Segalanya Hilang di Tengah Musibah Berulang
Kebakaran Depo Pertamina di Plumpang, Koja, Jakarta Utara, menimbulkan kepanikan warga. Sedikitnya 17 warga tewas dan 50 warga lainnya luka-luka. Jumlah korban terus divalidasi.
Hiruk-pikuk kepanikan terasa kala mendekati Jl Yos Sudarso hingga Jl Plumpang Semper, Jakarta Utara, Jumat (3/3/2023) malam. Suara sirene ambulans bersumber dari berbagai titik. Suara klakson sepeda motor yang mengawal pun mengikuti sembari terus membuka jalan bagi ambulans-ambulans yang dikemudikan cepat menuju Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak (BBM) milik PT Pertamina (Persero) yang terbakar.
Ratusan warga berjejer di sepanjang Jalan Plumpang Semper. Sebagian besar duduk di atas trotoar setelah berhasil menyelamatkan diri. Sebagian lainnya membantu pemadam kebakaran (damkar), ambulans, serta tim penyelamat lain untuk mengosongkan jalan di tengah kepanikan warga.
Salah satu fasilitas kesehatan, Rumah Sakit (RS) Mulyasari, Jakarta Utara, jadi saksi bisu ketegangan malam itu. Ambulans silih berganti berdatangan membawa para pasien korban ledakan tangki terminal BBM. Mereka datang dengan luka bakar di atas 80 persen. Sebagian besar kulit para korban terkelupas. Mereka hanya berpasrah saat para petugas kesehatan harus merujuknya ke rumah sakit lain dengan fasilitas yang lebih memadai.
Baca juga: Tim Labfor Sisir Lokasi Kebakaran Depo Pertamina Plumpang
”Kondisi pasien tidak kritis, tapi sangat membutuhkan pertolongan,” ujar dokter Aditya Rahman yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Mulyasari.
Hingga pukul 01.10, beberapa warga terus berdatangan mencari anggota keluarganya. Raut mukanya panik, bahkan ada pula yang tak dapat menahan air mata. Mereka kebingungan mencari keluarga yang terpisah.
Tak semua menemukan kerabat yang dicari. Sebab, sebagian korban kebakaran ada yang sudah dirujuk ke RS lain sehingga memaksa mereka mencari lebih jauh ke fasilitas-fasilitas kesehatan lain, salah satunya RS Umum Daerah Koja, Jakarta Utara.
Tak jauh dari RS, sejumlah korban mengungsi di depan kios-kios pertokoan. Ada yang masih terkejut sekaligus menahan kemarahan atas kondisi yang terjadi, lantas kerabat-kerabatnya membantu menenangkan.
Sebelum ledakan terjadi
Salah satu pengungsi, Ilham (20), bercerita, semua yang dimilikinya habis tak bersisa. Sebelum kejadian, bau bensin menyeruak ke seluruh ruangan saat dirinya dan keluarga sedang menonton televisi. ”(Sebelum ledakan) muncul asap, tapi enggak ada api. (Ada) bau,” katanya.
Baca juga: Kebutuhan Pengungsi Plumpang Belum Terpenuhi
Apa yang dipunyainya sekarang? Tak lain pakaian yang melekat di tubuhnya. Malam itu, Ilham mengenakan baju berwarna kuning dengan sarung berpola kotak-kotak. Kakinya beralaskan sandal jepit yang telah tergerus karena sering dipakai.
Sambil menerawang melihat jalan, Ilham menceritakan betapa paniknya ia dan warga lainnya saat berlari berhamburan keluar rumah. Mata juga tak bisa melihat jelas lantaran asap memenuhi kampungnya. Semua berjejalan di gang kecil, bahkan beberapa di antaranya ada yang jatuh. Ada juga yang pingsan karena menghirup udara yang telah bercampur zat kimia.
Dalam kondisi darurat itu, hanya kakaknya yang bisa menyelamatkan dokumen-dokumen penting. Dua di antaranya adalah kartu keluarga dan kartu tanda penduduk (KTP).
Hal serupa juga dialami Asih (45), warga yang rumahnya habis terbakar. Sore itu ia baru saja shalat magrib saat mendengar suara petir begitu keras, tak seperti biasanya. Tak lama setelah itu, ada warga lain yang mengingatkan untuk segera lari menyelamatkan diri karena ada gas terbakar.
”Saya sama cucu diangkat, ‘Mak, ayo, Mak, cepat!’ Saya sudah lemas, sudah mau jatuh. Kalau enggak (dibantu) sudah ditindih-tindih orang. Namanya mengontrak di gang kecil,” cerita Asih dengan mata berkaca-kaca.
Saat ia berlari, api langsung menyembur. Api begitu besar. Ia tak sempat menyelamatkan barang-barang berharganya, selain dokumen-dokumen penting kependudukan serta rapot cucunya.
Asih yang tinggal lebih dari sedekade di kampung itu menyebut, kejadian sejenis telah beberapa kali terjadi. Hanya saja, kali ini menjadi yang terparah lantaran menimbulkan banyak korban jiwa dan luka-luka.
”Udah beberapa kali ini (kejadian). Ini parah banget,” tambahnya.
