Penyintas Gempa Cianjur Berharap Tempat Relokasi Tak Jauh dari Rumah
Penyintas gempa Cianjur berharap tempat relokasi untuk mereka memiliki akses mudah dan tidak jauh dari tempat tinggal sebelumnya. Tempat relokasi itu juga diharapkan memiliki fasilitas sanitasi dan air bersih.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Penyintas gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berharap tempat relokasi untuk mereka memiliki akses mudah dan tidak jauh dari tempat tinggal sebelumnya. Tempat relokasi tersebut juga diharapkan memiliki fasilitas sanitasi dan air bersih yang memadai.
Andi (45), warga RT 003 RW 002 Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Cianjur, mengaku sebenarnya masih belum siap jika harus pindah ke tempat relokasi. Sebab, saat pindah ke tempat relokasi, dia harus memulai hidup baru untuk menjadi petani sayur.
Namun, jika tidak ada pilihan lain, Andi berharap tempat relokasi tersebut tidak jauh dari tempat tinggalnya sebelumnya. ”Saya memiliki kebun di belakang rumah. Kalau relokasinya jauh, nanti bakal jauh dong kalau saya mau berkebun?” katanya, Selasa (29/11/2022).
Budiyanto (37), penyintas gempa yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek, punya harapan lain. Warga RT 002 RW 002 Desa Cijedil itu enggan jika tempat relokasi berlokasi jauh dari jalan raya. Sebab, hal itu akan menyulitkan dirinya untuk mencari nafkah. Padahal, dia ingin kembali mencari nafkah secepatnya karena istrinya sedang hamil tujuh bulan.
Penyintas gempa lainnya, Aulia (35), menuturkan, beberapa wilayah yang diusulkan sebagai tempat relokasi berjarak relatif jauh dari rumahnya. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah dapat merenovasi rumah warga yang hancur.
”Lebih baik rumah yang rusak ini direnovasi saja daripada harus pindah di tempat yang baru. Di tempat yang baru juga tidak menjamin bakal aman seterusnya,” kata Aulia.
Aulia menambahkan, saat ini, dirinya memiliki dua anak yang masih bersekolah. Oleh karena itu, dia mengaku kebingungan jika tidak ada sekolah di dekat tempat relokasi tersebut. Apalagi, Aulia mengaku tidak memiliki sepeda motor untuk mengantar anak ke sekolah.
”Harapannya ada sekolah yang dekat dengan tempat relokasi. Kalau nanti sekolah anak saya jauh, saya bingung cara mengantarnya bagaimana. Motor saya, kan, rusak,” ujar Aulia.
Selain itu, sanitasi dan air bersih juga sangat diperlukan di tempat relokasi. ”Saya khawatir nanti susah air bersih di tempat baru, apalagi saya punya anak yang masih kecil,” kata salah seorang penyintas gempa, Hasanah (28).
Penyintas lainnya, Nurfadilah (36), mengaku tidak keberatan jika tempat relokasi yang ditetapkan pemerintah ternyata jauh dari rumahnya. Ia hanya berharap keluarganya bisa ditempatkan di satu wilayah dengan para tetangganya dulu.
Saya memiliki kebun di belakang rumah. Kalau relokasinya jauh, nanti bakal jauh dong kalau saya mau berkebun?
Pendataan rumah
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Minggu (27/11) pukul 17.00 melaporkan, gempa Cianjur yang dirasakan di 16 kecamatan dan 151 desa telah merusak 62.628 rumah.
Dari jumlah tersebut, 887 rumah teridentifikasi rusak berat (26,29 persen), rusak sedang (25,9 persen), rusak ringan (23,24 persen), dan hancur atau hilang (24,39 persen).
Sebelumnya, Bupati Cianjur Herman Suherman telah mengusulkan tiga daerah sebagai tempat relokasi warga korban gempa Cianjur. Warga yang rumahnya rusak ditargetkan bisa mendapat tempat tinggal baru pada akhir Desember. Tiga daerah yang ditawarkan sebagai tempat relokasi adalah Kecamatan Cilaku, Kecamatan Mande, dan Kecamatan Pacet.
Sejauh ini, warga yang pasti direlokasi adalah warga di kawasan longsor di Desa Cijedil, Desa Mangunkerta, dan Desa Sarampad di Kecamatan Cugenang. Kategori warga yang direlokasi adalah yang rumahnya rawan bencana saja.
Koordinator Bidang Seismologi Teknik Badan Meteorolgi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dadang Permana, mengatakan, lokasi yang menjadi kandidat untuk tempat relokasi belum semuanya memiliki akses jalan yang baik.
Di Kampung Ciguntur, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, misalnya, warga harus melewati jalanan berbatu serta menanjak jika ingin ke sana. ”Tidak hanya rumah saja yang perlu dibangun, tetapi akses jalan menuju lokasi juga perlu diperbaiki,” ujar Dadang.
Sementara itu, calon tempat relokasi di Desa Mulyasari, Kecamatan Mande, memiliki akses jalan yang lebih bagus. Namun, tersedianya saluran air harus dipikirkan oleh pemerintah jika ingin menggunakan lokasi tersebut.
Meski begitu, Dadang berharap warga senantiasa mengikuti kebijakan pemerintah agar tidak terdampak bencana lagi di kemudian hari. Dia menambahkan, lokasi yang diusulkan oleh Bupati Cianjur telah disurvei dan sedang menunggu hasil apakah layak atau tidak.
Warga juga dapat berunding jika ingin ditempatkan di satu lokasi dengan tetangganya dulu. ”Nanti, kalau ternyata tempatnya kurang sesuai, bisa dirundingkan lagi, rapat lagi,” kata Dadang.