Kenali Potensi Guncangan di Jalur Sesar Se-Jawa Barat
Gempa susulan di Cianjur, Jawa Barat, semakin berkurang, baik frekuensi maupun intensitasnya. Namun, di Jabar masih banyak jalur patahan aktif lain yang harus diwaspadai.
Oleh
AHMAD ARIF
·5 menit baca
Gempa susulan di Cianjur, Jawa Barat, semakin berkurang, baik frekuensi maupun intensitasnya. Namun, di Jabar masih banyak jalur patahan aktif lain yang harus diwaspadai. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika telah memetakan potensi guncangan gempa di berbagai wilayah di Jabar.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, sejak gempa M 5,6 melanda pada Senin (21/11/2022) hingga Senin (28/11/2022) pukul 06.00 WIB, telah terjadi 297 gempa bumi susulan di Cianjur. ”Magnitudo gempa susulan yang terbesar M 4,2 dan terkecil M 1,0,” katanya.
Berdasarkan data BMKG, tren kekuatan dan frekuensi gempa per hari di Cianjur ini cenderung menurun. Jika pada 21 November setelah gempa utama terjadi lebih dari 100 kali gempa bumi dalam sehari, lalu pada 22 November terjadi lebih dari 50 kali gempa dalam lima hari terakhir rata-rata 20-40 kali gempa per hari.
Sementara dari segi magnitudonya, frekuensi terbanyak berkekuatan M 2, yaitu 26 kali. Gempa susulan di atas M 4 hanya terjadi tiga kali. Dalam dua hari terakhir, gempa susulan yang terjadi rata-rata kekuatannya di bawah M 2.
Dengan tren ini, Daryono menilai, ancaman gempa bumi susulan di Cianjur sudah mengecil. Namun, masyarakat di Jawa Barat masih harus waspada dengan potensi gempa bumi dari jalur sesar lain.
Jawa Barat dengan kepadatan penduduk 1.319 orang per kilometer persegi, terpadat kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta, merupakan wilayah yang dilalui banyak jalur patahan gempa. Selain sesar Cimandiri, di Jawa Barat juga terdapat sejumlah jalur sesar lain yang aktif, di antaranya sesar Lembang, sesar Garsela, sesar Baribis, dan Ciremai. Selain itu, menurut Daryono, juga ada sesar Cirata dan sesar Padalarang yang belum terpetakan dengan baik.
Peta guncangan gempa
Rahmat Triyono, ahli di Pusat Seismologi Teknik BMKG, mengatakan, pihaknya sudah memetakan potensi intensitas guncangan jika terjadi gempa bumi dari berbagai sumber patahan tersebut di Jawa Barat sejak beberapa tahun lalu. Potensi guncangan dalam skala MMI (Modified Mercalli Intensity) ini dibuat berdasarkan data di Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Nasional 2017.
”Peta ini tidak hanya melihat kekuatan gempanya, tetapi potensi guncangannya. Diharapkan bisa jadi kewaspadaan untuk pembangunan, khususnya bangunan, agar tahan gempa,” katanya.
Sebagaimana tertulis dalam peta guncangan itu, gempa bumi yang terjadi di tiga segmen sesar Cimandiri, yaitu segmen Rajamandala, segmen Nyalindung Cibeber, dan segmen Cimandiri, akan memicu guncangan berintensitas VI-VII MMI. Skala kerusakan yang terjadi dalam kategori 5 seharusnya hanya menimbulkan banyak retakan, bisa terjadi pada dinding bangunan sederhana, bahkan sebagian roboh.
Pemetaan BMKG menunjukkan, intensitas guncangan gempa di Cianjur kali ini yang tercatat juga sesuai dengan perkiraan sebelumnya, yaitu VI-VII MMI. Intensitas guncangan hingga VII MMI tercatat di Kecamatan Kadudampit, Sukabumi, dan Kecamatan Sukaresmi, Cianjur. Sementara di Kecamatan Cipanas, Cianjur, intensitas guncangannya dalam skala VI MMI.
