Polisi menyelidiki penyebab kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. Dugaan sementara, ada gangguan teknis saat pengisian tangki BBM yang memicu tekanan berlebih.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN, HIDAYAT SALAM, STEPHANUS ARANDITO, RAYNARD KRISTIAN BONANIO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi telah memiliki dugaan sementara penyebab kebakaran di Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak atau BBM milik PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Dari data dan keterangan sementara yang dihimpun polisi, kebakaran terjadi saat pengisian atau penerimaan minyak jenis pertamax dari Balongan, Indramayu, Jawa Barat, di Depo Plumpang, yang memicu tekanan berlebih pada tangki.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, saat meninjau titik kebakaran di Plumpang, Jakut, Sabtu (4/3/2023), mengatakan, dalam pengisian tangki itu terjadi gangguan teknis yang mengakibatkan tekanan berlebih dan setelah itu terjadi kebakaran.
Polisi masih menyelidiki sumber api dalam kebakaran, Jumat (3/3) malam. Polisi mengumpulkan bukti-bukti di lapangan dan rekaman kamera pengawas. ”Saat ini kami mengumpulkan saksi, CCTV, dan hal-hal yang diperlukan sifatnya teknis. Nanti bisa kami jelaskan secara scientific crime investigation tentang peristiwa yang sebenarnya. Khususnya terkait sumber api yang mengakibatkan terjadinya kebakaran,” kata Listyo.
Dalam kunjungan ke lokasi kebakaran, Listyo meninjau titik sumber api di dalam Depo Pertamina Plumpang dan permukiman warga terdampak.
Pada Sabtu pagi, tim dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri menyisir lokasi dengan menggunakan kamera drone untuk merekam luasan lokasi terdampak dan titik api pertama. Mereka juga memotret tembok, sejumlah rumah, dan perabotan warga yang gosong terbakar.
Depo Pertamina Plumpang itu terbakar pada Jumat sekitar pukul 20.20. Kebakaran merembet ke permukiman padat penduduk di sekitarnya dengan radius sekitar 1 kilometer (Kompas, 4/3/2023).
Api berhasil dipadamkan pada Sabtu dini hari pukul 02.19. Pantauan pada Sabtu, permukiman padat sepanjang 500 meter di balik tembok terminal BBM itu luluh lantak. Tembok dan kaca rumah hancur berkeping-keping, puluhan mobil dan motor hanya tersisa kerangka. Bau hangus masih menyengat, kabel listrik meleleh, dan asap masih membubung dari perabotan yang terbakar.
Garis polisi masih dipasang di kedua ujung jalan. Warga dilarang mendekat ke lokasi atau rumah mereka. Ada lima RW yang terdampak, yakni RW 001, 008, 009, 010, dan 011.
Posko tanggap darurat, dapur umum, dan toilet sementara didirikan di kantor Komando Rayon Militer Koja, dekat lokasi kejadian. Polisi membuka posko aduan warga untuk mencari anggota keluarganya jika belum ditemukan.
Terus divalidasi
Akibat peristiwa itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI mencatat ada 17 korban jiwa dan 50 korban luka-luka. Seluruh jenazah dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, untuk diidentifikasi. Data itu pun terus divalidasi.
RS Polri sejauh ini berhasil mengidentifikasi dua jenazah dari 15 kantong jenazah. Mereka terdiri dari 9 laki-laki, 5 perempuan, dan 1 potongan tubuh. Dua jenazah yang teridentifikasi atas nama Fahrul Hidayatullah (28) dan Moh Bukhori (40).
Selain itu, juga ada 1.085 orang yang mengungsi ke delapan titik pengungsian. Mereka tersebar di markas PMI Jakarta Utara (132 jiwa), Masjid As Sholihin (63 jiwa), Kantor Kelurahan Rawa Badak Selatan (79 jiwa), Gedung Golkar Walang (258 jiwa), Kantor Suku Dinas Tenaga Kerja dan Energi Jakarta Utara (74 jiwa), Masjid Al Muhajirin (60 jiwa), Masjid Al Kuroma (63 jiwa), dan RPTRA Rasela (356 jiwa).
Terkait penyebab kebakaran, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengungkapkan, Pertamina telah membentuk tim gabungan, fungsi terkait, dan aparat penegak hukum untuk melakukan investigasi.
Tangani korban
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan belasungkawa dan dukacita bagi korban tewas. Ia meminta maaf atas peristiwa itu. Pertamina berjanji membiayai pengobatan pasien hingga sembuh. Pertamina juga akan menyantuni warga yang anggota keluarganya tewas.
Sebanyak 35 orang sedang dirawat, yaitu 25 orang di RS Pusat Pertamina (RSPP) dan 2 orang dirawat di Rumah Sakit Pertamina Jaya Cempaka Putih. Lalu, 3 orang di RSUD Koja, 1 orang di RS Cipto Mangungkusumo, dan 2 orang di RS Pelabuhan Jakarta.
Seluruh pasien yang dirujuk ke RSPP mengalami luka bakar dengan derajat 70-95 persen. Direktur Utama RSPP Theryoto mengatakan, dari 25 pasien, 13 pasien tidak membutuhkan perawatan di Unit Perawatan Intensif (ICU). Sisanya dirawat di ICU karena membutuhkan ventilator.
Sementara itu, ratusan pengungsi mengeluhkan susu, makanan, dan popok untuk bayi yang masih kurang. Seusai mengunjungi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, yang menjadi salah satu titik pengungsian, Sabtu, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono memastikan kebutuhan bayi dan anak itu akan terpenuhi seluruhnya. Ia meminta Pertamina agar memberikan bantuan khusus bagi anak dan balita.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir juga mengunjungi lokasi kebakaran pada Sabtu. Wapres menyoroti perlunya penataan ulang permukiman warga dan obyek vital nasional. Jarak permukiman dan Depo Pertamina dinilai terlalu dekat sehingga permukiman terdampak saat terjadi insiden.
Warga bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus segera berkoordinasi dengan Kementerian BUMN untuk menyelesaikan masalah ini. Wapres mengusulkan agar Depo Pertamina dipindahkan ke dekat pelabuhan di kawasan Pelindo.
”Yang menjadi masalah adalah mengenai penataan di daerah ini. Saya berharap supaya depo ini agar lebih aman bisa direlokasi di pelabuhan di daerah Pelindo. Kemudian daerah ini akan ditata ulang supaya lebih teratur lebih baik aman dan memenuhi persyaratan,” kata Ma'ruf.
Erick Thohir juga akan mengevaluasi lokasi obyek vital nasional milik BUMN yang berada di dekat pemukiman warga. Menurut dia, kasus seperti ini mungkin saja terjadi di beberapa lokasi BUMN lain.