Selama ini, perempuan paruh baya itu bergantung pada suaminya yang bekerja sebagai pengumpul barang rongsok. Kini, hanya Asih dan suami yang berada di pengungsian bersama warga-warga lainnya. Sementara cucunya (12) dibawa keluarga lain ke tempat yang lebih aman.
Asih dan suami berencana tinggal di rumah anaknya sementara waktu. Hanya pakaian yang melekat serta surat-surat berharga yang tersisa. Di tengah kenestapaan, ia bersama pengungsi lain masih berjuang melawan dinginnya malam itu.
”Tinggal ini saja (yang tersisa). Saya juga kedinginan, belum ada selimut,” ujar Asih sembari menunjukkan pakaian dua rangkap yang dikenakannya, pemberian dari orang lain.
Baca juga: Tekanan Berlebih Diduga Picu Kebakaran Plumpang
Lewat tengah malam, Asih bersama sejumlah warga lain duduk di atas tikar di depan sejumlah kios. Ada pula seorang nenek renta yang duduk dan berselimut. Ia mendapat perhatian ekstra dari kerabatnya. Mereka hanya bisa menunggu bantuan sembari duduk termangu.
Sementara itu, Saerah (48) dan Salma (47), pengungsi yang bernaung di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Jakarta Utara, bercerita, terdengar bunyi gas mendesis cukup panjang sebelum ledakan. Tak lama setelahnya, mereka sudah bergabung dengan kepanikan bersama yang lain.
Salma masih terpisah dengan suami dan anaknya. Ia sedikit lega setelah orang-orang tercintanya dalam kondisi aman.
”(Kejadian) parah di sana, dekat ‘tembok bolong’. (Kawasan) Pertamina dengan rumah penduduk, kan, enggak ada batasnya, jadi kemungkinan di sana yang banyak kena,” ujar kakak-beradik ini.
Meski tempat tinggal Saerah dan Salma tak terbakar, mereka memilih mengungsi lantaran bau menyengat bahan bakar masih tercium. Mereka menghindari risiko terjadinya kejadian lain setelah ledakan, belum lagi listrik masih padam.
Ikut turun tangan
Banyak orang membutuhkan pertolongan di saat bersamaan. Namun, terbatasnya tim penyelamat memaksa mereka memprioritaskan mengevakuasi korban luka dan meninggal.
Dalam kondisi darurat itu masih ada secercah harap dari orang-orang untuk ikut mengulurkan tangannya menampung warga yang sudah kehilangan rumah. Salah satunya Sugeng Prasetyo (37), ketua komunitas sepeda motor N-Max Jakarta Utara yang mengajak anggota-anggotanya untuk terjun membantu warga.
Mereka menyediakan tempat bernaung bagi warga di kantor sekretariatnya. Beberapa tikar tergelar di depan teras kios-kios yang tutup, di samping kantor sekretariat. Masih di halaman yang sama, komunitas N-Max Jakarta Utara juga menyediakan angkringan bagi pengungsi agar mereka bebas makan dan minum.
”Mereka, kan, kocar-kacir, terpisah dari keluarga. Jadi saya inisiatif saja dengan membuka posko untuk bencana, jadi korban kebakaran yang berkenan ke sini, silakan, kami siap melayani,” ujar Sugeng.
Lewat dini hari, anak-anak balita masih berlari dan bercanda tawa. Keceriaan mereka bak pelipur lara di tengah dinginnya malam yang menusuk tulang.
”Anak kecil, mah, enggak tau apa-apa, ya,” celetuk salah satu pengungsi.
Baca juga: Presiden Jokowi: Utamakan Penanganan Korban Kebakaran Plumpang
Mereka melihat anak-anak sambil tersenyum, mendorong untuk ikut menyunggingkan bibirnya pula. Dengan berselimut langit, bocah-bocah itu masih berlarian ke sana kemari. Tak tahu bahwa rumahnya sudah jadi arang dan puing-puing. Malam itu mereka bersenda gurau ditemani sirene ambulans dari berbagai penjuru.
Sementara itu, para pengungsi masih terus berdatangan ke PMI Jakarta Utara. Hingga Sabtu (4/3) pukul 03.30 setidaknya 268 jiwa bernaung di sana. Mereka beristirahat di tenda-tenda pengungsian sembari menunggu selimut dibagikan.
Ada ibu yang menyusui anaknya. Korban-korban lain tidur sambil menelungkup menahan dingin. Malam itu cerah sehingga proses evakuasi bisa berjalan lancar.
Ketua PMI Jakarta Utara Rizal berharap hujan tak turun dalam waktu dekat ini. Mengingat, pengungsi pasti akan kerepotan saat berada di tenda-tenda pengungsian.
Saat ini, PMI membutuhkan popok bayi, makanan untuk anak balita, serta obat-obatan. Selain itu, juga matras dan selimut yang menjadi kebutuhan pokok dan perlu segera dipenuhi. Rizal terbuka terhadap bantuan dari para donatur sehingga segala macam pemberian akan diterima dengan senang hati.
Masyarakat dapat menyalurkan bantuan secara langsung ke PMI Jakarta Utara. Berbagai jenis barang bantuan akan diterima sebab akan bermanfaat bagi para korban kebakaran.