditemukan tertimbun longsoran di Kampung Sirnasari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).
Relokasi
Belum lama, Kota Bogor dilanda bencana longsor. Peristiwa yang terjadi di Kampung Sirnasari, Empang, Bogor Selatan, Selasa (14/3/2023) sekitar pukul 23.30, itu menyebabkan 17 orang tertimbun, 11 di antaranya selamat dan enam lainnya tewas.
Longsor dan tanah ambles yang dipicu hujan deras itu juga berdampak pada 18 keluarga atau 80 jiwa di Kampung Sirnasari. Selain itu, longsor juga mengakibatkan lajur jalur ganda kereta api Bogor-Sukabumi Km 2+6/7 terdampak longsor sepanjang 25 meter.
Lokasi longsor di Kampung Sirnasari merupakan zona hitam atau kawasan bahaya bencana karena berada di lintasan Sungai Cisadane dan di bawah tebing yang tidak memiliki dinding penahan tanah.
Pemerintah Kota Bogor sebelumnya sudah merelokasi sekitar 100 keluarga di kawasan tersebut, yang juga digunakan sebagai jalur ganda atau double track Bogor-Sukabumi pada 2020.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Kereta api Bogor-Sukabumi yang beroperasi dan melintas di ruas rel kereta yang tidak terdampak longsoran di Kampung Sirnasari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).
Sebanyak 18 warga Kampung Sirnasari yang terdampak longsor itu lebih memilih bertahan meski mereka tahu wilayahnya masuk dalam peta zona hitam. Mereka beralasan sudah tinggal di kampung itu belasan hingga puluhan tahu serta memiliki setifikat tanah. Alasan lainnya, ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah nominal rupiahnya kecil dan tidak akan mencukupi kehidupan mereka kelak jika ikut program relokasi.
Namun, setelah peristiwa longsor pada Selasa (14/3/2023) malam, sejumlah warga akhirnya mau direlokasi ke wilayah lebih aman.
Theo melanjutkan, warga yang terdampak bencana longsor saat ini tinggal di hunian sementara Rusunawa Cibuluh dan Menteng. Mereka diminta menunggu hingga lahan relokasi yang dibangun oleh pemerintah siap digunakan.
Adapun rencana relokasi berada di Pamoyanan, Ciawi, dan Ciomas. Ada juga alternatif di wilayah Cipaku yang memiliki luas sekitar 4.000 meter persegi. Beberapa alternatif tanah relokasi itu tidak hanya disiapkan untuk warga terdampak longsor di Kampung Sirnasari, tetapi juga warga lain yang termasuk dalam wilayah zona hitam bahaya bencana.
AGUIDO ADRI
Sejumlah warga mengungsi di sebuah masjid di SMP Negeri 9, Kamis (16/3/2023). Mereka merupakan warga yang terdampak longsor di Kampung Sirnasari, Kelurahan Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023) malam.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto mengatakan, lokasi relokasi masih dalam perencanaan dan persiapan. Ketika tanah sudah siap, BNPB akan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun rumah relokasi bagi setiap keluarga.
Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto mengatakan, peristiwa di Kampung Sirnasari menguatkan kesimpulan bahwa beberapa wilayah di Kota Bogor sangat berbahaya untuk ditempati warga karena bencana alam kapan saja bisa terjadi.
Peristiwa longsor itu juga menjadi pelajaran bagi pemangku kebijakan dan warga tentang pentingnya mitigasi bencana karena Kampung Sirnasari masuk dalam zona hitam. Seharusnya semua warga sudah direlokasi untuk menghindari timbulnya korban.
”Segera petakan zona hitam, merah, kuning, dan hijau. Untuk tanggap darurat, kami anggap sudah berjalan sesuai harapan. Namun, untuk pascabencana, kita belum maksimal,” kata Atang.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Petugas SAR gabungan melanjutkan pencarian korban yang masih tertimbun longsoran di Kampung Sirnasari, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).
Hal yang belum maksimal itu, lanjut Atang, seperti relokasi yang belum berjalan cepat. Hal itu menjadi perhatian DPRD Kota Bogor dan Pemkot Bogor untuk segera memastikan peta zona bencana agar warga segera dipindahkan.
”Saya kira ini peringatan sangat kuat buat kita semua, pengambil kebijakan, yakni DPRD dan pemkot, agar zona hitam yang sudah dipetakan oleh dinas terkait segera ditindaklanjuti. Sebab, buat apa dipetakan jika tidak ditindaklanjuti,” katanya.
DPRD Kota Bogor akan berkoordinasi dengan Pemkot Bogor agar peta bencana atau zonasi rawan bencana bisa segera diumumkan ke khalayak umum sebagai upaya memantik kesadaran bersama perihal potensi dan mitigasi bencana.