Untuk sesar Lembang dengan panjang 30 kilometer dan kekuatan gempa maksimum M 6,8, bisa memicu guncangan berintensitas VI-VII MMI di wilayah Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, Bandung, dan Purwakarta. Jika kondisi rumah di kawasan ini sama dengan di Cianjur, maka guncangan dalam skala ini dikhawatirkan bisa menumbulkan kerusakan lebih besar mengingat zona di sekitar sesar Lembang lebih padat penduduk.
Jawa Barat dengan kepadatan penduduk 1.319 orang per kilometer persegi, terpadat kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta, merupakan wilayah yang dilalui banyak jalur patahan gempa.
Berikutnya, sesar Garsela segmen Rakutai yang memiliki panjang 19 km bisa memicu gempa maksimal M 6,2. Gempa ini dapat menyebabkan guncangan maksimal V-VI MMI di Garut dan Bandung dengan skala dampak 4 atau kerusakan ringan. Sesar Garsela segmen Kencana dengan panjang 17 km dan potensi gempa maksimal M 5,7 juga dapat menyebabkan guncangan maksimal V-VI MMI di Garut dengan skala dampak 4 atau kerusakan ringan.
Sesar Baribis Kendeng segmen Cirebon 1 dengan panjang 15 km dinilai bisa memicu gempa hingga M 6,5. Gempa ini berpotensi memicu guncangan hingga VI-VII MMI dengan dampak kerusakan sedang dan skala 5 di Kota dan Kabupaten Cirebon.
Sementara Baribis Kendeng segmen Cirebon 2 yang memiliki panjang 18 km juga bisa memicu gempa hingga M 6,5. Gempa ini berpotensi memicu guncangan hingga VI-VII MMI dengan dampak kerusakan sedang dan skala 5 di Cirebon dan Kuningan.
Adapun Baribis Kendeng segmen Subang yang memiliki panjang 33 km juga bisa memicu gempa hingga M 6,5. Gempa ini berpotensi memicu guncangan hingga VI-VII MMI dengan dampak kerusakan sedang dan skala 5 di Indramayu, Sumedang, Subang, dan Majalengka.
Sesar Ciremai yang memiliki panjang 20 km juga juga bisa memicu gempa hingga M 6,5. Gempa ini berpotensi memicu guncangan hingga VI -VII MMI dengan dampak kerusakan sedang dan skala 5 di Majalengka dan Kuningan.
Perlu dicatat bahwa potensi skala kerusakan ini sangat dipengaruhi juga oleh kualitas bangunan. Faktanya, seperti terlihat di Cianjur, gempa yang memicu intensitas VI-VII MMI menimbulkan skala kerusakan bangunan kategori 6 hingga 7, terlihat dari banyaknya struktur bangunan yang ambruk. Hal ini, antara lain, karena kebanyakan kualitas bangunan tidak memenuhi standar.
Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Minggu (27/11/2022) pukul 17.00 WIB, jumlah korban jiwa akibat gempa Cianjur telah mencapai 321 orang.
”Hari ini ditemukan 3 jenazah sehingga catatan kita semua, berarti dengan ditemukan 3, yang meninggal menjadi 321 orang,” ujar Kepala BNPB Suharyanto dalam konferensi pers.
Kemudian untuk korban hilang yang sebelumnya 14 orang berkurang menjadi 11 orang.
Jumlah pengungsi 73.874 orang dengan rincian laki-laki 33.713 orang dan pengungsi perempuan 40.161 orang. Sementara untuk infrastruktur, rumah rusak berat sebanyak 27.434 unit, rusak sedang 13.070 unit, dan rusak ringan 22.124 unit. Total rumah rusak sebanyak 62.628 unit.
Banyaknya korban jiwa di Cianjur kali ini harus menjadi pelajaran. Sesuai peta guncangan yang diprediksi dan kemudian teramati BMKG, gempa di kawasan ini seharusnya tidak menimbulkan banyak korban jiwa jika kekuatan bangunan memenuhi standar tahan gempa. Bangunan tahan gempa seharusnya bisa bertahan hingga guncangan IX MMI.