Warga Tanah Merah Tolak Pembuatan Zona Aman Depo Plumpang
Jika pembuatan zona aman itu berarti harus ada warga Tanah Merah yang tergusur, maka mereka menolaknya. Mereka menuntut Pertamina bertanggung jawab tanpa mengorbankan nasib warga.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara hunian warga yang hangus akibat kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak (BBM) Depo Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Selasa (7/3/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Warga Tanah Merah, Koja, Jakarta Utara, menolak pembuatan zona aman dari Depo Pertamina Plumpang karena berarti akan menggusur mereka. Mereka menuntut Pertamina fokus pada proses ganti rugi bagi warga yang terdampak. Pertamina masih akan melakukan kajian, terutama soal nasib warga selama menunggu pembangunan depo di lahan Pelindo.
Sebelumnya, pada Senin (6/3/2023), Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Depo Pertamina Plumpang akan dipindahkan ke tanah milik PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo. Pembangunan diperkirakan akan rampung 3,5 tahun lagi.
Erick juga menuturkan, akan dibuat buffer zone atau wilayah aman di sekitar depo berjarak 50 meter dari pagar (Kompas, 7/3/2023). Dengan kata lain, permukiman warga yang berada dalam radius tertentu akan tergusur.
Menanggapi hal itu, warga Tanah Merah meminta agar zona aman diarahkan dari pagar ke dalam, bukan sebaliknya. Bendahara Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB) Muktar menegaskan, pembangunan zona aman itu seharusnya tidak mengorbankan warga.
”Jangan atas nama keamanan, lantas bisa dibenarkan penggusuran,” kata Muktar saat ditemui di RT 012 RW 009 Rawa Badak Selatan, Koja, Selasa (7/3/2023).
REBIYYAH SALASAH
Bendahara Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB) Muktar saat ditemui di RT 012 RW 009 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Selasa (7/3/2023).
Muktar menyampaikan, lebih kurang 500 warga telah berembuk pada rapat Senin malam. Rapat itu menghasilkan beberapa keputusan, antara lain menolak pembuatan buffer zone. Tak hanya itu, warga juga menuntut Pertamina segera bertanggung jawab pada warga yang terdampak, baik mereka yang terluka, meninggal, atau yang rumahnya hancur dan terbakar.
”Kalau depo Pertamina mau dipindah, silakan dipindah. Yang jelas, kami menolak relokasi. Soal keamanan dan keselamatan ke depannya, seharusnya Pertamina memikirkannya tanpa mengorbankan nasib warga,” ujar Muktar.
Warga Tanah Merah, lanjutnya, akan tetap tinggal di situ. Pada Rabu besok, mereka bahkan berencana untuk membersihkan puing-puing kebakaran secara bersama-sama. Selain agar tidak menjadi ”obyek wisata”, hal itu dilakukan agar warga bisa segera kembali bermukim di sana. Sembari menunggu uang ganti rugi dari Pertamina, mereka akan membangun tenda di bekas rumah yang terbakar.
Foto udara hunian warga yang terbakar akibat kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak (BBM) Depo Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023).
Saat ini, kami fokus pada solusi jangka pendek dulu, termasuk menyiapkan hunian sementara. Sejauh ini masih kami data.
Kajian
Terpisah, Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Santoso mengungkapkan, pihaknya saat ini sedang berfokus pada solusi jangka pendek, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar warga yang terdampak. Hal itu dilakukan dengan bantuan-bantuan seperti makanan, pakaian, serta alat kebersihan diri.
Persoalan ganti rugi kepada warga, lanjut Fadjar, akan disampaikan nantinya kepada warga setelah pendataan selesai. Terkait zona aman, Fadjar memastikan pihaknya akan melakukan kajian lebih dahulu. Ia mengklaim kajian itu akan memperhatikan nasib warga yang berada di sekitar depo.
”Saat ini, kami fokus pada solusi jangka pendek dulu, termasuk menyiapkan hunian sementara. Sejauh ini masih kami data,” ucap Fadjar.
Kajian dan komunikasi bersama pemerintah daerah masuk ke dalam solusi jangka menengah. Fadjar juga menekankan, Pertamina akan menjalin komunikasi dengan warga nantinya untuk mencapai kesepakatan bersama.
REBIYYAH SALASAH
Rahma (32) berpose dengan anaknya, Khanza (4), di posko pengungsian yang didirikan warga RT 012 RW 009 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Selasa (7/3/2023).
Takut-takut berani
Rahma (32), salah seorang warga terdampak kebakaran, menyampaikan kelegaannya karena bukan permukiman yang dipindah, melainkan depo. Warga RT 012 RW 009 ini mengaku sudah telanjur nyaman tinggal di Tanah Merah.
Rumah ibu dua anak ini ludes terbakar. Yang tersisa hanya puing-puing. Namun, Rahma siap kembali menempatinya kendati hanya menggunakan tenda.
”Sebenarnya takut-takut berani, sih, kalau tinggal di situ lagi. Makanya, sebenarnya Pertamina harus memastikan kalau mereka sudah aman, enggak akan ada ledakan lagi. Tapi, bukan berarti dengan menggusur kami,” ujar Rahma.