Kebutuhan para pengungsi pada hari pertama pengungsian belum seluruhnya terpenuhi. Kondisi ini diharapkan dapat berubah secepatnya dan kebutuhan bayi dan anak terakomodasi.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan bayi dan anak di lokasi pengungsian bagi warga yang terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, belum seluruhnya terpenuhi. Barang seperti susu, makanan, dan popok untuk bayi masih kekurangan. Karena itu, pemberian bantuan sosial diharapkan juga mengakomodasi kebutuhan anak para pengungsi.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, pihaknya akan memastikan kebutuhan bayi dan anak bawah lima tahun (balita) terpenuhi seluruhnya. Ini diungkapkannya seusai berkunjung ke Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Koja, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023).
”Saya sudah minta pihak Pertamina untuk bantuan khusus bagi anak balita. Kalau orang dewasa, cukup mudah untuk dipenuhi dan mereka juga bisa memasak,” ujar Heru.
Heru menambahkan, seluruh kebutuhan akan dipenuhi secepatnya. Pihaknya juga telah berkoordinasi dan rapat terbatas bersama jajarannya di Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Selatan.
Adapun 1.085 orang mengungsi ke delapan lokasi. Mereka tersebar di markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara sebanyak 132 orang, di Masjid As Sholihin 63 orang, di Kantor Kelurahan Rawa Badak Selatan 79 orang, di Gedung Partai Golongan Karya Walang 258 orang. Selain itu, di Kantor Suku Dinas Tenaga Kerja dan Energi Jakarta Utara ada 74 orang, di Masjid Al Muhajirin 60 orang, di Masjid Al Kuroma 63 orang, dan di RPTRA Rasela 356 orang.
Secara spesifik, 36 balita dan 80 anak mengungsi di RPTRA Rasela, sedangkan di markas PMI terdapat 14 balita dan 45 anak. Sebagian besar dari mereka mengaku kekurangan kebutuhan untuk anak, mulai dari susu, alat mandi, makanan, dan popok.
Karena hari pertama pengungsian, jadi belum bisa dipenuhi semuanya.
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, sempat mendatangi markas PMI untuk melihat kondisi para pengungsi. Dia pun berkeliling dan mendengar keluhan para pengungsi.
”Banyak yang butuh pakaian sekolah, makanan, dan kebutuhan anak-anak. Apa pun kebutuhannya akan diusahakan untuk dipenuhi,” katanya setelah melihat kondisi pengungsi.
Jumlah pengungsi, lanjut Jusuf, lambat laun akan berkurang. Kondisi ini dipengaruhi oleh pengungsi yang lebih memilih mengungsi ke tempat saudaranya atau hal lainnya.
Koordinator Lapangan PMI Jakarta Utara Dimas Aditya Syam mengakui kondisi tersebut. Kekurangan kebutuhan dinilai akibat mayoritas bantuan berupa pakaian dan makanan. Karena itu, masih banyak kebutuhan yang belum terpenuhi.
Kebakaran yang melanda terminal bahan bakar minyak (BBM) milik PT Pertamina pada Jumat (3/3/2023) membuat pengungsi kehilangan tempat tinggalnya. Banyak dari mereka yang hanya dapat menyelamatkan diri dan pakaian yang sedang dikenakannya. Barang lainnya hangus terbakar.
Sejumlah pengungsi dapat memahami mengapa kebutuhan belum terpenuhi. ”Karena hari pertama pengungsian, jadi belum bisa dipenuhi semuanya,” ujar Retno Setyawati (38), salah seorang pengungsi di markas PMI.
Retno mengungsi bersama tiga anaknya. Kebutuhan yang dipenuhi mayoritas makanan dan pakaian. Hal seperti susu dan popok untuk anaknya yang masih berumur dua tahun lima bulan belum ada. Karena itu, dia pun membeli sendiri susu formula dari warung terdekat.
”Kondisi dalam tenda pengungsian itu dingin waktu malam dan panas saat siang,” ucapnya saat ditanya soal kenyamanan tinggal di pengungsian. Sesekali anaknya menangis karena kondisi ruangan yang cukup panas.
Walakin, para pengungsi tidak ada pilihan selain menetap di tenda pengungsian. Pengungsi hanya berharap rumah tempat tinggal mereka dapat dibangun kembali.