Kejamnya Api Plumpang Juga Mendera Satwa
Tragedi kebakaran depo Pertamina Plumpang turut membawa luka dan duka bagi hewan-hewan liar dan peliharaan yang berada di permukiman lokasi terdampak amukan si jago merah.
Tragedi kebakaran depo Pertamina Plumpang meninggalkan banyak luka dan duka yang memilukan bagi banyak pihak. Amukan si jago merah kala itu benar-benar tidak pandang bulu. Bukan hanya nyawa belasan orang serta puluhan bangunan yang dilalapnya, amukan api kejam malam itu juga turut membawa pilu banyak hewan peliharaan dan liar di sana.
Saat kebakaran meluluhlantakkan banyak bangunan di sejumlah RW di Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/3/2023) malam, hewan-hewan kurang beruntung turut merasakan pedihnya amukan api malam itu. Di saat banyak orang lari berhamburan menyelamatkan diri, sejumlah hewan tersebut tak berdaya untuk mencari tempat aman.
Tragedi kebakaran di Plumpang sepertinya tidak punya belas kasih. Kobaran apinya menghanguskan hampir semua yang ada di sekitarnya. Tumpahan bahan bakar yang ikut terbawa ke permukiman saat ledakan menciptakan duka dan luka apa pun itu yang dilewatinya, termasuk hewan-hewan yang ada di sana.
Ketika orang-orang berlarian menyelamatkan diri, tetapi tidak dengan sejumlah hewan malang ini. Kurungan kandang serta daya jelajah yang terbatas membuat mereka larut bersama kepungan lautan api malam itu.
Baca juga : Segalanya Hilang di Tengah Musibah Berulang
Sabtu pagi, hanya berselang beberapa jam setelah tragedi kebakaran, sejumlah relawan penyelamat, kolaborasi antara Animal Defenders dan Radhiyan Pet & Care, mulai bergerak mencari keberadaan satwa-satwa. Kolaborasi antara organisasi nonprofit pencinta satwa dan klinik hewan yang terdiri atas perawat, serta dokter hewan ini berhasil mengevakuasi puluhan hewan korban musibah kebakaran.
Hingga hari keempat pascakejadian, para sukarelawan telah mengevakuasi 21 ekor kucing, 2 ekor unggas, serta sebuah akuarium yang berisi belasan jenis ikan. Dari angka yang mereka evakuasi tersebut, tujuh ekor kucing serta seekor ayam ditemukan dalam keadaan gosong. Adapun kucing-kucing yang selamat banyak yang dalam keadaan kritis akibat luka bakar 25-45 persen.
”Bangkai-bangkai tersebut kemudian kami kuburkan secara layak,” tutur Aabie Ryan (40), sukarelawan dari Animal Defenders.
Aabie mengisahkan, tragedi kebakaran Plumpang itu kemungkinan menelan lebih banyak korban satwa yang tidak teridentifikasi. Saat hari pertama operasi pencarian, mereka banyak melihat bangkai hewan yang hampir tak bersisa.
Pun dari sejumlah cerita warga setempat, kemungkinan jumlah hewan korban kebakaran angkanya sangat besar. Apalagi, di permukiman padat seperti Rawa Badak Selatan, banyak hewan liar tanpa pemilik yang tidak diketahui keberadaannya.
”Sulit untuk memastikan jumlah korban. Masih banyak warga yang masih di pengungsian sehingga kami tidak bisa memastikan setiap rumah punya hewan peliharaan atau tidak,” ucapnya.
Dalam operasi pencarian terbaru, Senin (6/3), tim relawan kembali mengevakuasi seekor kucing dalam keadaan terbakar sekitar 25 persen di bagian kaki dan kepala. Keadaan itu diperparah karena kucing tersebut harus bertahan selama kurang lebih empat hari dengan keadaan luka yang sudah bernanah. Dokter memprediksi kucing tersebut juga mengalami dehidrasi sehingga keadaannya semakin kritis.
”Dalam keadaan seperti ini, kemungkinan proses penyembuhannya bisa sangat lama. Mungkin bisa sampai enam bulan,” tutur dokter hewan dari Radhiyan Pet & Care, Ovilionita Paxy, yang juga ikut serta dalam operasi penyelamatan.
Baca juga : Bara di Tanah Merah
Tidak teridentifikasi
Penuturan sukarelawan, banyak satwa korban kebakaran yang tidak teridentifikasi karena penghuni rumah masih berada di rumah sakit dan pengungsian. Jumlah satwa peliharaan pun tidak bisa diketahui pasti. Dengan demikian, laporan yang ada hanya sebatas pemberitahuan dari warga yang mulai kembali ke rumah masing-masing.
Rafli (32), warga RT 005 RW 001, mengungkapkan, salah satu tetangganya memiliki belasan kucing. Setelah kebakaran, rumah tetangganya yang berjarak kurang dari 5 meter dari pagar pembatas Depo Pertamina tersebut dalam keadaan hampir rata dengan tanah. Sang pemilik berhasil menyelamatkan diri. Namun, belasan kucingnya tidak ada satu pun yang meninggalkan jejak.
