Potensi Bencana Tinggi, Warga di Kabupaten Bogor Diimbau Waspada
Kabupaten Bogor menjadi daerah di Jawa Barat yang memiliki frekuensi bencana tertinggi, yaitu mencapai 215 kejadian.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengimbau warga di kawasan rawan bencana agar hati-hati menghadapi cuaca ekstrem hingga awal 2023. Kabupaten Bogor tercatat memiliki frekuensi kejadian bencana tertinggi di Jabar.
Kepala BPBD Kabupaten Bogor Yani Hasan mengatakan, hingga awal tahun 2023, diprediksi cuaca ekstrem akan menyelimuti Kabupaten Bogor. Cuaca ekstrem itu berpotensi menimbulkan bencana seperti longsor, banjir, tanah bergerak, dan potensi kerusakan rumah akibat tertimpa pohon atau terpaan angin kencang.
”Sejumlah peristiwa bencana minggu kemarin sudah terjadi meski dalam skala kecil. Namun, ini menjadi peringatan bersama di daerah Kabupaten Bogor yang berpotensi terjadi bencana,” kata Hasan, Selasa (27/12/2022).
Hasan menjelaskan, pada Kamis (22/12/2022), curah hujan tinggi dalam durasi lama membuat volume air dalam tanah meningkat sehingga menyebabkan pergerakan tanah di Kampung Cikeruh, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur.
Pergerakan tanah itu mengakibatkan empat kerusakan rumah dan fasilitas umum, seperti mushala, rusak. Selain itu, tercatat ada empat keluarga atau 14 jiwa terdampak. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
”Tanah bergerak di Kampung Cikeruh sebelumnya juga pernah terjadi pada 2019. Ini merupakan kejadian kedua. Warga di sana diimbau untuk hati-hati jika terjadi hujan deras intensitas tinggi,” kata Hasan.
Hujan deras berintensitas tinggi pada Jumat (23/12/2022) juga menyebabkan fondasi satu rumah yang berisi empat jiwa ambruk sebelah di Kampung Cinangka, Desa Tugujaya, Kecamatan Cigombong. Ambruk bagian rumah warga itu karena kondisi tanah turun sehingga membuat fondasi rumah ikut terdampak.
Selanjutnya pada Senin (26/12/2022) malam, hujan deras juga menyebabkan tembok penahan tanah (TPT) Sekolah Dasar Negeri Cipelang 02 di Kampung Nagrak, Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk, ambruk. Longsoran tanah yang menyebabkan TPT sekolah ambruk itu mencapai panjang 10 meter dan tinggi 5 meter.
Ini harus jadi perhatian Pemerintah Kabupaten Bogor untuk melihat lagi kondisi lingkungan kesiapsiagaan masyarakat, tata kota, tata ruang, dan kesiapan alat serta personil dalam menghadapi kedaruratannya.
Berdasarkan kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pada September, skala bencana tanah bergerak di Kabupaten Bogor bervariasi, mulai dari menengah hingga tinggi di 40 kecamatan di Kabupaten Bogor.
Dari 40 kecamatan, ada empat kecamatan berpotensi menengah dan 26 kecamatan berpotensi terjadi pergerakan tanah menengah hingga tinggi. Adapun 26 titik itu berada di Babakan Madang, Bojonggede, Cariu, Ciawi, Cibinong, Cigudeg, Cileungsi, Cisarua, Ciseeng, Citeureup, Gunung Putri, Gunung Sindur, Jasinga, Jonggol, Klapanunggal, Leuwisadeng, Megamendung, Nanggung, Parung, Sukajaya, Parung Panjang, Sukamakmur, Sukaraja, Tajurhalang, Tanjungsari, dan Tenjo.
Selain potensi pergerakan tanah, tercatat ada 14 titik lokasi yang berpotensi mengalami bencana banjir bandang atau aliran bahan rombakan disertai pergerakan tanah jika terjadi hujan intensitas tinggi cukup lama.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kabupaten Bogor mencatat frekuensi bencana tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan resminya mengatakan, ada lima kabupaten/kota yang menjadi penyumbang tertinggi kejadian bencana tersebar di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bogor sebanyak 215 bencana, Kabupaten Sukabumi 85 bencana, Kabupaten Cilacap 76 bencana, Kabupaten Bandung 51 bencana, serta Kabupaten Majalengka 50 kejadian. Jawa Barat menjadi provinsi paling tinggi kejadian bencana pada 2022 mencapai sebanyak 814 bencana.
”Ini harus jadi perhatian Pemerintah Kabupaten Bogor untuk melihat lagi kondisi lingkungan kesiapsiagaan masyarakat, tata kota, tata ruang, dan kesiapan alat serta personil dalam menghadapi kedaruratannya,” ujar Abdul.