Rumahnya Hancur, 172 Korban Plumpang Masih Bertahan di Pengungsian
Warga yang rumahnya hancur dan terbakar akibat kebakaran Depo Pertamina Plumpang diliputi ketidakpastian akan nasib hunian ke depannya. Hingga hari keempat pascakejadian, mereka masih bertahan di pengungsian.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
REBIYYAH SALASAH
Suasana tenda pengungsian di markas Palang Merah Indonesia Jakarta Utara, Koja, Selasa (7/3/2023). Sejumlah 165 jiwa masih mengungsi di tempat tersebut.
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 172 warga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang masih bertahan di pengungsian lantaran rumahnya hancur, Selasa (7/3/2023). Mereka diliputi ketidakpastian akan nasib hunian ke depannya. Di sisi lain, pihak Pertamina masih mendata warga terdampak dan akan mengupayakan hunian sementara.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI hingga pukul 06.00 WIB, sebanyak 172 jiwa masih bertahan di pengungsian. Sejumlah 165 jiwa mengungsi di markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara. Sisanya berada di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Rawabadak Selatan, Koja.
Kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak milik Pertamina di Plumpang atau lebih dikenal sebagai Depo Pertamina Plumpang menghanguskan sebagian rumah warga RW 001 dan RW 002 Rawabadak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/3). Kobaran api yang bergerak mengikuti arah angin membuat dampaknya terhadap hunian warga bervariasi.
Rumah milik Selvi Rohmana (19), warga RT 006 RW 001, misalnya, ludes terbakar. Sementara rumah kakak sepupunya, Sonia Junaidi (30), hanya retak dan rusak di bagian jendela. Barang-barangnya pun masih utuh.
”Padahal, jarak rumah saya dengan rumah kakak saya tidak lebih dari sepuluh meter. Api cuma membakar jemurannya,” tutur Selvi, yang mengungsi di markas PMI Jakarta Utara, Koja, Selasa.
Selvi Rohmana (kiri) dan Sonia Junaidi, warga RT 006 RW 001 Rawabadak Selatan, Koja, Jakarta Utara, saat ditemui di tenda pengungsian di markas Palang Merah Indonesia Jakarta Utara, Koja, Selasa (7/3/2023).
Dengan kondisi rumah yang tidak bisa lagi dihuni, Selvi pun memilih bertahan di pengungsian. Begitu pula Sonia yang belum bisa kembali ke rumah karena huniannya perlu diperbaiki lebih dulu. Sonia tidak mau bagian rumah yang retak justru mencelakainya dan keluarga.
Warisi (40) pun masih mengungsi di RPTRA Rasela, Rawabadak Selatan, Koja, sejak Sabtu. Ia tidak tahu akan ke mana nantinya jika posko pengungsian tidak lagi didirikan. Selain rumahnya terbakar, harta benda Warisi juga habis dilalap api.
”Yang saya bawa saat menyelamatkan diri hanya baju di badan dan handphone,” tutur warga RT 012 RW 009 ini.
Hal serupa disampaikan Neni (52) yang rumah kontrakannya di RT 012 RW 009 hangus terbakar. Neni tidak tahu akan pergi ke mana apabila tidak diperbolehkan di pengungsian lagi. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung ini belum punya uang untuk kembali mengontrak rumah.
Terpisah, Wakil Ketua II Bidang Distribusi dan Pendayagunaan Baznas (Bazis) DKI Jakarta Saat Suharto mengatakan, pihaknya masih mendata warga yang terdampak kebakaran. Bazis sejauh ini berupaya untuk menyalurkan kebutuhan dasar, seperti makanan, keperluan anak dan warga lansia, serta alat kebersihan diri.
”Kami masih koordinasi di lapangan karena datanya sangat dinamis,” ucap Saat ketika ditanya jangka waktu pendataan.
Senada dengan Saat, Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Santoso juga mengatakan, pihaknya masih dalam tahap pendataan. Selagi pendataan, Pertamina berjanji akan memenuhi kebutuhan dasar warga.
Fadjar mengutarakan, Pertamina juga sedang menyiapkan hunian sementara bagi warga, terutama yang rumahnya terbakar dan warga rentan, seperti warga lansia, anak, perempuan, ibu hamil, dan difabel.
”Tentu kami siapkan, sesegera mungkin mereka bisa beralih ke hunian sementara. Tidak mungkin, kan, di tenda pengungsian terus menerus,” tutur Fadjar.
Total warga yang mengungsi memang berkurang nyaris setengahnya jika dibandingkan hari pertama dibuka posko pengungsian dibuka pada Sabtu lalu. Namun, di PMI Jakarta Utara, jumlah pengungsi justru bertambah dari 71 menjadi 165 jiwa.
Menurut Kepala Markas PMI Jakarta Utara Nurhasanudin, beberapa warga sudah berangsur pulang karena rumahnya kembali bisa dihuni. Rumah mereka tidak hancur atau terbakar. Mereka sebelumnya mengungsi di rumah kerabat. Mereka memilih mengungsi di PMI Jakarta Utara karena tersedia kebutuhan dasar seperti makanan dan layanan kesehatan.
REBIYYAH SALASAH
Kepala Markas Palang Merah Indonesia Jakarta Utara Nurhasanudin saat ditemui di depan tenda pengungsian, Selasa (7/3/2023).
”Kami mengikuti arahan dari wali kota soal pendirian posko, yaitu selama masa tanggap darurat satu minggu hingga Sabtu. Setelah itu, kami akan menunggu arahan lagi,” ujar Nurhasanudin.
Sejauh ini, kebakaran Depo Pertamina Plumpang telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 18 orang. Sebanyak 39 orang dalam penanganan tim medis di sembilan rumah sakit.