Dalam operasi pencarian terbaru, Senin (6/3), tim relawan kembali mengevakuasi seekor kucing dalam keadaan terbakar sekitar 25 persen di bagian kaki dan kepala. Keadaan itu diperparah karena kucing tersebut harus bertahan selama kurang lebih empat hari dengan keadaan luka yang sudah bernanah. Dokter memprediksi kucing tersebut juga mengalami dehidrasi sehingga keadaannya semakin kritis.
Dengan keadaan rumah yang hampir tidak lagi berbentuk, dengan tembok yang sebagian besar telah roboh dan atap yang hampir tak bersisa, Rafli pesimistis dengan keadaan kucing-kucing malang tersebut. Dugaannya, bisa saja kucing-kucing tersebut lenyap bersama api atau tertimpa dinding rumah tersebut.
Selain itu, kendala lain dalam mengevakuasi hewan-hewan ini ialah terbatasnya area gerak para sukarelawan. Area penyisiran terbatas karena sejumlah bangunan rumah sulit diakses. Rumah tersebut banyak dalam kondisi hampir ambruk sehingga bisa membahayakan nyawa mereka.
”Kemarin juga dengar dari tetangga, ada monyet yang hilang saat kebakaran. Karena lokasinya dalam permukiman yang padat, sepertinya relawan sulit untuk masuk ke dalam,” tutur Rafli.
Baca juga: Pemulihan Pascakebakaran Terminal BBM Depo Pertamina Plumpang
Preferensi berbeda
Para sukarelawan memperkirakan, sejumlah hewan tidak bisa menyelamatkan diri sebab satwa ini biasanya punya preferensi yang berbeda. Menurut dokter Ovie, hewan seperti kucing akan cenderung mencari sisi bagian rumah yang sepi untuk berlindung. Kucing menganggap ruang sepi tersebut merupakan tempat yang aman dibandingkan harus berlari mengikuti rombongan orang.
”Kucing itu punya daya sensitivitas tersendiri di keramaian. Dalam situasi kekacauan, dia akan menentukan sendiri zona amannya. Sejumlah kucing yang berhasil kami evakuasi berada di lantai atau di pojokan rumah,” ujarnya.
Saat hari pertama, sukarelawan menemukan seekor kucing di lantai dua sebuah rumah yang tidak terbakar seluruhnya. Kucing tersebut ditemukan dalam keadaan bunting tua. Perkiraan dokter Ovie, kucing tersebut telah memasuki kehamilan bulan kedua.
Seekor kucing yang berhasil dievakuasi di lokasi kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023).
”Ya, sejak awal kami memprediksi dia mengalami keguguran karena asap yang dihirupnya bisa menggugurkan kandungnya,” kenangnya saat menceritakan kisah pilu itu.
Di sisi lain, para sukarelawan masih optimistis masih banyak hewan lain yang selamat. Mereka menduga, bisa saja hewan-hewan tersebut bergerak ke arah permukiman yang tidak terdampak kebakaran. Oleh karena hal itu pula, relawan penyelamat ini juga akan menyisir sejumlah wilayah di luar zona kebakaran.
Trauma healing
Adapun menurut dokter Ovie, kucing-kucing yang selamat juga perlu diperhatikan kesehatan psikisnya. Sama seperti manusia, trauma healing atau pemulihan trauma juga diperlukan bagi kucing dan satwa lainnya. Menurut dokter Ovie, setelah mengalami musibah, seperti kebakaran, psikis kucing akan ikut terganggu. Kucing akan cenderung menjadi lebih pendiam dan bahkan akan takut sama orang sekitarnya.
Asana (68), salah satu warga, selama ini hanya hidup bersama dengan enam ekor kucing jantannya. Saat tragedi pukul delapan malam tersebut, dia dievakuasi warga setempat ke posko pengungsian. Kejadian itu membuat dia tidak bisa membawa satu pun kucingnya.
Baca juga : Perhatikan Kebutuhan Pendidikan Anak Pengungsi Plumpang
”Waktu itu saya tidak bisa apa-apa, mereka sedang main. Tapi, saat saya kembali lagi ke rumah, mereka ternyata menunggu saya,” kenangnya sembari mencoba menggendong seekor kucingnya yang terus merajuk ingin melepaskan diri.
Penuturan Asana, pascatragedi kebakaran, enam ekor kucingnya ini menjadi segan ketika bertemu dengan orang baru. ”Enggak tahu, baru kali ini seperti ini. Biasanya kalau sama orang lain jinak-jinak saja,” ucapnya.
Menurut dokter Ovie, kucing tersebut perlu mendapatkan pemulihan trauma. Apalagi, jika tidak mendapatkan pemulihan yang semestinya, trauma tersebut akan terus terbawa lama pada kucing. Bisa saja kucing akan mengalami stres, depresi, dan epilepsi dalam jangka panjang.
”Hal paling mendasar adalah memberikan kasih sayang kepada kucing setiap hari. Selain itu, penting untuk memberikan obatan-obatan sesuai dengan konsultasi dengan dokter hewan,” katanya.
Di sisi lain, dokter Ovie dan sukarelawan lainnya memastikan, setelah mendapatkan perawatan intensif dan pulih seperti sedia kala, hewan-hewan yang ditemukan akan dikembalikan pada pemiliknya.
”Baik hewan peliharaan maupun liar pasti kami akan kembalikan ke lokasi. Apalagi, mereka telah terbiasa dengan lingkungannya,” ucapnya.