Perhatikan Kebutuhan Pendidikan Anak Pengungsi Plumpang
Sebanyak 97 anak usia sekolah menjadi korban terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Rumah mereka dan segala isinya ludes terbakar, termasuk berbagai barang keperluan sekolah.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
FAKHRI FADLURROHMAN
Sejumlah sukarelawan menghibur anak-anak korban kebakaran di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Minggu (5/3/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Hak anak pengungsi kebakaran Depo Pertaminan Plumpang perlu menjadi perhatian. Sebagian besar dari mereka belum kembali bersekolah, Senin (6/3/2023). Anak usia sekolah terkendala ketiadaan perlengkapan sekolah dan ketidakpastian hunian.
Fitri Anjani (12), misalnya, tidak masuk sekolah lantaran perlengkapan seperti seragam, sepatu, tas, dan buku ludes terbakar. Rumah Fitri di RT 006 RW 001 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, menjadi salah satu bangunan yang terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang pada Jumat (3/3/2023).
”Tadi pagi, guru aku sudah menelepon. Katanya, tidak apa-apa libur dulu. Paling nanti aku belajar sendiri lewat Youtube,” ucap siswa kelas V SDN Rawa Badak Selatan 09, Koja, ini, Senin, di posko pengungsian Palang Merah Indonesia Jakarta Utara.
Tante Fitri, Sonia Junaidi (30), mengatakan, pendataan untuk bantuan keperluan sekolah baru dilakukan pada Senin pagi. Sonia pun menunggu bantuan lebih dulu sebelum mengizinkan Fitri sekolah.
REBIYYAH SALASAH
Fitri Anjani (12), pengungsi kebakaran Depo Pertamina Plumpang, ditemui di posko pengungsian PMI Jakarta Utara, Senin (6/3/2023). Ia merupakan siswa kelas V SDN Rawa Badak Selatan 09, Koja,
Sonia ingin Fitri merasa tenang dahulu agar pembelajaran nantinya berjalan dengan baik. Sebab, dia kasihan jika Fitri sekolah dalam keadaan masih trauma karena peristiwa kebakaran.
”Saya juga menunggu kepastian nanti bisa tinggal di mana, nanti jajannya Fitri dikirim ke mana, dan sebagainya,” kata Sonia yang mengurus Fitri selama orangtuanya merantau.
Hal serupa dialami Fahmi (10), siswa SDN Rawa Badak Selatan 05. Fahmi juga tidak bisa sekolah karena perlengkapannya ikut terbakar bersama rumah. Orangtuanya, kata Fahmi, sudah meminta izin kepada guru agar libur dulu.
Berbeda dengan Fitri dan Fahmi, keperluan sekolah Michaelia Shahada (12) tidak terbakar, tetapi terkena beberapa bagian rumah yang runtuh. Michaelia merupakan murid kelas VI di SD Unwanus Saadah, Koja.
Ibu Michaelia, Yuli Yarsi (45), menuturkan, anaknya sempat khawatir keperluan sekolah, terutama buku, terbakar. Beruntung, ketika suaminya mengecek, rumah mereka tidak ikut dilalap api, hanya beberapa bagian rumah ambruk.
”Kemarin dia bilang, ’Gimana ini, Ma, aku mau ujian praktik’. Dia kepikiran terus soalnya minggu depan sudah mulai ujian praktik,” kata Yuli Yarsi.
REBIYYAH SALASAH
Yuli Yarsi (45) berfoto bersama kedua anaknya, Michaelia Shahada (kanan) dan Nasyat Hazel Josevan, saat ditemui di posko pengungsian PMI Jakarta Utara, Senin (6/3/2023). Michaelia dan Hazel merupakan murid SD Unwanus Saadah, Koja.
Melihat kondisi tersebut, Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak Wilayah DKI Jakarta Cornelia Agatha mengaku prihatin. Hal itu disampaikan Cornelia saat berkunjung ke posko pengungsian PMI Jakarta Utara, Senin siang.
Cornelia menyampaikan, hak anak untuk mengenyam pendidikan perlu diperhatikan kendati situasinya genting. Untuk itu, ia akan berkoordinasi dengan Komnas Perlindungan Anak demi mengupayakan pendidikan anak-anak pengungsi tetap terpenuhi.
Pada Minggu (6/3/2023), Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengutarakan, pihaknya akan meminta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk memberikan dukungan kepada pemerintah daerah.
Menurut Muhadjir, pemerintah daerah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak di pengungsian. Ia pun meminta Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk turun tangan mengurusi hal tersebut.
Dinas Pendidikan DKI akan segera mengambil langkah-langkah. Karena itu urusan daerah, maka pemerintah daerah punya tanggung jawab. Harus segera ditindaklanjuti.
REBIYYAH SALASAH
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendy berbicara kepada media seusai berkunjung ke Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Koja, Jakarta Utara, Minggu (5/3/2023).
”Dinas Pendidikan DKI akan segera mengambil langkah-langkah. Karena itu urusan daerah, maka pemerintah daerah punya tanggung jawab. Harus segera ditindaklanjuti,” kata Muhadjir.
Terpisah, Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Utara Purwanto menjelaskan, pihaknya baru bergerak dengan mendata siswa dari segala jenjang pendidikan pada Senin. Pada pukul 13.30, tercatat ada 1 siswa meninggal, 2 siswa dirawat, dan 97 siswa rumahnya terbakar.
Purwanto menambahkan, ia sudah berkoordinasi dengan sekolah-sekolah agar memberikan kemudahan bari para siswa terdampak kebakaran. Para siswa, misalnya, diizinkan libur dan bersekolah tanpa memakai seragam.
”Setelah pendataan selesai, besok kami akan menyalurkan bantuan keperluan sekolah agar anak-anak bisa segera memulai pembelajaran lagi,” ujarnya.