Pemerintah Butuh 5 Hari Cek Kelayakan Kondisi Rumah Terdampak
Warga diminta menunggu pemeriksaan kondisi rumah dan memantau potensi gempa susulan sebelum memutuskan kembali ke rumah walau hanya rusak ringan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menargetkan waktu lima hari untuk memeriksa kondisi dan kelayakan puluhan ribu rumah rusak akibat gempa bumi berkekuatan magnituro 5,6 yang terjadi pada Senin (21/11/2022) pukul 13.21. Warga diminta menunggu pemeriksaan kondisi rumah dan memantau potensi gempa susulan sebelum memutuskan kembali ke rumah walau hanya rusak ringan.
Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, saat ini pihaknya mulai menyurvei rumah-rumah warga yang rusak berat, sedang, ataupun ringan pascagempa. Pihaknya menugaskan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk mengecek rumah warga sebelum dinyatakan aman untuk ditempati kembali.
”Hari ini, satu hari baru 3.000 (rumah). Target lima hari selesai,” katanya saat ditemui di kantornya, Senin (28/11/2022).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu pukul 17.00, melaporkan, bencana gempa yang dirasakan di 16 kecamatan dan 151 desa telah merusak 62.628 rumah. Dari jumlah tersebut, 887 rumah terdampak sudah teridentifikasi rusak berat (26,29 persen), rusak sedang (25,9 persen), rusak ringan (23,24 persen), dan hancur atau hilang (24,39 persen).
Survei kelayakan huni rumah ini, antara lain, dibantu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG akan memberi rekomendasi mengenai kondisi geologis di sekitar rumah warga terdampak bencana.
”Kita akan menilai dulu dan koordinasi mana (lokasi rumah) berpotensi (warga) bisa kembali, mana yang belum. Nanti koordinasi dengan BNPB dan Badan Geologi,” kata Hartanto, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan seusai rapat dengan Herman.
Adapun waktu pemeriksaan, katanya, belum bisa ditentukan karena luasnya wilayah terdampak dan sumber daya manusia dari BMKG yang terbatas. ”Kita harapkan secepatnya,” ucapnya.
Sejauh ini gempa susulan yang masih terjadi juga perlu diperhatikan warga penyintas gempa di Cianjur. BMKG mencatat, seminggu setelah gempa pada Senin (21/11/2022) siang, sudah terjadi 297 gempa susulan terjadi. Secara magnitudo, kata Hartanto, gempa susulan fluktuatif melemah dan secara frekuensi menurun.
”Untuk masyarakat, tentunya kita tetap perlu memperhatikan dan mengikuti informasi dari kami (BMKG). Daerah di atas sesar seperti ini potensi (gempa) tetap ada. Kapan terjadinya, besarnya, kita tidak akan bisa memprediksikan. Makanya, masyarakat yang tinggal di daerah seperti ini, hanya satu yang bisa dilakukan. Siap-siap berhadapan dengan potensi-potensi yang mungkin terjadi akibat gempa,” tuturnya.
Herman menyampaikan, baik pemerintah daerah maupun pusat akan memberi bantuan uang tunai kepada warga penyintas gempa. Bantuan itu akan dicairkan setelah pemeriksaan kondisi dan kelayakan huni rumah warga selesai.
”Insya Allah dari pemda beri bantuan, ada yang Rp 25 juta, ada yang Rp 10 juta,” katanya.
Pemerintah pusat melalui pemerintah daerah juga akan menyalurkan bantuan Rp 500.000 per bulan untuk warga yang butuh menyewa tempat tinggal sementara.
Pernyataan itu sebelumnya juga disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto.
”Yang tidak harus relokasi, setelah kondisi aman tidak ada gempa susulan, dan yang punya rumah, bisa bergeser ke dekat rumahnya. Yang masih bagus, bisa ditempati. Ada bantuan dari pemerintah sebagai uang sewa,” katanya dalam konferensi pers, Minggu.
Pemerintah, kata Suharyanto, juga berjanji akan membantu membersihkan puing-puing rumah warga. ”Bupati akan bikin beberapa ribu tenda sehingga yang pengungsian mandiri bisa berangsur kembali ke rumah,” ucapnya.