Kobaran lidah api mengikuti arah angin membuat dampaknya terhadap hunian warga bervariasi. Rumah Selvi Rohmana (19), warga Rukun Tetangga (RT) 006 RW 001, misalnya, ludes terbakar. Sementara rumah kakaknya tidak.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara hunian warga yang hangus akibat kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak (BBM) Depo Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Selasa (7/3/2023). Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak milik PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Jakarta Utara, akan dipindahkan ke tanah milik PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.
Kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/3/2023) malam, menghanguskan rumah warga di Rukun Warga (RW) 001 dan RW 002, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta hingga Selasa (7/3), masih ada 172 jiwa warga bertahan di pengungsian. Sebanyak 165 jiwa mengungsi di markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara dan sisanya di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Rawa Badak Selatan.
Kobaran lidah api yang bergerak mengikuti arah angin membuat dampaknya terhadap hunian warga bervariasi. Rumah milik Selvi Rohmana (19), warga Rukun Tetangga (RT) 006 RW 001, misalnya, ludes terbakar. Sementara rumah kakak sepupunya, Sonia Junaidi (30), hanya retak dan rusak di bagian jendela. Barang-barangnya pun masih utuh.
”Padahal, jarak rumah saya dengan rumah kakak saya tidak lebih dari sepuluh meter. Api cuma membakar jemurannya,” tutur Selvi, yang mengungsi di markas PMI Jakarta Utara, Koja, Selasa.
Dengan kondisi rumah yang tidak bisa lagi dihuni, Selvi pun memilih bertahan di pengungsian. Begitu pula Sonia yang belum bisa kembali ke rumah karena kondisinya masih perlu perbaikan lebih dulu. Sonia tidak mau bagian rumah yang retak justru mencelakakan dia dan keluarga.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Petugas PMI mengemas peralatan rumah tangga yang akan dibagikan kepada pengungsi korban kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak (BBM) Depo Pertamina Plumpang di Markas PMI, Jakarta Utara, Selasa (7/3/2023). Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI hingga pukul 06.00 WIB, sebanyak 172 jiwa masih bertahan di pengungsian. Sejumlah 165 jiwa mengungsi di markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara.
Warisi (40) pun masih mengungsi di RPTRA Rasela, Rawabadak Selatan, Koja, sejak Sabtu. Ia tidak tahu akan ke mana nantinya jika posko pengungsian tidak lagi ada. Selain rumahnya terbakar, harta benda Warisi habis dilalap api.
”Yang saya bawa saat menyelamatkan diri hanya baju di badan dan handphone,” tutur warga RT 012 RW 009 ini.
Hal serupa disampaikan Neni (52), yang rumah kontrakannya di RT 012 RW 009, hangus terbakar. Neni tidak tahu akan pergi ke mana apabila tidak diperbolehkan di pengungsian lagi. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung ini belum punya uang untuk mengontrak rumah lagi.
Rahma (32), salah satu warga terdampak kebakaran, lega dengan kabar pemerintah meminta Pertamina merelokasi Depo Plumpang ke lahan PT Pelindo (Persero). Warga RT 012 RW 009 ini mengaku sudah telanjur nyaman tinggal di Tanah Merah.
Rumah ibu dua anak ini ludes terbakar hingga yang tersisa hanya puing-puing. ”Sebenarnya takut-takut berani, sih, kalau tinggal di situ lagi. Makanya, sebenarnya Pertamina harus memastikan kalau mereka sudah aman, enggak akan ada ledakan lagi,” ujar Rahma.
Warisi (52), warga RT 012 RW 009, menunjukkan lokasi rumahnya yang terkena kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Selasa (7/3/2023).
Pada Senin (6/3), Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Depo Pertamina Plumpang akan dipindahkan ke tanah milik PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo. Pembangunan diperkirakan akan rampung 3,5 tahun lagi.
Erick juga menuturkan, akan dibuat buffer zone atau zona penyangga di sekitar depo berjarak 50 meter dari pagar (Kompas, 7/3/2023). Dengan kata lain, permukiman warga dalam radius itu akan direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Kebakaran yang terjadi di kawasan obyek vital itu bukan yang pertama. Pada Minggu (18/1/2009) pukul 20.30, tangki premium nomor 24 berisi 5.000 kiloliter bahan bakar minyak terbakar di Depo Pertamina Plumpang (Senin, 6/3/3023). Kebakaran diawali tiga kali ledakan keras dan menimbulkan getaran kuat hingga membuat warga Plumpang, Kelapa Gading Barat, Rawa Badak Selatan, Tugu Selatan, dan Tanah Merah berhamburan ke luar rumah.
Suasana ketakutan serupa juga terekam saat kebakaran melanda Depo Pertamina Plumpang, Jumat malam. Ratusan warga berlarian menyelamatkan diri dari jilatan api, yang membubung tinggi.
Sebanyak 19 orang meninggal dunia dan 40 orang lainnya mengalami luka bakar sehingga harus dirawat intensif di rumah sakit, di antaranya Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pengungsi kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak (BBM) Depo Pertamina Plumpang bertahan di tenda Markas PMI, Jakarta Utara, Selasa (7/3/2023).
Wakil Ketua II Bidang Distribusi dan Pendayagunaan Basnaz (Bazis) DKI Jakarta Saat Suharto mengatakan, pihaknya masih mendata warga yang terdampak kebakaran. Bazis DKI sejauh ini berupaya untuk menyalurkan kebutuhan dasar, seperti makanan, keperluan anak dan warga lanjut usia, serta alat kebersihan diri.
”Kami masih berkoordinasi di lapangan karena datanya sangat dinamis,” ucap Saat ketika ditanya jangka waktu pendataan.
Pertamina pun masih mendata kondisi terakhir pada korban. Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Santoso mengatakan, pihaknya masih dalam tahap pendataan. Selagi pendataan, Pertamina berjanji memenuhi kebutuhan dasar warga.
Fadjar mengutarakan, Pertamina juga sedang menyiapkan hunian sementara bagi warga, terutama mereka yang rumahnya terbakar dan warga rentan, seperti warga lansia, anak, perempuan, ibu hamil, dan difabel.
”Tentu kami siapkan, sesegera mungkin mereka bisa beralih ke hunian sementara. Tidak mungkin mereka di tenda pengungsian terus menerus,” tutur Fadjar.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga melintasi papan barang kebutuhan dan pelayanan yang dibutuhkan pengungsi korban kebakaran Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak (BBM) Depo Pertamina Plumpang di Posko PMI, Jakarta Utara, Senin (6/3/2023).
Persoalan ganti rugi kepada warga, lanjut Fadjar, akan disampaikan kepada warga setelah pendataan selesai. Sementara terkait zona aman, Fadjar memastikan pihaknya akan mengkaji lebih dahulu dengan tetap memerhatikan nasib warga di sekitar depo.
”Saat ini, kami fokus pada solusi jangka pendek dulu, termasuk menyiapkan hunian sementara,” ucap Fadjar.
Kajian dan komunikasi bersama pemerintah daerah masuk ke dalam solusi jangka menengah Pertamina. Fadjar menekankan, Pertamina juga menjalin komunikasi dengan warga nantinya untuk mencapai kesepakatan bersama.
Sementara itu, seiring semakin kondusif keadaan di sekitar Depo Pertamina Plumpang, jumlah warga yang mengungsi berkurang nyaris setengahnya jika dibandingkan hari pertama posko pengungsian dibuka pada Sabtu lalu. Namun, di Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara, jumlah pengungsi justru bertambah dari 71 orang menjadi 165 jiwa.
Menurut Kepala Markas PMI Jakarta Utara Nurhasanudin, beberapa warga sudah berangsur pulang karena rumahnya kembali bisa dihuni. Rumah mereka tidak hancur atau terbakar. Mereka sebelumnya mengungsi di rumah kerabat dan kini memilih mengungsi di PMI Jakarta Utara karena tersedia kebutuhan dasar seperti makanan dan layanan kesehatan.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara hunian warga yang terpisah oleh pagar pembatas Depo Pertamina Plumpang di Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengikuti keputusan pemerintah pusat terkait relokasi Depo Plumpang atau warga Tanah Merah di Jakarta Utara.
”Kami mengikuti arahan dari wali kota soal pendirian posko, yaitu selama masa tanggap darurat satu minggu hingga Sabtu (11/3). Setelah itu, kami akan menunggu arahan lagi,” ujar Nurhasanudin.
Sejauh ini, kebakaran Depo Pertamina Plumpang telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 18 orang. Sebanyak 39 orang dalam penanganan tim medis di sembilan rumah sakit.